THE BLOOD ~ parte 6

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 16 Februari 2013

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....
Bienvenu la partie 6...


Merci deja lecture!!!
Thanks buat yang dah baca!!!

Makasih juga buat comment’y..
Terus baca ya...


Langsung aja kita baca!!

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Akhirnya Azumi mengetahui siapa sebenarnay Kai dan yang lainnya. Mereka adalah anggota mata-mata kepolisian Jepang yang termuda.

“YA-YAKUZA!” seru Azumi denagn wajah yang sangat terkejut.

Misaki, ibu Azumi menceritakan tentang kejadiannya bersama dengan ayah Louise pada Louise dan Louise merasa sangat bersalah telah berprasangka buruk pada Azumi dna ibunya.

“Begitulah, ayahmu tidak pernah berhubungan denganku. Kami hanya bertemu dengan mengobrol, itupun utntuk membut kau dan ibumu membencinya. Maafkan aku, Louise-chan.”

Azumi adalah ‘Kunci’ dari sesuatu yang tanegha diincar Black Dragon dna kekeknya menjadikan sidik jari Azumi sebagai kunci tersebut.

Ya. Rouge, itu codename untuk Amakusa. Ciel, itu codename untuk Shinji. Dan Tierra, itu codename untuk Mikage.

Mademoiselle, itu codename milikmu.”

Oh iya, pesta di St. Blossom diadakan besok kan?” ujar Miho tiba-tiba.

“Kau janagn khawatir. Aku akan membuat kejutan untukmu.” Ujar Himeka sambil memegangi pundak Azumi.



*Parte 6..

“A-apa yang harus aku lakukan?” ujar Azumi cemas.
“Azumi, kenapa kau?” tanya Misaki.
“Kaa-san, aku tidak mungkin datang ke pesta St. Blossom. Aku tidka mau mempermalukan teman-temnaku, aku—“
“Dasar anak bodoh. Bukannya Himeka-chan sudha mengatakan kalau dia akan membeikan kejutan untukmu?”
“Iya, tapi—“
“Sudah berangkat sekolah sana, nanti kau terlambat.”
“Baiklah, baiklah. Ittekimasu.”
“Itterasshai.”
Seperti biasa Azumi akan berangkat dnegan sepeda kesayangannya dengan semangat penuh.
TENG... TENG... TENG...
“Oh tidka aku terkambat!” seru Azumu sambil menaruh sepedanya dan langsung berlari kedalam gedung sekolah.
Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai dna Azumi baru saja datang. Benar kata ibunya, dia terlambat.
SREK!
“Akihara-san, kenapa kau baru datang?”
“A-ano.. go-gomen sensei, aku..”
“Mau beralasan apa, berdiri didepan kelas.”
“Ba-baik sensei.”
“Tunggu.”
“Eh?”
“Duduk.”
“K-Kai-senpai?”
“Kau tidka dengar aku bilang apa. Duduk di bangkumu.”
“Tapi—“ Azumi tidka melanutkan ucapannya karena Kai menatapnya dnegan tatapn tajam.
Azumi masih belum beranjak dari tempatnya karena dia bingung.
“Akihara, kali ini sensei memaafkan keterlambatanmu tapi tidka lain kali.”
“Ah, hai’. Arigatou sensei.” Ujar Azumi dan langsung berjalan kearah mejanya.
“Arigatou, kai-senpai.” Ucap Azumi pelan.
“Hn.”
“Azumi-san, kenapa bisa terlambat?”
“Nanti aku ceritakan. Ngomong-ngomong, kenapa kakakmu ada disini?” bisik Azumi.
“Hehehe.. Nii-san bilang dia bosan di kelasnya makanya datang kesini.”
“Oh.”
Azumi melirik kearah senpainya yang aneh itu. ini bukan kali pertamannya dia meliaht Kai ataupun The Blood yang lainnya masuk kedalam kelas adik kelas dna buruknya mereka bilang itu hanya karen amereka bisan didlam kelas mereka.
Kai tahu kalau Azumi tengah memperharikannya tapi ia tidka peduli.
“Hara.. Akihara.. Akihara!”
“Eh, i-iya?”
“Kalau kau tidka suka pelajaranku, kau boleh keluar dari kelasku.”
“Ah, ma-maaf sensei.” Ujar Azumi sambil menunduk malu.
Seisi kelas langsung menertawakan kebodohan Azumi dna tanpa diduga Kai yang terkenal dengan kedinginnaya pun ikut tersenyum, walau hanay mengangkat sudut bibirnya saja.
Hari ini akan menjadia hari terpanjang untuk Azumi dan itu snagat melelahkan.

“Hahaha.. jadi selama pelajaran Azumi terus melamun dan memandangi Kai-senpai?” ujar Miho.
Sekarang mereka semua berada di kantin karena sekarang jam istirahat dna Himeka menceritakan kelucuan Azumi pada teman-temannya dan membuat Azumi malu setenagh mati.
“Azumi-chan, kawaii ne~.” Goda Tamaki.
“Su-sudah jangan menggodaku terus.” Ujar Azumi.
“Kau itu lucu sekali. Jangan bilang kalau kau mulai menyukai Kai-senapi.
“TIDAK MUNGKIN! AKU TIDAK MUNGKIN MENYUKAI KAI-SENPAI!!” tanpa sadar Azumi mengeluarakn suara kerasnya dan itu berhasil menyita perhatian seluruh seisi kantin.
“A-Azumi.”
“Ha-hai?”
Nami mengendikan kepalanay seperti memberikan petunjuk pada Azumi untuk melihat kearha belakangnya.
GLEK!
Denagn gerakan pelan dna degup jantung yang tidak beraturan Azumi menoleh kebelakang dan...
“K-Kai-sen-pai.” Ujar Azumi gugup.
Kai mendekati Azumi dna berdiri tepat didepannya.
“Bisa kau ulangi ucapnmu tadi?” ujar Kai.
“E-eh? Ma-maksud Kai-senapi?”
“Ulangi kata-katamu tadi, aku mungkin dengar sekali lagi.”
Azumi menelan ludahnya dan tenggorokannya serasa kering karena ia tengah ketakutan luar biasa.
“Nii-san, sudahlah. Azumi-san kan hanya bercanda, Iya kanAzumi-san?” ujar Himeka.
“A-ah..i-iya, aku hanya bercanda.”
“Dengar kan?”
“Tidak. cepat katakan sekali lagi apa yang kau ucapkan tadi.” Kai tetap bersikukuh memaksa Azumi.
Azumi terus menundukan kepalanay dan meremas sisi roknya dengan tanagnnya yang gemetar.
“Kai, hentikan. Kau membuat Akihara ketakutan.” Sekarang giliran Rei yang membela Azumi.
Kai menatap tajam kearah Azumi yang tertunduk dna sebagian rambutnya menutupi wajahnya.
Kai semakin mendekat kerah Azumi dan sekarang bibirnya berada disamping Azumi.
“Aku juga tidka mungkin mneyukaimu. Dasar pengganngu.” Bisik Kai.
DEG!
‘Apa ini. Kenapa dneganku?’ batin Azumi.
Kai menajuhkan diri dari Azumi yang terdiam terpaku setelah mendengar bisikan dari Kai. Kai meninggalkan kantin diikuti teman-temanya dibelakang.
“Azumi-san, daijoubu?” tanya Himeka yang khawatir melihat raut wajah Azumi yang pucat.
‘Dia bilang aku pengganggu?’ Azumi terus beratanya dalam hatinya.
“Aku permisi sebenatr.’ Ujar Azumi lirih dengan tatapan kosongnya.
Himeka yang hendak menghalangi Azumi di hentikan oleh Nami.”
“Biarkan dia sendiri dulu.” Ujar Nami.
Himeka menatap Azumi cemas. Jujur saja, Himeka sangat menyayangi Azumi karena kepribadian Azumi yang mirip dengan ibunya. Dan buan hanya itu, Himeka juga memounyai tugas untuk menjaga Azumi.
Dilain tempat, tepatnya di atap gesung sekolah tempat ternyaman untuk menyendiri, seorang gadis tengah duduk dengan wajah yang ia benamkan diatas kedua lututnya.
Azumi, dia merasa sanagt tidak karuan seteal mendengar ucapan Kai.
Aku juga tidka menyukaimu. Dasar pengganggu.
“Apa yang sudah aku lakukan. Dasar bodoh. Dasar bodoh.”
“Kau tidak bodoh.”
“Eh. R-Rei-senpai.’
“Boleh aku duduk disini?”
“Mmm..”
“Haaah.. disini masih sama, segar.”
Azumi tidak berniat membalas ucapan Rei karena perasaannya masih berputar-putar.
“Jangan pikirkan apapun yang dia katakn. Dia memang tidka pandai berinteraksi dengan ornag lain. Kadang kami pun sebagai sahabatnya bingung, kenapa ada ornag sedingin gunung es disekeliling kami. Tapi, dia tidka selamanya seperti itu. Sejak ayahnya meninggal, Kai berubah menjadi pribadi yang sanagt dingin. Tidka pernah menceritakan apa yang ada dihatinya bahakan pada adkinya sendiri. Sikap dan sifat overprotectivenya pada Himeka dimulai semenajk ayah mereka meninggal. Aku berteman dnegan Kai sejak umurku 7 tahun dan kami terus bersama sampai sekarang, aku tahu bagaiaman dia, aku juga tahu kalau sebenarnay dia kesepian tapi dia tidka pernah mau mengakuinya dna menyembunyikan perasaannya itu dibalik topeng dinginnya.”
“Kenapa Rei-senpai selalu menceritakan hal tentang Kai-senapi padaku?”
“Hmm.. karena aku yakin kau ingin sekali tahu bagaiamana Kai itu. iya kan?”
GOTCHA!
“Ta-tapi aku kan—“
“Kau tahu apa alasan kami masuk kedalam organisasi mata-mata padahal kami masih SMA?”
“Iie, wakaranai.”
“Ayah Kai yang seorang anggota polisi dan ayahku yang seorang detective, mereka berdua meninggal karena kasus yang sama, mereka—“
“Black Dragon?”
“Hn. Ayahku dan ayah Kai adalah sahabat, mereka berteman sejak mereka muda dan sekarnag aku dna Kai juga berteman. Kai dengan kemampuan menganalisis kode rahasia dan aku yang mampu menganalisis sebuah kejadian yang bahkan rumit sekalipun ini bertekad ingin masuk kedalam keannggotaan polisi Jepang dan kami berhasil. Kami bertemu dnegan Mikage dna Shinji. Mereka berdua juga mempunyai nasib yang sama seperti kami. Keluarag mereka dibunuh Black Dragon, dan Shinji kehilangan kekasihny karena menjadi korban dai Black Dragon juga.”
“Apa? jadi Shinji-senapi dan Mikage-senapi—“
“Ya, kami juga sama.’
“Eh. Shinji-senpai? Mikage-senpai?”
“Kami menajdi anggota kepolisian bukanlah rahasia umum lagi. Semua ornag tahu kami anggota kepolisian dna kami hanay bertugas jika ‘Taichou’ menyuruh kami langsung, selainj itu kami akan menjadi siswa SMA biasa.” Ujar Mikage.
“Haaah.. a-aku masih bingung.” Ujar Azumi.
“Mm-Hmm... kau ini memang sanagt lucu, Azumi-chan~.” Ujar Mikage sambil mengacak rambut Azumi.
“Ternyata kalian disini.”
“Ah, Kai-san. Kochi, kochi.” Ujar Mikage.
Azumi yang melihat Kai datang langsung diam seribu bahasa. Rei yang tahu perubahan sikap Azumi hanya bisa diam saja, begitupula dnegan Shinji dan Mikage.
“A-aku, aku permisi kembali kekelas.” Uajr Azumi sambil beranjak dari temaptnya.
Saat melewati Kai, detak jantung Azumi berdetak 2 kali lipat dair biasanya dan ia mencoba untuk tenang.
Azumi menundukan kepalanya memberi salam dan langsung berlari keluar dari atap gedung.
“Mm—hmm.. ini pasti akan sulit, iya kan Rei-senpai?” ujar Shinji.
“Aa..”
Kai hanya bersikap tidka peduli melihat Azumi yang jelas-jelas menghindarinya.
Azumi mempercepat jalannya dan berlari kembali kekealsnya dengan nasfas yang memburu.
“Azumi-san.” Panggil Himeka saat melihat Azumi masuk kedlam kelas.
“Aa..”
“Kemana saja kau?” tanya Louise
“Maaf, tadi aku pergi ke toilet.”
“Usotsuki.” Ujar Louise lagi.
Azumi hanay menundkukan kepalanya karena ketahuan berbohong.
“Oh iya, nanti malam kita menghadri pesta di St. Blossom kan?” ujar Himeka.
‘Nanti malam?’ batin Azumi
“Kenapa, Azumi-san?” tanya Himeka.
“E-eh? A-ah. A-aku mungkin—“
“Benar juga, pulang sekolah nanti kita ke mall.” Seru Himeka.
“Mmenagnya kau mau membeli apa, Hime-chan?” tanya salah satu temannya.
“Bukan aku, tapi... Azumi-san.’ Ujar Himeka sambil merangkul pundak Azumi.
“Eh? Aku?” ucap Azumi bingung.
“Louise-chan, kau mau ikut kan?”
“Ore wa pass. Dan berhenti memanggiku dengan sebutan ‘chan’.” Ujar Louise.
“Ya sudah. Azumi-chan, kita ke mall dengan Miho-chan dna yang lainnya saja.”
“E-eh, terserah padamu saja, Himeka.”
“Ah iya! Bagaimana kalua kita ajak kakak dan teman-teamnnya?”
“E-eh?!” tanpa sadar Azumi langsung berseru dan membuat teman-temannnya bingung.
“Kenapa?” tanya Himeka
“Iie, nandemo nai.”
‘Semoga saja Kai-senpai dan The Blood yang lainnya menolak.’ Batin Azumi.

Jam pulang yang terasa begitu cepat dan ini pasti akan menjadi hari yang melelahkan bagi Azumi, karena Himeka akan membawanya berkeliling mencari gaun untuknya.
“Ah, itu nii-san. Nii-san!!” teriak Himeka.
DEG!
‘Tenangkan hatimu. Bersikap biasa. Bersikap biasa.’ Gerutu Azumi dalm hati.
“Halo, Azumi-chan~!” seru Mikage smabil merangkul pundak Azumi.
“Ha-halo, Mi-Mikage-san.” Ujar Azumi gagap.
“Hahaha.. Azumi-chan, kenapa kau jadi tergagap seperti itu?” tanya Mikage.
“E-eh, a-aku..”
“Sudah, sudah. Akihara, kau satu mobil dneganku, tidak apa-apa kan?” Ujar Rei sambil tersenyum kearah Azumi.
“A-aku.. a-aku..” Azumi menggantung kalimatnya dan menatap kearah Kai yang kebetulan juga melihat kearahnya.
“Apa?” ujar Kai.
Azumi langsung menundukan kepalanya dengan wajah merona.
“Azumi-san.” Gumam Himeka.
“Akihara.” Panggil Rei.
“Iya, aku ikut Rei-senpai.” Ujar Azumi sambil tersnyum.
“Baiklah, ayo.” Rei langsung mengajak Azumi ke mobilnya dan dia melirik Kai yang memperhatikannya dnegan tatapan tajamnya.
Kai terus memandnagi punggung Azumi yang hilang dibalik mobil Ferrari biru milik Rei.
“Nii-san.” Panggil Himeka sambil menarik lengan baju Kai.
Tanpa mengtakan ap-apa, Kai langsung berjalan kearha mobilnya begitu juga Shinji dan Mikage.
“Hime-chan, ayo.” Ujar Miho.
“Aa, hmm.”
Mereka pun langsung meinggalkan St. Maria dan pergi ke salah satu mall terbesar di jepang atas permintaan Himeka.
“Hmm.. Akihara, kau kenapa?”
“Eh? Ah, aku tidka apa-apa.”
“Jangn pikirkan sikap Kai, dia memang seperti itu.”
“Ngg..”
Bukan sikap Kai yang tengah mengganggu pikiran Azumi tapi tatapan mata Kai saat itu. tatapan mata yang terlihat seperti... kesal? Marah? Entahlah.
“Oh iya, apa kau sudah menentukan jawabanmu?”
“Jawaban? Jawaban a—“
“Hmm.. jadi belum ya. Janagn dipaksakan, aku—“
“Shimata! Aku lupa! R-Rei-senpai.”
“Pfft..hahaha..!” Rei tertawa keras melihat Azumi yang terlihat gugup itu.
Mendegar suara tawa Rei membuat wajah putih Azumi memerah.
“Gomen.” Gumam Azumi.
“Daijoubu.” Ujar Rei sambil mengusap kepala Azumi.
Selama setenagh jam mereka di perjalanan ke mall, akhirnya mereka sampi juga di pusat perbnelanjaan itu.
“Kau harus siap-siap melalui hari panjangmu hari ini.” Ujar Rei.
“Eh?”
“Iie, ayo.”
Mereka berdua pun bergabung dengan yang lainnya dna masuk kedlaam mall.
“Himeka-chan, kita mulai sekarang.” Bisik Miho.
“Umm.. ayo.” Balas Himeka.
“Rei-senpai, Mikage-senpai, Shinji-senpai!” panggil Himeka dna Miho
“Ada apa, Hime-chan?” tanya Mikage.
“Gomen, gomen, bisa temani kami memlih baju disana?” pinta Himeka dengan puppy eye miliknya.
“Hmm.. baiklah. Ayo.” Sahut Shinji.
“Yatta!” seru Himeka.
“Tunggu. Lalu bagaimana dnegan Azumi-chan?” tanya Mikage.
“Azumi-san, kau akan di temani nii-san. Tidka apa-apa kan?”
“Eeeh?” pekik Azumi smabil melirik ornag yang sering sekali membuatya bodoh itu.
“Doushite, Azumi-san. Dame?” sekali lagi Himeka mengaktifkan jurus puppy eyesnya.
Azumi serba salah. Disstu sisi dia ingin sekali menjauh dari laki-laki yang terkenal dnegan aura membunuhnya ini tapi disisi lain dia juga tidak ingin membuat Himeka bersedih.
“Ba-baiklah.” Ucap Azumi pelan.
“Yeeeaah!! Azumi-san kakkoi!”
“Eh.he he he.” Azumi tertawa garing mendnegar Himeka yang menyebutnya keren.
“Aho ka.” Ucap Kai yang terntaya bisa didengar oleh Azumi.
Rei tidak bisa menolak permintaan gadis yang terlihat manja dan mnnis tapi bisa jadi sanagt menyeramkan jika keinginannya tidak di turuti.
Akhirnya mereka pun pergi meninggalakna Azumi dna Kai berduaan saja.
“Aku ingin ikut mereka.” Gumam Azumi.
“Pergi saja.” Kai pergi meinggalakn Azumi.
“Haaah.. kenapa ada orang seperti dia didunia ini.” Desah Azumi.
“Mau sampai kapan kau berdiri seperti pantung disana?” Kai yang tahu Azumi tidak mengikutinya dari belakang langsung berseru pada Azumi.
Azumi terus mengikuti kemanapun Kai pergi dna tidka jarang ia menabrak orang-orang yang berlalu lalang didepannya.
Kai tahu kalau gadis yang dibelakangnya itu tidka twwerbiasa berjalan di keramaiana seperti ini. Karena itu...
“Pegang tanganku.” Ujar Kai.
“E-eh? Ma-maksud Kai-senpai?”
“Jangan banyak bicara, lakukan saja.”
Karena takut pada tatapan Kai, Azumi menuruti keinginan Kai dna menggandeng tangannya.
Mereka yang saling mengaitkan tangan mendapat respon dari semua orang dnegan tatapan berbeda-beda.
“Wah lihat, mereka serasi sekali.” Bisik seseorang.
“Mesra sekali.”
“Kekasihya keren sekali.”
Dan masih banayk lagi desas-desus yang Azumi dengar tapi ia tetap menciba untuk tidka menghiraukannya.
Sedangkan Kai, dia tetap stay cool dan tidak sedikit pun melonggarkan genggaman tanagnnay pada Azumi.
Malu, gugup. Itu yang dirasakan Azumi sekarang karena tangannya di genggam erat oleh Kai.
Kai membawa Azumi kesebuah toko gaun di mall tersebut dna Azumi merasa aneh kenapa Kai membawanya kesana.
“Ano.. Kai-senpai?”
“Nani?”
“Ke-kenapa Kai-senapi membawaku kesini?”
“Diam dan ikut saja.”
“Permisi tuan, bisa saya bantu?”
“Pilihkan—“ ucapn Kai terpotong saat merasakan Azumi melepaskn tangan darinya.
Kai mengikuti arah Azumi dna ternyata Azumi  berjalan kearah kaca etalase yang didalamnya terpajang sebuah gaun cantik berwarna putih.
“Waah... sugoi~.” Gumam Azumi.
“Maaf nona, apa nona tertarik dengan gaun ini?”
“E-eh? A-aku?”
“Iya. Tapi sepertinya gaun ini kurnag pantas untuk nona?”
“A-apa?”
“Maaf sebelumnya, gaun ini koleksi terbaik toko kami dan harganya juga sangat tinggi. Anda bisa lihat disini.” Ujar pelayan itu sambil menunjuk bandrol harga yang tertulis dibawah kaca etalase itu.
Y500,000!!” Seru Azumi dengan wajah sangat terkejut.
“Haaah.. kenapa kau teriak-teriak?”  tanya Kai.
“I-iie, nandemo nai. Gomen.” Ucap Azumi gugup.
Kai melirik kearah kaca etalase dna memandnang gaun yang terpajang didalmnya.
“Kua mau gaun itu?” tanya Kai.
“E-eh?  Ti-tidak. a-aku—“
“Jnagn bicara gagap dihadapanku.”
“Go..men.”
“Aku beli gaun ini.” Ujar Kai.
“Kai-senpai, jyoudan janai!”
“Urusai.”
Azumi tidka bisa berkata apa-apa. jujur saja ia sudha sangat jatuh cinta dnegan gaun itu tapi Azumi yakin kalau Kai membelikan gaun itu untuk gadisnya.
“Silahkan tuan.”
“Arigatou. Akihara, ayo.”
Wajah Azumi murung karena gaun impiannya akan diberikan pada ornag lain. Azumi sadar dia tidka akan bisa membeli gaun itu.
“Ini.”
“Eh?”
“Ck. Itu gaun untukmu. Nanti malam kau bisa memakai gaun itu.”
“Eh? Eeeeeeh!!”
“Berisik!”
“Go-gomen. Demo—“
“Apa?”
“Kenapa, gaun ini—“
“Kua tidka suka? Kalu tidak suak, kau boleh membuangnya.”
WHAT THE HELL! Membuang gaun yang sangat diimpikannya itu. immpossible.
“A-arigatou, Kai-senpai.”
“Hn.”
Azumi sangat bahagia, sangat bahagia karen aternyata ornag yang ia anggap sangat menyeramkan ini snaagt baik meskipun kebaikannya ia tutupi dnega sikap super dinginnya.
“AZUMI-SA!! NII-SAN!!”
“Himeka.” Gumam Azumi denagn wajah yang berseri-seri.
“Haaah.. akhirnya ketemu juga. Aku mencair kalian kemana-ma— apa itu, Azumi-san?” ujar Himeka sambil menunjuk kantong yang dipegang erat oleh Azumi.
“I-ini,.. i-ini gaun.”
“Gaun?”
“Umm. Kai-senpai yang—“
“Yeaaaah!!! Nii-san kau hebat!” Himeka berseru sambil memeluk kakaknya.
Kai hanay diam saja mendapat perlakuan dari adiknya itu. Kia tahu kalau hal ini pastiterjadi.
Rei menatap Azumi yang tengah berseri-seri dna terus memandangi kantong yang berisi gaun itu. ada sedikit rasa tidka terima saat tahu kalau langkahnya didahului oleh Kai.
“Akihara.” Panggil Rei dnegan tersneyum.
“Iya senpai?”
“Ini untukmu.”
“Sepatu?”
Rei memberikan sepatu berwarna putih keperekan dnegan tali dan high-heels yang tidka terlau tinggi untuk ukuran Azumi.
“Kawaii.” Gumam Azumi.
“Pakailah itu di pesta nanti.”
“Ha-hai’. A-arigatou.”
“Douita.”
“Waaah.. aku ingin jadi seperti Azumi-san.” Ucap Nami.
“Eh? Apa maksudmu, Nami?”
“Kua beruntung sekali, dua laki-laki populer memberikanmu gaun dan sepatu. Kau seperti puteri dalam dongeng.”
‘Bukan puteri dalam dongeng, tapi aku mangsa para Yakuza.’ Gumam Azumi dalm hati sambil menghela pasrah.
“Jangan terus menghela nafas, kebahagiaanmu bisa-bisa menjauh.” Ujar Mikage sambil mengusap kepala Azumi.
“Karena Azumi-san sudah menadapatkan gaun dna sepatunya, waktunya kita pulang.” Ujar Himeka.
“Baiklah Hime, kami juga sudha membei keprluan kami. Jadi, kami pulang duluan.” Ujar Miho.
“Kenapa tidak bersama saja?” ujar Azumi.
“Gomen. Setelah ini, kami harus kerumah Arashi-kun.”
“Hmm.. baiklah, hati-hati.”
“Umm. Jaa minna-san!”
Setelah Miho dna teman-temannya pergi kini giliran Shinji dna Mikage yang berpamitan.
“Hime-chan, Azumi-chan, aku dan Shinji juga puoang duluan.” Ujar Mikage.
“Umm.”
“Rei-san wa?” tanya Mikage.
“Aku jugak pulang. Akihara, ki o tsukete.” Ucap Rei sambil mengelus rambut Azumi.
“A-arigatou.”
Shinji, Mikage dan Rei pun puoang duluan dan sekarang tinggal dua bersaudara Aoishima dan Azumi.
“Terima kasih untuk semuanya. Aku juga harus pulang. Ibuku pasti sangat mengkhawatirkanku.”
“Biar kami mengantarmu.” Ujar Himeka.
“Tidak usah.  Aku sudha banayk merepotkanmu, jadi aku naik bis sa—“
“Ikut!” tanpa menunggu ucapan Azumi selesai, Himeka langsung menarik tangan Azumi menuju ke mobilk sang kakak.
“Haaah.” Kai hanya menghela nafas dan mengikuti adiknya.

“Kenapa kalian harus repot-repot mengantarku, aku kan bisa pulang sendiri.” Ujar Azumi smabil turun dari mobil Kai karena meerka sudha sampai didepan rumah Azumi.
“Azumi-san, mana mungkin aku membiarkanmu pulang sendirian, kau itu sahabatku.”
“Hmm.. Himeka, kau terllau berlebihan.”
“Dame. Oh iya, nanti malam nii-san yang akan menjemputmu, jadi kau bersiap-siap saja.”
“Na-nani?” ucap Azumi kaget.
“Himeka, sejak kapan kau menjadikan kakakmu ini supir peribadinya, aku tidka mau.”
“Onii-chan, dame?” ucpa Himeka sambil mengeluarkan jurus andalannya.
“Haaaah.. dasar merepotkan.” Kai yang sellau kalah dnegan jurus puppy eyes milik Himeka langsung menyerah.
“Baiklah, nii-chan setuju, jadi kau jangan khawatir.”
“Hai’.” Ujar Azumi sambil tersenyum garing.
“Arigatou, Kai-senpai.”
Kai tidka menjawab ucapan Azumi dan langsung menutup kaca jendela mobilnya dan meninggalkan keidaman Azumi.
“Haaah... bagaimana bisa sifat mereka berbeda padahal mereka saudara.”
Tahu kalau pertanyaan itu membingungkan, Auzmi langsing amsuk kerumahnya.
“Tadaima!”



Yatta!!!! Parte 6 is done!!

Muchas gracias, buat yang baca!!

Gmn cerita’y???
Please comment!!!


QUATRO DIOSAS
SEE U NEXT CHAPTER...

Riena hikari... ^_^
More aboutTHE BLOOD ~ parte 6

THE BLOOD ~ parte 5

Diposting oleh Unknown

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....
Bienvenu la partie 5...

Merci deja lecture!!!
Thanks buat yang dah baca!!!

Makasih buat yang dah comment...^_^

Pasti penasaran ma lanjutannya??

Langsung aja kita baca!!

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Akhirnya keinginan Himeka untuk pergi kerumah Azumi trtlaksan juga. The Blood dan juga teman-teman Himeka juga ikut kerumah Azumi.

Azumi mengajak teman-temannya ke supermarket karena ingin membiarkan Louise dan ibunya.

Kai dna Azumi diikuti sekelompok orang yang enath kenapa ingin sekali membawa Azumi.

Azumi yang melihat Kai terluka, tanpa berpikir panjang lagi langsung melanggar ucapan Kai agar tetap di mobil. Azumi membalut luka bekas geresan peluru pada lengan Kai dengan sapu tangannya.

Azumi merasa bingung saat salah satu dari orang yang mengikutinya terus menerus memanggil Kai dengan sebutan Noir.



*Parte 5...

Noir?” gumam Azumi.
“Cih!” desis Kai.
“Ternyata, kau beum memberitahunay ya? Kasihans ekali kau nona. Asal kau tahu saja, orang yang tengah berdiri didepan untuk melindungimu itu adalah—“
DOR!
“Aku bilang tutuo mulutmu.” Ujar Kai denagn tatapan marahnya.
“Kheh, kenapa Noir? Kau takut kalau dia tahu yang sebernarnya dan menjauhimu? Denagn begitu, kami bisa dengan mudah mendapatkannya. Hahahaha!!”
“Hanya dalam mimpimu.” Ujar Kai.
Mereka pun saling menodongkan pistol satu sama lain. Ketakutan Azumi bisa dirasakan oleh Kai karena tangan Azumi menggenggam erat seragam Kai.
“Sebelum aku melanjutan urusanku denganmu... Nona, akan aku ceritakan sedikit cerita yang menarik padamu.” Ujar pria itu sambil menyeringai.
“Urusai!!” teriak Kai sambil menembakkan peluru dari barreta miliknya.
“Uuuh... abunai desu ne~.. Noir-san, itu tindakan yang tidak sopan.”
“Kisama!!” geram Kai.
“A-ano...”
Kai melirik Azumi yang tiba-tiba mengeluarkan suaranya.
“Se-sebenarnya, sebenarnya a-apa yang terjadi? Ke-kenapa kau me-menginginkanku?” ujar Azumi dengan suara gugup karena takut.
“Hmm... baiklah nona, akan kau beritahu padamu. Sebelum itu, perkenalkan namaku Igurashi Kanou, aku adalah wakil ketua Black Dragon.” Ujar pria yang sejak tadi terus menampakan seringaiannya.
“Bl-Black Dragon? Apa itu?” ucap Azumi.
“Kami adalah Yakuza.”
DEG!
“YA-YAKUZA!” seru Azumi denagn wajah yang sangat terkejut.
“Ara, ara, tidak perlu sekaget itu, Mademoiselle.”
Mademoiselle? Siapa?”
“Hmm.. kau tentunya... pewaris dari seseorang yang sangat berpengaruh di Jepang karena keahlian analisinya sebagai seorang detective. Tapi sayangnya orang itu mati mengenaskan.”
“Azumi.” Panggil Kai.
“Ha-hai’?”
“Jangan denagrkan apapun y ang keluar dari mulutnya. Aku akan ceritakan yang sebenarnya setelah mengahdapi mereka.” Lanjut Kai.
“Sepertinya budak  Leon ini tidka sabar sekali. Haaaah... baiklah. Pardon, Mademoiselle. Sepertinya perbincangan kita tunda dulu karena ada seseorang yang sudah tidak sabar ingin meinikmati timah panas dari Walther milikku ini.” Ujar pria yang bernama Kanou itu.
Kanou mengarahakn moncong revolvernya pada Kai dan Kai pun sebaliknya.
Azumi dengan ketakutannya tidak bisa bergerak sedikit pun dan terus meremas seragam Kai.
“K-Kai-senpai.” Gumam Azumi dengan suara serak.
“Daijoubu. Omae wa, ore ga mamoru.” Ujar Kai.
Azumi sangat terkejut mendnegsr ucapan Kai ynag terkenal dingin dna penuh dengan aura membunuh (menurut Azumi *_*) baru saja mengucapkan hal yang menenangkan Azumi.
Tanpa berkata-kata lagiu, Kanou langsung menembakan walthernya pada Kai. Kai yang menaydari itu langsung menghindar sambil melindungi Azumi.
“Kuso! Azumi, mauk kedlam mobil dan jangan keluar!”
“De-demo—“
Karena lawan terus menerus memuntahkan peluru kearhanya, tanpa pikir panjang Kai langsung mendiring Azumi kedalm mobilnya dan mobil itu langsung terkunci otomatis.
“Kita mulai.” Ujar Kai yang kini memasang seringaiannya.
Aksi baku tembak pun terus berlangsung. Kai yang memang sangat ahli dalam menembak dnegan mudah bisa menghindari setiap tembakan yang diberikan Kanou padanya.
Azumi yang takut langsung emnudukkan kepalanya dnegan kedua tanagn yang emnutupi telinganya. Azumi sangat ketakutan bahkan kini ia tengah menangis dengan tubuhnya yang gemetar.
BRAAK!
Kai menabrak bagian depan mobilnya. Azumi memberanikan diri melihat kearah Kai dan ia meihat Kai yang kelelahan karena menghindari tembakan dari Kanou.
“Cukup sampai disini!” seru seseorang.
“Okoreru, Baka Nakama.” Ucap Kai sambil mengusap darah dari bibirnya yang tadi terkena pukulan dari Kanou.
“Yurushite kudasai, Kai-san.” Sahut Shinji.
“Dimana—“
“Dia ada didalam mobil.” Potong Kai yang tahu apa yang akan ditanyakan Rei.
“Wah, wah.. lihat siapa yang datang.. budak-budak lain dari Leon. Hahahaha!!”
DOR! DOR! DOR!
Tiga tembakan berhasil menghentikan tertawa mereka. Tembakan yang diberikan Mikage untuk mereka.
“Berani-beraninya kalain melukai Kai-san sampai seperti ini! Yurusai nai!!” geram Mikage.
Mikage memang sangat menghormati Kai dan ia akan berubah menjadi Dark Mikage jika ada yang berani melukai orang-orang yang ia anggap berharga, terutama Kai.
“Ochitsuke, Mikage.” Ujar Kai sambil menepuk pundak Mikage.
“Kai-san.”
“Kalian, beritahu pada Virgo, mulai hari ini tidak akan aku biarkan kalian menyentuhnya sedikitpun. Zettai ni.”
“Kheh... akan aku sampaikan salammu itu. Kita akhiri permaianan hari ini, karena sepertinya kalian harus bercerita panjang lebar pada gadis yang tengah gemetaran didalam mobil itu.hahahaha!!”
Kanou dan orang-orangnya langsung masuk kedalam mobil mereka dan meningglakn taman itu.
“Haaah... mereka sudah mulai bergerak.” Gumam Shinji.
“A...” gumam Kai.
Rei langsung menghampiri mobil Kai dan melihat Azumi yang tengah meringkuk dengan tubuhnya yang gemetaran.
“Oi!” ucap Kai sambil melemparkan kunci mobimya.
Rei menangkapnya dan membuka pintu mobil.
“Akihara.” Panggil Rei sambil menyentuh kepala Azumi.
Azumi mengangkat wajahnya yang sudah dibanjiri dengan airmata. Nafasnya yang berburu dna tubuhnya yang gemetar membuat Rei iba melihatnya.
“R-Rei-sen-pai.” Gumam Azumi.
Rei langsung membawa Azumi kedlaam pelukannya dna memeluk erat Azumi.
Kai memperhatikan mereka berdua, entah kenapa ada perasaan kesal saat melihat adegan didepannya itu tapi Kai yang pintar menyembunyikan ekspresi hanya memasang wajah dinginnya.
“Kai-san, kore de ii?” ujar Shinji.
“Hn.” Gumam Kai sambil membuang mukanya kearah lain karena tidka mau melihat adegan melankolis itu.
Shinji melirik Kai yang tetap memsang wajha dinginnya, meski Shinji tahu sebenarnya Kai tengah bingung dengan perasaannya.
‘Sepertinya, ucapan Taichou terbukti. Mereka berdua pasti akan terus bersaing.’ Batin Shinji.

Selain itu dirumah Azumi, Misaki (ibu Azumi) dan Louise tengah membicarakn masalah mereka yang bisa dibilang tidak mudah untuk dipecahkan.
“Louise-chan, aku tahu kalau kau pasti sangat membenciku. Akan aku ceritakan semuanya.” Ujar Misaki dengan wajah yang tersenyum lembut.

FLASBACK ON..

“Maaf tuan, apa anda memerlukan sesuatu?”
“Panggilkan Misa kemari.”
“Apa anda sudah tahu peraturan disini tuan?”
“Ya.”
“Baik.”
Laki-laki paruh baya tadi memanggil seorang wanita dengan parasnya yang cantik. Wanita itu memakai kimono dan berjalan begiut anggun.
“Tuan, ini pesanan anda.”
“Misa, hisashiburi ne?”
“Nakajima? Kau Nakajima Hayato kan?” ujar Misaki
“Ya, ini aku. Kau masih terlihat cantik. Bagaimana kabar anakmu. Aku ibin sekali bertemu dengannya.”
“Azumi baik-baik saja. Sekarang dia kelas 2 SMP, dan kalau tidak salah anak gadismu pun seumuran dengan Azumi kan?”
“Hmm... Louise, dia jjuga kelas 2 SMP.”
“Baiklah, ada apa kau ingin menemuiku? Aku yakin ini bukan sekedar reunian belaka. Dan aku juga tidak akan tanya darimana kau tahu kalau aku bekerja disini.”
“Heh, kau masih tetap sama, selalu bicara lansgung pada intinya.”
Hayato mengajak Misaki ke sebuah hotel. Meskipun Miskai adalah Geisha, Haayato tidak bermaksud untuk menidurinya.
Mereka sampai disebuah kamar yang mewah. Misaki yang tahu bagaiman sifat Hayato yang tidak mungkin mengkhianati istrinya hanay bersikap biasa saja.
“Jadi, ada apa?” tanya Misaki.
“Aku ingin meminta bantuanmu.”
“Bantuanku? Bantuan apa?”
“Aku ingin istri dan anakku membenciku.”
“Apa maksudmu? Kenapa kau—“
“Misa, aku... hidupku tidka akan lama lagi.”
“Hayato, apa yang kau bicarakan?”
“Sudah sebulan ini aku terus mengecek kesehatanku ke rumah sakit dan hasil dair pemeriksaan terbukti kalau aku mengidap Kanker stadium 3, waktuku hanya tinggal seminggu lagi. Jadi, kau mohon bantu aku agar istri dan anakku membenciku. Aku tidak ingin mereka terpuruk atas kepergianku. Jika mereka membenciku, dengan begitu mereka tidak akan sedih klau kau meninggalkan dunia ini.”
“Aku tidka mau.” Ujar Misaki tegas.
“Misa.”
“Hayato, kau tahu sendiri bagaiman kehidupanku. Jika aku melakukan hal yang kau minta barusan, hidupku tidak akan nyaman, aku akan terus di hantui rasa bersalah. Sepintar apapun kita menyimpah kebohongan, toh suatu saat pasti akan terungkap.”
“Onegai, Misa. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini. Tapi.. aku hanya tidak ingin melihat wajah bersedih mereka, aku ingin mereka—“
“Baiklah, akan aku lakukan.”
“Misa.”
“Tapi dengan satu syarat.”
“Syarat? Apa itu?”
“Aku ingin tidur denganmu.”
“Hmm.. misa, dulu aku memenag menyukaimu bahkan mencintaimu dan itu berlaku sampai skearang. Aku tidak mungkin menyakitimu. Aku tahu kau terpaksa bekerja seperti ini karena—“
“Jangan sebut namanya, aku tidka ingin mendnegar namanya.”
“Baiklah.”
Pembicaraan mereka pun berakhir dengan Misaki yang menyetujui permintaan Hayato.
Sejak itu,mereka selalu bertemu dan pergi ke hotel. Dan Hayato tahu kalau puterinya, Louise terus emngikutinya.
Puncaknya saat waktu Hayato tidak banyak lagi, Louise marah besar padanya karena ia nengetahui hubungan gelap ayahnay dengan seorang Geisha itu.
Dan pada akhirnya, Hayato menghembuskan nafas terakhir denagn diiringi air mata kebencian dari sang puteri.

FLASBACK OFF..

“Begitulah, ayahmu tidak pernah berhubungan denganku. Kami hanya bertemu dengan mengobrol, itupun utntuk membut kau dan ibumu membencinya. Maafkan aku, Louise-chan.”
“Uso da.. USO!!” teriak Louise.
“Tidak, kau tidak berbohong, itulah kenyataannya dan aku tahu kalau ibumu juga pasti mengetahui hal ini.”
“A-apa? ibuku?”
“Ya, setelah kematian ayahmu, tiga hari setelah itu aku datang menemui ibumu. Aku ceritakan semuanay, ibumu terkejut dan karena dia sedang dalam keadaan lemah, dia jatuh pingsan, saat itu kau melihatku dna kau berpikir kalau aku berbuat jahat pada ibumu, iya kan?”
“Jadi ayahku.. ayahku.. dia..”
“Ya, ayahmu sangat menyayangi kalian dna dia rela dibenci oleh kalian.”
“Ayah. Hiks..hiks...”
Louise menangis dalam diamnya. Misaki menghampirinya dan memeluk Louise. Dia merasa sanagt bersalah pada Louise karena sudah menyakiti hatinya.
“Aku menyesalli perbuatanku sampai skearang karena aku belim sempat meminta maaf pada ibumu.”
Louise terus menangis dalam dekapan Misaki dan ia sanagt sedih mendnegar cerita M,isaki tentang ayahnya.

“Akihara, daijoubu ka?” tanya Rei sambil memberikan minuman pada Azumi.
“I-iya, aku baik-baik saja.” Sahut Azumi.
Kai terus menatap kearah Azumi yang mengobrol dengan Rei. Dia semakin tidak suka pada laki-laki berambut perak itu.
“Bo-bolehkah aku bertanya?” ucap Azumi takut.
‘Akhirnya dimulai.’ Batin Shinji.
“Apa yang ingin kau tanyakan, akan aku jawab.”
“Te-tentang kejadian tadi, apa bisa kalian jelaskan padaku siapa mereka dan... siapa kalian sebenarnya?” kini Azumi menatap satu persatu keempat laki-laki yang populer di St. Maria itu.
“Sudha saatnya aku memberitahu—“
“Tidak ada yang harus diberitahu. Sebaiknay kita kembali kerumah Akihara, ibunya pasti cemas.” Potong kai sambil melangkah masuk ke mobilnya.
Azumi memperhatikan sikap Kai yang terlihat menyembunyikan sesuatu dna itu pasti tentanbg rahasia dibalik orang-orang yang mengejarnya tadi.
“Akiha—“ sebelum Rei menyelesaikan ucapannya, Azumi sudah berlari menghampiri mobil Kai.
Rei hanya menatap Azumi yang kini tengah berdiri didepan mobil Kai.
“Mereka mmang sudha ditakdirkan bersama.” Gumam Rei.
“Rei-san, bagaimana pun itu adalah wasiat dari kakeknya, jadi kita tidka bisa berbuat apa-apa.” ucap Shinji.
“Kau benar, Uehara-san memang lebih memilih Kai daripada aku karena Kai memang mampu melindungi Azumi.
“Rei-san, bukannya kita semua yang harus melindunginya?”
“Hmm..  kau benar.” Ujar Rei sambil tersenyum.
Azumi yang masih berdiri didepan Lamborghini Murcelago milik Kai dan Kai yang berada didalamnya terus menatap dingin kearah            Azumi.
“A-aku tidak akan pergi dari sini sebelum Kai-senpai mengijinkanku masuk ke mobil senpai.” Ujar Azumi
Kai hanay menghela nafas dan menyerah dnegan sifat keras kepala adik kelasnya ini.
Kai membuka pintu mobilnya dan Azumi labgsung tersnyum menang. Dia masuk kedalam mobil Kai.
Melihat Azumi yang sudah masuk kedlammobil, Rei dan yang lainnya juga masuk kedalm mobil mereka dan kembali kerumah Azumi.
Dalam perjalanan pulang, Azumi terys menerus melirik kearah Kai dan Kai tahu itu.
“Apa ada yang aneh denagn wajahku?’ ucap Kai.
Bukannay menjawab petanyaan Kai, Azumi malah semain lekat manatap Kai.
“Haaah.. baiklah, apa yang ingin kau tanyakan padaku?”
Wajah murung Azumi berubaha menjadi ceria saat mendnegar ucapan Kai.
“Tentu saja tentang kejadian tadi.” Ujar Azumi semangat.
“Black Dragon, mereka adalah organisasi hitam yang sangat terkenal dengan kepintaran, kelicikan dan kalincahan dalam menghundar dair kejaran polisi. Mereka pemasok obat-obatan terlarang dan juga melakukan prostitusi. Mereka—“
“Matte.” Ujar Azumi.
“Jangan memotong ucapanku kalau kau masih ingin mendengakan pemnjealsannya.”
“Maaf. Tapi, yang aku ingin tahu itu bukan tentang Black Dragon itu, yah emmang aku ingin tapi yang sanagt aku ingin tahu adalah siapa itu Leon, Noir dan siapa.. kau sebenarnya?”
“Ayahku adalah seorang anggota polisi, dia adalah wakil komandan dalam divisinya, dia ingin sekaliaku menajdi seperti dirinya, karena itu ayahku selalu membawaku kekantornya ataupun ke TKP. Ibuku tidak setuju dengan keinginan ayahku tapi ayahku bersikeras denagn pemikirannya. Akhirnya ibuku mengalah dan ia menyetujui keingan ayahku. Saat umurku 10 tahun, ayahku emninggal dna dia memberitahuku kalau aku harus menjaga seseornag dan harus rela mempertarukan nyawaku untuknya. Hari kematian ayahku bersamaan dengan kematian kakekmu,”
“Aku tidka tahu siapa orang yang harus kau lindungi dengan nyawaku itu. dan setelah seminggu ayahku meninggal, seseornag dari kepolisian datang kerumahku dna memberikan surat wasiat kakekmu. Kakekmu mengtakan kaau dia ingin kau melindungi orang yang berharag dalam hidupnya. Karena orang itu adalh kunci dari sebuah rahasia yang tengah di cari-cari oleh sebuah oragnisasi hitam yang sangat berbahaya.”
“Kunci? Siapa itu?” tanya Azumi.
“Omae da.”
“Na-nani? Watashi? Uso.”
“Uso janai. Kakekmu sudah menetapkan sidik jarimu sebagai kunci dari sesuatu yang tenbgah dicari-cari Black Dargon saat ini.”
“Me-memangnya apa itu?”
“Bukti dankebenaran dari siapa ketua Black Dragon. Dan kalau sampai merek amendapatkan itu smeua, maka kepolisian jepang tidka akan bisa menghentikan mereka lagi. Dan mungkin Jepang akan hancur.

“Ma-mana mungkin aku.. aku—“
“Karena itulah kami disini. Aku sudah masuk ke kepolisian saat umurku 12 tahun, mustahil memang tapi kau bisa masuk bukan dengan sendirinya tapi karena kerja keras dan juga kemampuanku menganalisi. Saat itu tidak ada yang percaya, tapi ada seseorang yang memeprcayai kemampuanku llau merekrutku menjadi anggotanya. Meskipun saat itu aku belum sebagai anggota tetap, aku tetap menjalankannya dnegan sungguh-sungguh.”
“Jadi, siapa Leon dan Noir?”
“Itu adalh codename untuk mata-mata kepolisian jepang. Leon adalah codename dari kakekmu dan Noir asalah codename milikku.”
“Lalu apakah masih ada orang lain lagi?”
“Hn.. Shinji, Mikage dan juga Amakusa.”
“Me-mereka juga?”
“Ya. Rouge, itu codename untuk Amakusa. Ciel, itu codename untuk Shinji. Dan Tierra, itu codename untuk Mikage.
“Ja-jadi kalia itu—“
“Ya, kami anggota mata-mata dari kepolisian jepang. dan orang yang harus kami lindungi adalah kau.”
“Wakaranai.”
“Llau orant-orang tadi itu menginginkan sidik jariku?”
“Bukan hanya sidik jarimu tapi juga kepalamu.”
“A-APA!”
“Kecilakan suaramu, kau merusak gendang telingaku.”
“Go-goemen.”
“Ya, mereka menginginkan kepalamu karena aku yakin ketua mereka sangat denadam pada kakekmu dan kau adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab dnegan apa yang kakekmu laukan di masa lalunya.”
“Ke-kenapa harus aku?”
“Karena kakekmu sendiri yang mengatakan pada Black Dragon kalau kau adalah kunci dari sesuatu yang mereka inginkan.”
“Ba-bagaimana mungkin kakekku melakukan itu semua?”
“Karena kakekmu yakin, kalau kami pasti bisa melindungimu. Dan kakekmu juga memberikan codename untukmu.”
“Hah? Ma-maksud senpai?”
Mademoiselle, itu codename milikmu.”
“Haaah... kepalaku hampir pecah.” Gumam Azumi sambil memijat pelipisnya.
“Jaga rahasia ini baik-baik bahkan dair ibumu sekalipun. Karena kalau samapai ini bocor ke publik, kau tidka yakin nyawaq ibumu akan selamat.”
“Ja-jadi mereka juga mengincar ibuku?” seru Azumi dan ditanggapi anggukan kepala oleh Kai.
 “Sudah aku ceritakan semuanya, jadi jangan bertingkah.” Uajr Kai dingin.
“Ba-baik.”

Akhirnya mereka sampai dirumah Azumi. Azumi yang sebenarnya masih merasa takut karena kejadian tadi tubuhnya masih sedikit gemetar
Kai yang sudah berada dipintu sampingnya langsung membukakan pintu itu dan menggendong Azumi ala Bridal style.
Azumi yang terkejut dengan sikap Kai hanya bisa diam dengan wajahnya yang memerah.
Sedangkan Rei hanya memenadnag keduanya dengan sneyuman mirisnya. Shinji yang memang ada disamping Rei hanay melihatnya dari sudut matanya dna menghelakan nafasnya.
“Tadaima!” seru Mikage.
“Okaeri.” Sahut Misaki.
“Kai-kun, ada apa dnegan Azumi?” tanya Misaki cemas saat melihat Azumi berada didalam gendongan Kai.
“Kaa-san, daijoubu.” Ucap Azumi.
“Senpai, bisa turunkan aku?” lanjut Azumi.
Kai menurunkan Azumi dan memberi salam pada Misaki.
“Eh, dimana Himeka?” tanya Azumi bingung saat tidak melihat Himeka bersamanya.
“Oh, Himeka-chan dan teman-temannya pergi ke suatu tempat, katanya Himeka-chan mau membeli hadiah untukmu dan ibumu.” Ucap Mikage.
“A..” gumam Azumi.
“Ara, Louise dan ibu sudah menyelesaikannya ya?’ ucap Azumi dengan wajah berbinar.
“Hmm.” Gumam Misaki.
“Yokatta ne, Louise-chan.” Ujar Azumi.
“Urusai.” Ujar Louise.
“Hehehe... baiklah, aku akan memasakkan sesuatu untuk kalian. selagi menunggu yang lainnya, lebih baik kalian membrsihkan tubuh kalian. Kebetulan ada pakaian sepupu laki-lakiku. Mmm, sepertinya muat ditubuh kalian.” ujar Azumi.
“Benarkah? Azumi-chan, aku memang sudah sangat tidak betah. Hehehe.” Timpal Mikage.
Lain halnya dengan Mikage lain pula dengan Kai. Dia malah keluar dari rumah Azumi tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Shinji dan Rei lebih memilih mengikuti Mikage.
“Eh, Kai-san mau kemana?’ ujar Azumi saat melihat Kai keluar dari rumahnya.
“Jangan hiraukan orang sedingin kutub itu. Dia mungkin mau kembali kerumah—“
“Aku tidak pulang, hanay mengambil bajuku di mobil.” Ujar Kai yang sudah kembali lagi dengan membawa tas yang berisi pakaiannya.
‘Sebegitu tidak inginnya kah dia memakai pakaian orang sederhana.’ Batin Azumi.
Rei dan Shinji hanya menghela nafas melihat tingkah sahabtnya yang satu ini.
“Shin, kenapa?” tanya Mikage bingung.
“Nandemo nai. Azumi-chan, bisakah kami ganti baju sekarang?” uajr Shinji dnegan wajahnya yang lucu.
“A-ah, gomen, gomen.. Ayo aku tunjukkan kamarnya. Tapi, maaf, kamar mandinya hanya ada 2 dan mungkin—“
“Daijoubu.” Potong Rei.
“Ha-hai’.” Sahut Azumi.
Azumi pun mengantar Rei dan yang lainnay berganti baju. Kai yang memang sudah membawa baju sendiri langsung masuk kekamar mandi.
“Silahkan kalian pilih bajunya saja, maaf kalau bajunya tidak bagus.” Ujar Azumi dengan wajah memerah.
“Don’t mind, Lady.” Ujar Shinji.
“Baiklah, aku tinggal kalian. permisi.”
Azumi kembali ke dapur dan ,enyiapkan masakan untuk mereka makan malam.
Rei dan teman-temannya yang sudha selesai berganti baju  langsung menuju ke ruang tamu, menunggu Azumi yang tengha memasak.
“Bibi, kenapa Azumi-chan memasak sendirian?” tanya Mikage.
“Hmm.. Azumi memang tidak suka jika akau memabntunya memasak. Pernah satu kali aku ingin memabtuyatapi dia langsung melarangku dengan alasan aku harus isturahat. Dia memang seperti itu, dibalik sifatnya yang mudha sekali menangis, dia juga sanagt kuat tapi ketegarannya akan rapuh begitu saja jika ornag didekatnay membohonginya. Azumi adalh gadis yang sangat lugu dan polos, dia tidak mengenal apa itu benci dan apa itu cinta. Dia hanya memikirkanku dan kehidupanku, dirinya sendiri dia tidka terlalu peduli. Membuatku bahagia dan orang lain di sekitarnya bahagia, itulah kebahagiannya.” Uajr Misaki panjang lebar sambil menatap punggung puterinya yang tengah memasak.
“Aa.. sou ka.” Gumam Rei.
Kai menatap punggung Riena, memandangi punggung gadis yang menjadi tanggung jawabnya tanpa tahu kalau gadis itu sangat dalam bahaya.

“Selesai!” seru Azumi.
“Tadaima!!” seru seseorang dari arah pintu.
“Himeka, okaeri. Kebetulan sekali, ayo kita makan malam bersama.” Ujar Azumi.
“Hai’!” seru Himeka.
Mereka pun menyantap masakan Azumi yang memang sangat lezat. Azumi memang sanagt pandai memasak.
“Oishii~~” ujar Nami dan Miho.”
“Yokatta.” Ujar Azumi dengan wajah yang berseri.
Semuanya menyukai masakan Azumi. Meskipun Kai tidak berkomentar, tapi melihat raut wajahnay yang emnikmati masakan Azumi, itu sudha mengatakan kalau dia pun memuji hasil masakan Azumi.
“Azumi-chan, kau pintar sekali memasak. Suatu hari, aku ingin mempunyai istri sepertimu.” Uajr Mikage dan berhasil membuat wajah Azumi merona.
“E-eh..hehehe, doumo arigatou.” Ucap Riena tersipu.
“Aku senang sekali bisa datang kerumah Azumi-san. Hontou ni ureshii~.” Ujar Himeka.
Azumi hanay tersenyum emlihat wajah gembira teman-temannya. Sejak SMP, Azumi tidak pernah mendapat teman dekat, karena semua orang selalu mencemoohnya karena ibunya yang seorang pelacur juga karena ida tahu sipa ayahnya.
“...Azumi..”
“Azumi-chan.”
“E-eh, iya ada apa?” uajr Azumi yang kemabli dari lamunanya.
“Kenapa kau melamun?” tanay Mikage.
“Ehm, aku.. aku sangat senang bisa mengenal kalian semua. Padahal baru beberapa hari kita saling mengeanl tapi kalain sudah seperti mengenalku sanat lama. Sejak SMP, aku tidak pernah punya teman, mereka semua n=menjauhiku karena status ibuku. Aku yang saat itu masih seornag gadis cengeng hanya bisa menangis tanpa bisa membela ibuku. Mereka juga bilang kalau aku tidak ounya ayah, kalau aku—“
“Azumi-san.” Potong Himeka.
Azumi menagngkat kepalanya yang sejak tadi menunduk dna menatap tman-temannay yang tenagh memandanginya dnegan senyuman terlukis di wajah mereka (minus Kai).
“Azumi-san, kamijuga ssangat senang menganlmu. Iya kan teman-teman?” ujar Himeka pada teman-temannya.
“Benar, kamitidka peduli apa kata orang lain, kau adalah teman kami, sahabat kami.” Ujar Miho.
“Arigatou. Arigatou gozaimashita.” Ujar Azumi terharu.
“Sudah, sudh. Ayo cepat habiskan makan malam kalian.” ucap Misaki.
“Hai’!” seru semuanya.
Makan malam itu pun berlangsung dengan perasaan semua orang yang bahagia, terutama Azumi yang bahagia karena masih ada ornag yang mau menreimanya.

“Terima kasih atas makan malamnya.” Ujar Himeka.
“Iya,  sering-seringlah datang kemari. Walaupun rumah kami tidak bagus tapi kau berharap kalian mau main kesini lagi.” Ujar Misaki.
“Mochiron, Baa-san. Aku pasti akan sering datang kesini.” Ujar Himeka.
“Oh iya, pesta di St. Blossom diadakan besok kan?” ujar Miho tiba-tiba.
“Benar. Aku harus memlih gaun untuk ke pesta itu.” timpal Nami.
“A-ano..”
“Eh, ada apa Azumi-chan?” tanay mikage.
“A-aku, a-aku mungkin tidka bisa datang.”
“EEEEH!!!” seru Himeka.
“Himeka-san, kau harus datang, ini pesta yang snagat penting.” Ujar Nami.
“De-demo—“
“Azumi-san.” Panggil Himeka.
“Ha-hai’?”
“Kau janagn khawatir. Aku akan membuat kejutan untukmu.” Ujar Himeka sambil memegangi pundak Azumi.
“Eh?”.



Parte 5 is done!!!!

Gracias...

Jangn lupa harus comment...^_^


QUATRO DIOSAS


RIENA HIKARI... ^_^
More aboutTHE BLOOD ~ parte 5

THE BLOOD ~ parte 4

Diposting oleh Unknown

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....

Bienvenu la partie 4....^_^      


Thanks buat yangmasih baca..
Sambil belajar bahasa Spain ma France.hehehe.
Dan makasih juga comment’y...

Terus baca ya...

Langsung aja deh baca parte 4..

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Himeka yang ingin sekali main kerumah Azumi kahirnya mengatakannya niatnya pada Azumi dna itu membuat Azumi kebingungan. Tapi saat melihat wajah sedih Himeka pada akhirnya Azumi menyetujui kemauan Himeka dan semua temannya pun minta untuk ikut dan Kai yang merasa tidka berdaya dengan adiknya pun terpaksa ikut. Dna ia pun meminta ijin pada Rei yang notabene-nya adalah bos besarnya.

Saat dikantin, St. Maria kedatangan tamu, mereka adlaah siswi dari St. Blossom Academy.
Ktua komite sekolah, Shizuka Yamazaki membagikan undnagan pada para siswa St. Maria Academy untuk menghadiri Dance Party disekolahnya. Azumi yang berkenalan dengan Shizuka merasa kalau Ktua Komite St. Blossom Academy itu tidka menyukainya, tapi Azumi tidak ambil pusing dengan pemikirannya itu.

Kai yang kepergok memandnagi Azumi terus, langsung jadi bahan godaan untuk Shinji dan Mikage, namun Kai yang cuek hanay meladeni kejahilan sahabat-sahabatnya denagn raut tanpa ekspresinya.
Rei yang menyadari sikap Kai yang mulai berbeda pada Azumi merasa aneh dan merencanakan sesuatu.

Tidak ada angin ataupun hujan, Rei tibatiba menyatakan perasaannya pada Azumi yang sontak membuat Azumi sangat terkejut.
Azumi tidak langsung menjawabnya dna Rei memberikannay waktu selama 1 minggu dan menntukan tempat diaman Azumi harus menjawab pernyataannya itu.

“Kalau kau belum siap menjawabnya, aku beri kau waktu. Hari sabtu didepan City Garden jam 07.00 malam, aku tunggu kau disana. Dan saat itu aku ingin kau menjawabnya.”

“Terserah padamu. Apapun yang kau lakukan itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi.. jika masalhnya menyangkut Mademoiselle, aku tidak akan tinggal diam.”
“Oui, Noir.”
“Ingat semua ucapanku tadi, Rouge.” Ucap Noir sebelum benar-beanr pergi.
“Aku ynag akn melindunginya, bukan kau, Noir.”



*Parte 4..

TENG... TENG... TENG...
Tanpa terasa jam pulang pun tiba. Dan sudah pasti ada satu orang yang langsung bersemangat mendnegar bel pulang sekolah.
“YATTA!! Akhirnya jam sekolah tiba!”
“Hmm.. Himeka, kau semangat sekali.” Ujar Azumi sambil membereskan buku-bukunya.
“Tentu saja. Hari ini kan aku mau kerumah Azumi-san.” Ujar Himeka sambil merangkul tangan Azumi yang sudah selesai membereskan buku-bukunya.
“Apa kau yakin mau kerumahku? Rumahku.. tidka sebagus yang kalian kira.”
“Azumi-san.” Ucap Himeka sambil menghadapkan Azumi kearahnya.
“Na-nani?”
“Jangan pernag mengtakan hal seperti itu lagi. Bagiku, Azumi-san adalah sahabat terbaikku dan aku tidak peduli bagaimana pun keadaan Azumi-san.”
Azumi merasa terharu mendengar ucapan Himeka dan dia langsung menampilkan senyuman di wajahnya.
“Hmm.. arigatou, Himeka.” Ujar Azumi sambil menggenggam tanagn sahabatnya itu.
“Umm... douita ne~.”
“Ano... Louise.” Panggil Azumi
“Nani?” jawab Louise malas
“Kau mau ikut kerumahku?”
“Heh, dan bertemu denagn ibumu? Aku tidka mau.”
“Haah.. aku tahu perasaanmu, aku juga pasti akan melakuakn hal yang sama kalau ibuku dissakiti orang lain. Tapi, apa kau tidak mau bicara dengan ibuku?”
Louise yang tengah membereskan buku-buku pelajarannay langsung menghentikan kegiatannya itu dan menatap kearah Azumi.
“Heh, apa kau tidka takut kalau aku akan menyakiti ibumu?” ucap Louise sinis.
“Tidak.” jawab Azumi tegas.
Louise masih tetap dengan senyum sinisnya menatap Azumi yang tengah memandanginya dengan tatapan yakin.
“Hmm... baiklah, aku ikut.” Ujar Louise dan itu membuat senyuman merekah diwajah Azumi.
“Oke, ayo kita berangkat kerumah Azumi-san!!” seru Himeka sambil merangkul kedua lengan teman-temannya itu.
Mereka bertiga pun keluar dari kelas dan berjalan keluar sekilah karena diluar teman-teman mereka sudah menunggu.
Miho, Nami, Tamaki dan Arashi sudah berada didalam mobil Tamaki. Sedangkan keempat laki-laki populer masih diluar mobil mereka.
“Akhirnya kalain muncul juga. Lama sekali.” Ujar Nami
“Gomen, gomen. Tadi kami membujuk Louise-chan untuk ikut.” Sahut Himeka yang menambahkan suffix ‘chan’ dibelakang nama Louise.
“Sou ka. Ayo cepat masuk kemobil.” Ujar Tamaki.
“Himeka-chan, kau satu mobil denganku ya?” ujar Mikage yang langsung mendapat deathglare dari Kai yang hanay ditanggapi cengiran oleh Mikage.
“Baiklah.” Sahut Himeka.
“Louise-chan, kau satu mobil dengan Shinji-san. Mobilmu, taruh di Academy saja,”
“Lalu, Azumi-san ikut mobil—“
“Dia akan ikut denganku.” Potong Rei
Azumi terkejut karena Rei mengajaknya ikut ke mobilmya. Azumi yang masih malu karena pernyataan Rei tadi langsung bingung dengan tawaran Rei.
“Azumi, silahkan.” Ujar Rei yang hanay memanggil nama kecil Azumi.
“Padahal aku ingin Azumi-san satu mobil dengan nii-san.” Ujar Himeka kecewa.
Azumi melihat raut kecewa Himeka langsung memakai kesempatan itu untuk menghindari Rei.
“A-aku ikut Kai-senpai.” Ujar Azumi sambil berjalan kesamping Kai.
Rei hanya tersenyum tipis mendnegra ucapan Azumi yang mengejutkkan itu.
“Baiklah, biar Himeka-chan yang satu mobil dneganku.”
Akhirnya rencana Himeka untuk mendekatkan kakaknya dengan Azumi pun berhasil dengan Azumi yang menawarkan dirinya untuk satu mobil dengan Kai.
Meeka pun langsung melamukan mobilnya menuju rumah Azumi, sahabta baru mereka.
Di mobil Kai, Azumi terus diam dengan perasaan gugup yang terus menghantuinya. Karena sekarang ia duduk tepat disampung orang yang menurutnya mempunyai aura yang mencekam.
“Kenpa?” ucap Kai memulai pembicaraan karena jujr saja Kai memang tidakmenyukai suassana sepi seperti ini.
“Eh? A-ada apa Kai-senpai?”
“Kau.. kenapa kau memilih ikut denganku?”
“I-itu.. itu karena aku tidak tega melihat wajah kecewa Himeka. Himeka adalah orang pertama yang menganggapku sebagai temannya, aku tidak mau mengecewakannya.”
Kai melirik Azumi dengan ekor matanya lalu kembali fokus menyettir.
“Llau kenapa kau tidak mengatakan pada Himeka kalau kau bekerja part time?”
“I-itu—“
“Berhenti bicara gagap seperti itu.”
“Ehem.. itu karena aku tidka mau Himeka mengkhwatirkanku, melihat sifatnya yang perhatian kau yakin dia pasti akan mengkhawatirkanku.” Ucap Azumi mencoba untuk tidak gagap.
Apa yang dikatakan Azumimemang benar, Kai sendiri pernah merasakannya. Saat dia babak belur karena dipukuli teman-teman SMP-nya, Himeka kalang kabut dan bahkan menangis seharian melihat Kai pulang penuh dnegan luka. Himeka memnag mirip ibunya yang gampang sekali mengkhawatirkan orang lain apalagi orang itu adalah saudara ataupun temannya.
“Tunjukan dimana arah kerumahmu?” ujar Kai
“Ahh.. itu, perempatan didepan lalu belok kanan.”
Kai pun langsung menuruti arahan Azumi dna teman-teamn mereka yang mengikuti dibelakang mereka pun mengikutinya.
Semenatara itu do mobil Rei, Himeka yang sudah tidak sabar ingin cepat-cepat kerumah Azumi tidak bisa menahan rasa senangnya.
“Himeka-chan, kenapa kau bersemangat sekali ingin main kerumah Akihara?”
“Karena kau inginmengenal jauh Azumi-san dan juga keluarganya.”
“Mm—hmm... sou ka.. ap itu benar, Himeka—ah bukan tapi... Rose.”
“Rei-senpai, bukankah kita semua sepakat untuk tidak memakai nama itu selain di lingkungan markas?” ujar Himeka tenang
“Hmm.. tapi kita hanya berdua saja. Nah, sekarang jelaskan apa motifmu sebenarnya?”
Rouge, itu kan code name mu. Aku hanay ingin membantu mendekatkan kakakku dengan Azumi-san, tidka lebih.”
“Sou ka.”
Mereka pun mengakhiri pembicaraan mereka dna fokus mengikuti mobil Lamborghini Murcielago hitam milik Kai yang berada didepannya.
Akhirnya mereka sampai disalah satu kompleks perumahan yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Rumah-rumah disana minimalis dan terkesan rapi juga nyaman.
“Dimana rumahmu?” tanya Kai.
“Itu, yang ada pohon sakura didepannya.” Sahut Azumi.
Mereka pun sampai didepan sebuah rumah sederhana milik Azumi.
Setelah mobil Kai berhenti, Azumi keluar dari mobil dan menghampiri temna-temannya.
Azumi melihat raut wajh teman-temannya yang terkejut melihat rumah Azumi yang sangat sederhana itu.
“Sudah kubilang kan, rumahku tidak sebagus yang—“
“Sugoi~~!!” seru Himeka dan teman-teamnnya (minus The Blood).
“Eeeh?” Azumi merasa aneh kenapa teman-temannya malah memuji rumahnya itu.
“Kau janagn aneh melihat mereka seperti itu. mereka itu tidka pernah berkunjung kerumah kecil, sederahan seperti ini, terang saja kalau mereka merasa takjub.” Ujar Kai
JLEB!
‘Kecil? Sederhana? Tidak bisakah dia tidak sejujur itu?’ batin Azumi.
“Azumi-san, ayo kita msuk kerumahmu!” seru Himeka sambil merangkul lengan Azumi manja.
“Hmm.. ayo.”
Azumi mengajak temna-temannya masuk keruamhnya.
Canggung, gugup dan malu, itulah yang dirasakan oleh Azumi sekarang. Karena teman-temanny aini adalah orang ynag mapa sedangkan dirinya hanya orang y=sederahana yang untuk masuk SMA saja harus mengandalkan beasiswa.
“Tadaima.’ Ujar Azumi
“Okae—ri.. Azumi, mereka siapa? Tanay ibunya
“Mereka—“
“Bibi, namaku Himeka Aoishima. Senang bertemu dengan anda.” Ujar Himeka sambil membungkukan badannya.
“Ibu, mereka teman-temanku. Ini Nami, Miho, Tamaki-kun dan Arashi-kun. Mereka teman Himeka.”
“Yoroshiku.” Uajr mereka serempak.
“Dan ini para senpaiku. Ini Mikage-san, Shinji-senpai, Rei-senpai dan Kai-senpai.”
“Yoroshiku onegaishimasu.” Uajr mereka serentak (minus Kai) sambil membungkukan badannya.
“Dan ini... dia teman sekelasku, Louise Eclair.”
Terlihat jelas raut terkejut dari Misaki saat puterinya memperkenalkan Louise padaya.
“Lo-Louise Eclair, itu namamu?” ujar Misaki gugup.
“Ya, itu namaku. Apa kau mengenalku?” ucap Louise dangan nada sarkastik.
Azumi yang tahu kalau meeka berdua butuh bicara berdua memutuskan untuk meninggalkan meeka.
“Ano.. aku mau ke suprmarket, siapa yang mau ikut denganku?” ujar Azumi
“Aku!!” seru Hiemka dan teman-teamannya.
“Kami j uag ikut. Aku ingin tahu cara belanja kalian, benarkan Shinji?” ujar Mikage
“Hm.” Gumam Shinji sambil tersnyum.
Azumi melirik kearah Rei dan Kai yang belum mengatakan pendapatnya. Merasa diperhatikan, Rei dan Kai melirik kearah Azumi yang  tengah memasng wajah seperti mengatakan ‘Bagaiamana dengan kalian’ itu.
“Aku mau kesuatu tempat, tidak apa-apa kan?” ujar Rei dengan senyum yang sulit diartikan itu.
“Baiklah, tapi Rei-senpai harus kemabli kesini lagi untuk makan malam.” Uajr Azumi sedikit canggung pada Rei.
“Oui, Mademoiselle.” Ujar Rei dengan menekankan kalimat terakhirnya.
“Ha-hai’.” Azumi gugup karena Rei mencium tangannya.
Kai melihat kejadian didepannay dnegan raut wajh yang dingin. Ia melihat Rei yang keluar dari rumah Azumi dan memghilang dibalik pintu.
“Let’s go to Commoners’ supermarket!!” seru Himeka.
‘Himeka, kenapa k au begitu senang?’ batin Azumi
“Ahh, nii-sa kau satu mobi dengan Azumi-san lagi ya?”
“Eh?”
“Kenapa Azumi-san?”
“E-eh, iie. Daijoubu, he he he.” Ujar Azumi dengan tertawa garing.
“Ibu, kami berangkat dulu. Louise, tanoshimu ne~.” Ujar Azumi.
Akhirnay Azumi dan yang lainnya pergi ke supermartek dan meninggalkan Louise denagn ibunya.
“Azumi-san, sebenarnya apa yang terjadi dengan bibi Misaki dan Louise-chan?” tanya Himeka.
“Hmm.. nanti aku ceritakan.” Ujar Azumi dan masuk ke mobil Kai.
Seperti saat kerumah Azumi, mobil Kai memimpin didepan dan Azumi yang menunjukkan jalannya.
 Azumi terus diam karena ia berada disamping sang Leader yang menurutnya mempunyai aura membunuh itu.
“Ada hubungan apa kau dengan Amakusa.” Ujar Kai memecahkan kesunyian antar keduanya.
“Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Rei-senpai.” Sahut Azumi mecoba untuk tidak bicara gagap.
“Jangan terlalu dekat dengannya.” Ucap Kai
“Eh? Kenapa?”
“Tidak. lupakan.”
Azumi merasakan keanehan pada sikap Kai padanya saat membicarakan Rei dan itu membuat Azumi penasaran.
“Rei-senpai pernah menceritakan tenatang Kai-senpai padaku.” Ucap Azumi dan Kai hanay diam fokus pada mobilnya.
Azumi yang tidak mendnegar sepatah katapun dari Kiai mengartikan kalau Kai ingin ia melnajutkan ceritanya.
“Rei-senpai menanyakan pendapatku tentang Kai-senpai dan aku menjawab kalau Kai-senpai itu seperi Bara no hana.” Azumi melirik kearah Kai yang memasng wajah bingung.
“Hmm... Kai-senpai itu seperti bungan mawar, bunga mawar yang cantik dan banyak sekali yang menyukainya tapi saat kita hendak menyentuhnya, tangan kita pasti akan terkena durinya. Begitulah menurtuku Kai-senpai.” Ujar Azumi
“Kau tidka mengenalku, jadi jangan berlaga kau tahu segalanay tentangku.” Ujar Kai dengan wajah stoicnya.
“Benar, tapi itu kesan pertamaku  saat berkenalan dengan Kai-senpai.” Ucap Azumi.
“Apa kau tahu siapa kakekmu?” tanya Kai
“Kakekku? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?”
“Kotaeru.” Ujar Kai tegas.
Azumi menghela nafasnya karena sekarang ia tahu kalau senpainya yang satu ini sangat pemaksa dan tidak sabaran.
“Haaah... aku pernah mendnegar cerita kakekku dari ibu. Ibuku bilang kalau kakekku itu orang yang sangat hebat dan beliau seorang yang dermawan dan sellalu mementingkan kepentingan orang lain sebelum kepentingannya sendiri,
“Ibuku juga bilang kalau kakekku itu seorang anggota detektif dari kepolisian jepang dan mendapat julukan ‘Leon’ dan beliau sangat terkenal dengan analisis-analisnya yang akurat dan tidak pernah meleset. Hannya itu yang aku tahu. Memangany kenapa dengan kaakekku, apa Kai-san mengenal beliau juga?”
“Tidak, aku hanay pernah mendengar namanya saja.” Ujar Kai bohong.
“Sou..”
Mereka pun sampai di sebuah supermarket dan Azumi langsung masuk kedalmnya diikuti Himeka dan teman-temnnya.
“Baiklah, kalian jaln-jaln saja. Aku mau membeli bahan-bahan masakan dulu.” Ujar Himeka.
“Oke. Jaa, minna-san!” seru Himeka menyeret teman-temannya pergi.
Sedangkan Mikage dan Shinji... jangan ditanya lagi, mereka tengah di kerubungi para wanita dan menggoda mereka.
“2 orang tidak berguna.” Ujar Kai.
“Kai-san?”
“Aku ikut denganmu saja.” Ujar Kai.
“Hai’.”
Azumi mulai berbelenja dan Kia terus mengikutinya dari belakang.
Azumi merasakan tatapan para wanita dan remaja yang terus memperhatikannya, lebih tepatnya Kai yang berada dibelakngnya. Asumi pun mendengar kasak-kusuk mereka yang membicarakn Kai.
“Waah... keren sekali... lihat tatapan matanya yang tajam itu... benar-benar menggoda sekali!” bisik seorang wanita.
Azumi yang mendengarnya hanya menampilakn wajah tertawanya saja, sednagkan yang bersangkutan hanya memasang wajh stoicnya.
Azumi membeli sayur-sayuran dan juga daging, tentunya yang memiliki harga terjangkau dengan dompetnya.
“Kai-san, apa kau ingin makan sesuatu?” tanya Azumi.
Kai tidka segera menjawabnya dan ia seperitnya tengha memikirkan hak yang ia inginkan.
“Tomat.”
Azumi yang mengerti apa yang hendak Kai katakan langsung mengambil beberapa toamt besar yang berwarna kemerahan.
“Haaah... kita sudah membeli semuanya, ayo kita ke kasir.” Ajak Azumi.
Setelah membayar di kasir, Azumi langsung mencari teman-temannya yang entah pergi kemana.
“Dimana mereka?” gumam Azumi.
“Biarkan saja. Kita pulang lebih dulu.” Ujar Kai.
“Tapi—“ sebelum Azumi menyelesaikan ucapnnya, Kai sudah berjalan didepannya.
Dengan terpaksa, Azumi langsung mengikutinya dengan sedikit berlari.
SRAAK!!  BRAK!
“Ittai..” erang Azumi yang menabrak seseorang dan ia terjatuh dnegan belanjaannya yang berserakan.
“Maaf nona apa anda tidak apa?” ujar laki-laki yang menabrak Azumi.
“Ah, tidak apa-apa tuan.” Sahut Azumi.
Kai yang merasa aneh karena Azumi tidka kunjung menyusulnya langusung menengok kebelekang dan ia melihat Azumi yang tengah terududuk.
Dengan langkah pelannya, Kai menghampiri Azumi dan membantu Azumi berdiri.
“Ceroboh.” Ujar Kai.
“Gomen.” Gumam Azumi.
“Nona, aku benar-benar minta maaf.” Ujar laki-laki itu.
“Tidak ap-apa. Ayo, Kai-san.”
Azumi dan Kai pun pergi dari hadapan laki-laki yang menabraknya tadi.
“Target ditemukan, Virgo.” Ujar laik-laki yang menabrak Azumi tadi sambil menyeringai.
“Kali ini, tidka akan lolos lagi.” Ujarnya lagi.
Kai melirik kearah laki-laki tadi dengan tatapan curiganya tpi dia tidka melihat laki-laki tadi disana.
“Kai-senpai? Kai-senpai? Kai-senpai!”
“Ada apa?”
“Sejak tadi aku panggil, Kai-san diam saja.”
“Jangan cerewet. Cepat masuk ke mobil.”
Azumi langsung masik kedlaam mobil Kai dan Kai mengikutinya.
“Haaah... kemana mereka?” desah Azumi.
“Himeka pasti mengajak mereka berputar-putar, makanya kita pulang duluan.” Ujar Kai.
Azumi menatap Kai dengan tatapan anehnya dna itu membuat Kia mau tidak mau menjadi risih.
“Ada yangs alah denganku?”
“E-eh, tidak, tidak apa-apa. Aku hanya kaget karena baru kali ini aku bicara seperti ini dengan Kai-senpai. Ya, begitulah, hehehe.” Ucap Azumi dengan wajah memerah.
“Aho.” Ujar Kai lalu menjalankan mobilnya dan kembali lagi kerumah Azumi.
Azumi memperhatikan kaca spion dan ia merasa aneh karena melihat sebuah mobil yang sejak tadi mkengikutinya.
“Kai-san—“
“Diam. Pegangan yang kuat.” Ujar Kai lalu menancap gas.
Kai menyadari kalau dirinya tengah diikuti sejak dia meninggalkan pusat perbelanjaan.
“Kai-senpai, siapa orang yang—“ Azumi tidka melanjutkan ucapnnya saat melihat raut wajah Kai yang serius menyetir mobilnya.
“Telepon Amakusa.” Ujar Kai.
“Eh?”
“Ck. Cepat telepon Amakusa!” seru Kai dan membuat Azumi kaget.
“I-iya.”
Azumi langsung menelepon Rei dengan tangannya yahg sedikit gemetar. Jujur saja, Azumi memang akan sanagt takut jika sudah ada orang yang membentaknya seperti tadi.
“Re-Rei-senpai.” Ucap Azumi dengan suara bergetar.
“Akihara, ada apa, kenapa suaramu—“
“Rei-senpai tolong kami, ada orang yang mengejar kami!’ seru Azumi.
“Apa! kalian pergi ke taman, aku dan yang lainnya akan kesana. Tenanglah, aku pasti datang, kau jaangan takut.”
“Ba-baik.”
PIIP!
“Rei-senpai menyuruh kita untuk ke taman, Rei-senpai dan yang lainnya akan menyusul.” ucap Azumi masih dnegan suara bergetar.
“Aku mengerti.”
Kai melajukan mobilonya menuju taman yang sepi pengunjungnya. Dan seperti yang Kai duga, mobil yang mengikutinya langsung mengikuti kemana Kai pergi.
Akhirnya mereka sampai di sebuah taman yang cukup luas dipinggir kota. Kai menghentikan mobilnya disana. Mobil yang mengikutinya pun berhenti dan parkir didepannya.
“Kau diam disini, janagn berani keluar kalau kau tidak mau mati.” Ujar Kai.
“De-demo—“
“Turuti perintahku. Kunci dari dalam.” Ujar Kjai dengan sorot mata tajamnya.
Kai keluar dari mobilnya dan Azumi langsung mengunci mobil dari dalam. Azumi melihat 3 orang keluar dair mobil yang mengikutinya tadi. Mereka memakai jas hitam dan kalau Azumi tidka salah lihat, ia melihat tatto dibagian tubuh masing-masing orang itu.
“Naga?” gumam Azumi saat melihat bentuk tatto itu.
“Apa mau kalian?” Ujar Kai denagn tatapan tajamya.
“Tentu saja kami menginginkan gadis yang ada didalam mobil itu.” Ucap salah satu orang berpakaian hitam itu.
“Dan kalaian pikir aku akan memberikannya? Tidak akan.” Sahut Kai.
“Kalau begitu... kau akan mati.” Ujar laki-laki baju hitam itu sambil menodongkan pistol pada Kai.
Kai yang di todong pistol seperti itu tidak bereaksi apapun, bahakan ia masih tetap berdiri dnegan sikap angkuh dna santainya.
“Kurang ajar kau!”
DOR!
Azumi terkejut saat mendnegar suara tembakan dari salah satu orang itu dan melihat senpainya yang masih beridri santai didepan mobil.
Saat itu ponsel Azumi berbunyi dna Azumi langsung mengangkatnya.
“Ha-halo.”
“Akihara, kau tidak apa-apa. tunggu sebentar lagi aku pasti datang.” Ujar si penelepon yang etrnyata adalah Rei.
“Ha-Hai’. Rei-senpai, sebaiknya cepat, sekarang orang-orang itu sednag menodongkan pistol pad Kai-senpai.”
“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa, percayalah padaku. Aku akan melindungimu.” Ujar Rei.
“Baik.”
“Kheh, aku senagja melesetkan tembakanku. Aku ingin sedikit bermain-main dneganmu, Noir. Itu kan code name mu?” ujar salah satu dari mereka denagn seringai terpampang diwajahnya.
Kai hanay memasang wajah datarnya tanpa berniat membalas perkataan penjahat didepannya itu.
“Seperti yang kudengar, Noir, kau orang yang dingin. Ini semakin menarik.” Ujar orang meisterius itu dan menembak lagi tapi sekarang tepat mengarah keekpala Kai.
Kai menghindar dengan sangat cepat tapi kecepatannya sedikit goyah saat kakinya tidak sengaja menyandung batu dan akibatnya tangannya tergores peluru.
“Akh!” erang Kai
“Hahahaha... lihatlah! Noir yang terkenal dengan kelincahan dan kecepatannya saja pun tidak dapat menghindari peluruku. Lalu bagaiman dengan gadis yang baru keluar dari mobil itu?!” seru pria itu sambil mengendikan kepalanya kearah belakang Kai.
Kai langsung menoleh kebelakangnya dan matanya membelalak saat melihat Azumi sudah berada diluar.
“Baka! Cepat masuk ke mobil!” teriak Kai sambil memegangi lengannya yang terkena peluru.
Bukannya menuruti perkataan Kai, Azumi malah mendekati Kai dan mengeluarkan saputangannya lalu ia lilitkan pada lengan Kai.
“Apa yang sednag kau lakukan?” ujar Kai sedikit menahan sakitnya.
“I-ini, agar darahnya tidak terlalu banyak yang keluar.” Ucap Azumi denagn suara yang bergetar.
Kai tahu sebenarnya Azumi tengah ketakutan tapi ia malah memakasakan diri untuk menghampiri Kia yang tengah terluka.
“Kheh, akhirnya gadis cilik itu muncul juga. Sekarang, serahkan dia pada kami!” seru pria itu masih dengan menodongkan Revolver Walther P99 buatan Jerman miliknya.
“Azumi, tetap dibelakangku.” Ujar Kai.
“Ha-hai’.” Azumi langsung berdiri dibelakang Kai.
Kai mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya dna ternyata itu adalah sebuah revolver jenis Barreta 92 buatan Italia. Kai langsng menodongkan revolver miliknya pada orang yang menembaknya tadi.
“Oh, akhirnya kau mengeluarkan senjatamu itu, Noir.” Ujar pria itu.
Noir?” gumam Azumi yang berada dibelakang Kai.
Kai memasnag wajah marahnya dan rahang-rahangnya terkatup rapat karena menahan amarah.


Ap yang terjadi selanjutnya????
KEEP READING!!!



ATTENTE PARTIE 5...


Don’t forget to comment!!!...


QUARTO DIOSAS


RIENA HIKARI... ^_^

More aboutTHE BLOOD ~ parte 4

THE BLOOD ~ parte 3

Diposting oleh Unknown

Hola... bonjour... hello...

Parte 3 is here!!!


Parte 2 ceritanya kepanjangan!!! Ilo siento... ^i’m sorry^..


Parte 3 ini diusahain gk panjang-panjang deh...


Gracias que para ya lectura...

^makasih buatyang dah baca^...


Langsung aja deh baca parte 3...



FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!




*Last parte..


Azumi yang merahasiakan masalah pekerjaannya malah ketahuan oleah Rei yang ternyata adlah pemilim cafe dan yang kedua oleh Kai yang ternyata juga adalh kawan lama bosnya, Kurobe.


Masa sekolah SMA Azumi tidak semenyenangkan yang ia pikirkan. Louise yang sellau mencari masalah dnegannya ternyata memiliki dendam pada Azumi karena gara-gara ibunya Azumi, ibu Louise meningal. Itu diakibatkan karena sang ibu merasa sakit hati pada ayah Louise yang selingkuh denagn ibunya Azumi yang notabenenya adalah seorang pelacur.


Rei menasihati Louise agar tida terjebak dalam dendamnya karena membalas dendam hanay akan menimbulkan dendam baru.


Pada akhirnya Louise menyadari satu kesalahannya dan memaafkan Azumi. Tentu saja tidak langsung menjadi teman baik. Tapi setidaknya tidak akan ada yang mengerjai Azumu lagi disekolah.




*Parte 3..


Waktu istirahat pun datang. Karena kejadian pertengkaran Azumi dan Louise tadi, pelajaran jadi tertunda dan akhirnya istirahat mereka di percepat.

“Haaah... ayo kita makan siang, aku lapar sekali.” Ujar Mikage

“Hmm, ayo.” Timpal Shinji

“Ano..”

“Ada apa, Himeka?” tanya Azumi

“Azumi-san, mungkin waktunya tidak tepat, tapi...”

“Katakan saja, ada apa?”

“Boleh tidak hari ini aku main kerumahmu?”

“Eh? Ke-kerumahku?”

“Tapi, kalau Azumi-san keberatan juga tidak apa-apa.” Ujar Himeka dengan raut wajah kecewa

Melihat raut kecewa dari Himeka ditambah deathglare dari Kai, Azumi jadi serba salah. Dia harus bekerja setelah pulang sekolah.

“Azumi-san, tidak usah dipikirkan, aku—“

“Kau boleh main kerumahku.” Potong Azumi

“Hontou ni?”

“Umm.” Angguk Azumi

“Yatta!!” seru Himeka riang sambil memeluk Azumi

Melihat betapa bahagianya sahabat barunya ini, Azumi jadi sangat bersalah sudha membohonginya.

“Kalau Himeka-chan boleh, aku juga mau ikut.” Ujar Mikage

“Ore mo.” Timpal Shinji

“Sepertiny atidak buruk. Aku juga.” Ujar Rei yang tersenyum penuh arti

‘What the hell?!” batin Azumi

Tinggal satu orang yang belum mengatakan pendapatnya.

“Apa? jangan berpikir kalau aku akan ikut. Itu tid—“

“Nii-san, kau harus ikut.” Ucap Himeka dengan sneyum manis diwajahny ayang malah terlihat menyeramkan

“Nii-san.” Kali ini Himeka menggunakan jurus jitunya, puppy eyes

“Haaah... terserah saja.” Kai memang selalu kalah jika Himeka sudah emnggunakan keahlianny ayang satu itu

“Baiklah! Sudha diputuskan, setelah pulang sekolah nanti kita semua kerumah Azumi-san!” seru Himeka senang

“ Ano.. R-Rei-senpai.”

“Ada apa, Akihara?”

“Boleh tidak kita bicara sebentar?”

“Seguro, Senorita.” Ujar Rei dengan satu tanagn yang ia letakkan didepan dadanya

“Himeka, aku mau bicara dengan Rei-senpai sebentar.” Ucap Azumi

“Eh? Oh iya, douzo.” Sahut Himeke

Kai menatap kedua orang yang baru saja keluar dari kelas itu denagn tatapan dingin seperti biasanya. Entah kenapa melihat Rei yang dekat dengan Azumi membuat Kai sedikit terganggu.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Akihara?”

“A-aku hanya ingin meminta ijin bolos kerja untuk hari ini.” Ujar Azumi tegas

“Eh? Apa maskdumu?”

“Mo, Rei-senpai aku sudah tahu kalau kau itu pemilik cafe tempat aku bekerja sekarang. Iya kan?”

“Hmmm... akhirnya kau menyadarinya juga. Aku terkejut kenapa seseorang bekerja tapi tidak tahu dia bekerja untuk siapa.”

“Aku kira yang punya cafe itu Kurobe-san. Lagipula, Kurobe-san tidak pernah menceritakanmu padaku, jadi wajar saja kalau aku tidak tahu.”

“Iya, iya aku minta maaf. Baiklah, biar nanti aku yang bocara pada Kurobe-san untuk meminta ijinmu.”

“Benarkah?”

“Mmm.”

“Arigatou gozaimashita.

“With my pleasure, Princesa.” Ujar Rei sambil melakukan gerakan yang sama saat menyentujui permintaan Azumi tadi

“Azumi-san. Ayo kekantin!” seru Himeka

“Iya!’ sahut Azumi

“Rei-senpai, aku mohon janagn beritahu pada Himeka dulu kalau aku bekerja di cafe. Dia pasti akan sangat mengkhawatirkanku melihat sikapnya padaku.”

“Mochiron.”

“Gracias.” Ujar Azumi menggunakan bahasa spanyol

Rei hanay tersenyum lembut melihat Azumi ynag hari ini banayk sekali tersnyum dna itu membuat hatinya bahagia.

“Azumi-san, sebenarnya ap ayng kalain bicarakan?”

“A secret makes a woman woman.” Ujar Azumi sambil menyentuhkan jari telunjuknya dibibirnya

“Tidak mengasyikan. Ayo kekantin, aku lapar.”

“Eh, tunggu sebentar.” Ujar Azumi

“Ada apa lagi?” ujar Kai bosan

Azumi kembali masuk lagi kekelasnya dan menghampiri meja Louise.

“Louise, ayo kita kekantin bersama.” Ujar Azumi tersenyum

“Untuk apa kau mengajakku. Bukannya seharusnya kau—“

“Karena kau temanku, tentu saja aku harus mengajakmu, ayo!” seru Azumi sambil menarik tanagn Louise

“Hei, lepaskan tanganku!” seru Louise ssambil mencoba melepaskan genggaman tanagn Azumi dari tangannya

“Tidka akan aku lepas kalau kau tidak ikut denganku kekantin.”

“I-iya, iya, kau ikut kau kekantin! Sekarang lepas!”

Azumi melepas genggamannya dari lengan Louise dan bibirnya menampakkan senyumnya.

“Ayo.” Ujar Azumi

Himeka dan yang Lainnya hanya tersenyum melihat tingkah Azumi.

“Azumi-san itu memang orang yang sanagt baik.” Ujar Himeka

“Kau benar, Azumi-chan memang sanagt berbeda.” Timpal Mikage

“Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Azumi yang sudah ada didepan teman-temannya

“Tidak membicarakan apa-apa. ayo kekantin.” Ujar Himeka sambil menggandnegan lengan Azumi dan Azumi

“I-iya.”

Meerka pun pergi kekantin beramai-ramai. Himeka yang memang adik dari sang leader, Kai, memang tidka aneh jika setiap hari terus bersama-sama dengan The Blood.

Seperti biasanya, sesampainya di kantin, The Blood memisahkan diri dan duduk ditempat yang memang sudah mereka biasa tempati di kantin. Sednagkan Himeka, Azumi dna Louise, mereka bertiga berkumpul dnegan teman-teman Himeka yang lainnya.

“Aku duduk disana saja.” Ujar Louise sambil menunjuk salah satu meja yang kosong

“Dame. Kau harus duduk denganku.” Ujar Azumi dengan wajah polosnya

“Haaah.. kau itu gadis yang sangat menyusahkan.” Ujar Louise

“Hmm..hehehe.” Azumi malah tersenyum manis melihat Louise yang kesal

“Louise, Azumi-san, ayo duduk disini.” Ujar Himeka

Tidka ada sikap menolak dari teman-teman Himeka saat melihat Louise duduk diantara mereka. Karena bagi mereka siapapun yang menjadi teman Himeka, itu berarti teman mereka juga.

“Waah.. lihat..lihat.. itu siswi St. Blossom!” seru seorang murid

“Waah.. mereka benar-benar cantik!!’ teriak murid lainnya

“St. Blossom? Siapa mereka?” tanya Azumi bingung

“Mereka itu murid dari St. Blossom Academy. Sekolah elite khusus wanita. Gadis yang memegang mwar itu namanya Shizuka Yamazaki, dia puteri dari pemilik St. Blossom sekaligus ketua komite di St. Blossom.” Ujar Louise menjelaskan

“Oh.. hebat sekali. Lalu apa yang dia lakukan?” tanya Azumi

“Kau ini bodoh ya. Shizuka Yamazaki itu adalah ketua komite yang berhak melakukan apapun di St. Blossom Academy dan dia adalah orang kepercayaan ayahnya karena dia yang anti akan menjadi orang yang mewarisi St. Blossom Academy milikm ayahnya itu.”

“Aku mengerti sekarang.” Ujar Azumi sambil meneepukkan tangannya

“Lihat, dia menghampiri The Blood.” Bisik Nami

Azumi mengarahkan pandangannya pada kelompok laki-laki populer St. Maria itu.

“Kai-sama, bagaiman kabarmu?” ujar Shizuka dengan suara yang lembut

“Mau apa kalian datang kesini?” ujar Kai

“Kami kesini ingin memberikan ini pada kalian.” ujar Shizuka sambil menyerahkan sebuah undangan pada Kai

Bukan Kai yang menerima undangan itu tapi Mikage.

“Dance party?” gumam Mikage

“Benar. Kami megadakan perayaan ulang tahun St. Blossom. Karena itu, dengan sangat terhormat kami berharap Kai-sama dan teman-teman bisa datang ke pesta yang kami adakan.”  Ucap Shizuka dengan senyum lembutnya

“Shizuka-hime, kami pasti akan datang.” Ujar Shinji sambil mengecup tangan Shizuka

“Kami sangat senang mendnegarnya. Kalau begitu, kami permisi.” Shizuka membungkukan tubuhnya dengag gaya yang elegan lalu pergi dari tempat Kai

Shizuka melihat kearah Himeka yang tengah duduk denagn teman-temannya dan menghampiri mereka.

“Himkeka-sama.”

“Ah, Shizuka-san.” Sahut Himeka

“Hmm.. Himeka-sama, aku kesini ingin memberikanmu ini.”

“Apa ini? Undangan?” tanya Himeka bingung

“Iya, aku juga sudha memberikan undanagn pada Kai-sama dna yang lainnya. Jadi, aku sangat berharap, Himeka-sama juga akan datang.”

“Tentu saja. Kalau nii-san datang aku pasati juga datang.” Ujar Himeka

“Aku senang mendnegarnya.”

“Apa aku boleh mengajak teman-temanku?’ ucap Himeka sambil merangkul pundak Azumi

Azumi yang bingung hanya menuruti Himeka saja. Azumi yang tudak mendnegar jawaban dari Shizuka langsung menatap Shizuka yang tengah memandnaginya tajam. Entah hanya perasaaanya saja atau memang benar, Azumi sekilas melihat raut tidka suka dari Shizuka pada dirinya.

“Tentu saja. Himeka-sama, boleh mengajak siapapun ke pesta nanti.”

“Arigatou, Shizuka-san.”

“Doumo.”

“Azumi-san, nnati kau harus ikut ke pesta dansa ya?”

“Eh? Aku? Tapi aku—“

“Tidka ada tapi-tapian. Azumi-san harus ikut.”

“Ba-baiklah.” Ujar Azumi menyerah.

Shizuka terus memperhatikan gerak-gerik Azumi yang menurutnya sangat tidak elegan.

“Baiklah, kami permisi.” Ucap Shizuka memberi hormat dengan sopan.

Azumi merasakan firasat buruk saat melihat tatapan mata Shizuka tapi ia tidak begitu menghiraukan perasaannya itu.

“Azumi-san apa kau punya gaun untuk ke pesat dansa?” tanya Himeka

“Eh? Gaun? Aku...”

“Hwaa.. gomen, gomen, Azumi-san.. aku tidka bermaksud buruk!” seru Himeka

“Hmmp..hahaha.. Himeka,kau lucu sekali. Aku tidka apa-apa.hehehe..,”

“Haaah.. yokataa.” Ujar Himeka sambil mebngelus dadanya

Azumi terus tersenyum melihat tingkah lucu sahabtanya itu.

Dilain sudut, seorang dengan bola mata Onyx-nya tengah memperhatikan gerak-gerik Azumi yang tengha bercanda ria dnegan Hiemeka dan teman-temnnya.

“Kai, kau sedang melihat apa?” tanya Shinji yang melihat sahabatnya melamun

“Tidak ada.” Jawab Kai singkat

“Ahh.. Kai-san, apa kau sednag melihat murid baru yang duduk disamping adikmu itu?” ujar Mikage dengan senyum jahilnya

“Tidak ada hal yang menarik darinya yang pantas aku perhatikan.” Sahut Kai

“Uuuh.. hontou ni?” ujar Shinji yang ikut-ikutan menggoda Kai

Selgilagi kedua temannya yang sedang emnggoda Kai, lain halnya dnegan Rei yang sejak tadi memang memperhatikan Kai yang terus memandangi Azumi.

Jujur saja, sejak kejadian dia mengantar Azumi bekerja ke cafe yang ternyata adalah cafe miliknya, Rei merasakan sesutu lain pada Azumi.


TENG... TENG... TENG...


“Haah.. akhirnya jam masuk sekolah.” Ucap Himeka

“Hehehe... ayo kita kekelas.” Azumi menarik pelan tangan Himeka untuk berdiri dari kursimya

“Kami kekelas duluan.” Lanjut Azumi

“Sampai jumpa pulang sekolah nanti.” Ujar Nami dan Miho serempak

Azumi berjalan masih dengan Himeka ynag ia gandeng tangannya.

“Himeka, kenapa kau lemas sekali?” tanya Azumi yang aneh yang melihat sahabat yang biasanya semanmgat sekarang tiba-tiba lemas

“Aku tidak suka pelajaran biologi.” Ucap Himeka lemas

“Hehehe.. kau ini.”

“oh iya, kau jadi mau kerumahku?” tanya Azumi

Seketika itu juga, Himeka yang tadinya lemas langsung kembali semangta.

“Atari maeda! Aku akan mengajak Nami, Miho, Tamaki-kun, dan juga Arashi-kun.” Ujar Himeka semangat

“Hehehe.. iya, iya, kau boleh mengajak semuanya.”

Azumi sangat bahagia melihat senyuman ceria Himeka. Karena baginya, Himeka adalah orang pertama yang menerimanay sebagai seorang teman.

“Akihara.”

“Eh, Rei-senpai.”

“Aku mau bicara sebentar denganmu.”

“Bicara denganku?”

“Hmm... bisa kan?”

“Umm.. tentu saja.”

“Baiklah, aku tinggal kalian berdua. Azumi-san, ganbatte ne~.” Bisik Himeka

“Eh? Apa maksdunya?” gumam Azumi bingung

Kai yang melihat Rei yang sepertinya dekat dengan Azumi kembali merasakan sesuatu yang tidka beres dengan dirinya. Setiap melihat kedekatan Azumi dna Rei, Kai seperti merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Dan dia baru merasakannya sekali ini.

“Kai-san, kenapa lagi?” tanya Mikage

“Bukan urusanmu.” Ujar Kai dna langsung berlenggang pergi dari kantin menuju kekelasnya.

Azumi melihat Kai yang pergi dan terus menatap punggung tegap Kai.

Sejak pertama bertemu, Azumi belum sempat sama sekali mengobrol dengan Leader The Blood it. Azumi mereasakan hawa membunuh dna menyeramkan setiap berdekatan dengan kakak Himeka itu.

“Akihara, ayo kita bicara di taman sekolah.” Ujar Rei

“Ha-Hai’.” Azumi pun mengikuti Rei dari belakang.

Tanpa keduanya ketahui, seseorang tengah memperhatikan mereka. Siapa lagi kalau bukan Kai yang memang sejak tadi teru memperhatikanAzumi dengan sudut matanya.

“Hmm.. Kai-san, kalau kau begitu penasaran, kenapa kau tidka mencoba mengikuti mereka?” ujar Shinji santai dan berakhir dengan ia mendapatkan deathglare dari Kai

“Jangan ikut campur urusanku.” Ujar Kai dan benar-beanr pergi dari tempatnya dengan Himeka yang berjalan disampingnya

“Haaah.. akan terjadi persaingan lagi.” Desah Shinji

“Kenapa Shin?” tanya Mikage

“Kita akan melihat persaiangan Pangeran berkuda putih dengan Pangeran berkuda hitam yang bersaing memperebutkan snag puteri.” Ujar Shinji tersenyum penuh arti

Mikage hanya memiringkan kepalanya karena bingung dengan perkataan saudara sepupunya itu.

“Sudahlah ayo kekelas.” Ujar Shinji sambil merangkul pundak Mikage dan mengajknya kembali kekelas mereka.


“Rei-senpai, sebenarnya pa yang mau Re-senpai katakan padaku?”

Rei duduk di bangku taman yang menghadap air mancur dan terdapat patung Angel yang tengah memegangi kendi.

“Rei-senpai.”

“Duduklah.” Ujar Rei

Azumi pun menurutinya dna duduk disamping Rei.

“Aku ingin bertanya satu hal padamu dna jawab denagn jujur.”

“A-apa yang ingin Senpai tanyakan?”

“Apa pendapatmu tentang Kai?”

“Eh? Kai-senpai? Kenap Rei-senpai tiba-tiba menyakan hal itu?”

“Jawab saja.” Sahut Rei lembut

“Mmm.. Kai-senpai itu seperti bunga mawar.”

“Bunga mawar?”

“Umm.. bunga mawar yang cabtik dan banyak sekaliu yang menyukainya tapi saat kita hendak menyentuhnya, tangan kita pasti akan terkena durinya. Begitulah menurtuku Kai-senpai.”

“Hanya itu?”

“Aku belum tahu banyak tentang Kai-senpai, tapi setiap aku berada didekatnay aku seperti merasakan hawa membunuh, hehehe.”

“Hmmm.. sou ka. Haaah.. begitulah Kai. Dia berusaha untuk tidka berinteraksi dengan banyak orang karean memang dia tidak pendai mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Hanya aku, Mikage dan Shinji juga Tuan Kurobe yang tahu bagaiman Kai. Kami berteman dengan Kai yang dingin dan menyeramkan, begitulah tanggapan orang-orang pada Kai. Saat SMP, aku adalh anak yang tidak mudah bergaul bagiku berteman dengan orang lain sama saja dengan membuang waktu. Saat itu aku tengahberusaah ingin diriku diakui oleh ayahku, karena aku ingin menjadi seperti apa yang ayahku inginkan. Aku bertemu dengan Kai saat orangtua kami menjadi rekan bisnis. Aku dan Kai sama-sama tidka peduli dengan yang namanya pertemanan. Sama paa akhirnya kami berdua bertemu dengan Mikage dan juga Shinji, anak dari rekan bisnis ayahku yang lainnya. Mikage ynag bersemangat, periang mengubah pandnaganku akan sebuah pertemanan, sendangkan Shinji yang selalu bersikap dewasa dan kadang juga jahil membuatku mudah berteman dnegannya . Setelah mengenal baik Mikage dan Shinji, aku berusaha untuk menjadi teman bagi Kai. Pada awalnya Kai terus bersikap dingin padaku, tapi aku yang saat itu ingin seklai berteman dengan Kai tidak menyerah untuk menjadikannya sahabatku dan pada akhirnya Kai menyerah dan kami berempat menjadi sahabat.”

“Ano... untuk apa Rei-senpai menceritakan itu semua padaku?”

“Akan aku jelaskan setelah aku menceritakan semuanya, bagaimna?”

“Ba-baiklah.”

“Dan setelah masuk SMA ini kami terus bersama, Mikage mengusulkan nama untuk kelompok kami. Pada awalnya Kai yang menolak keras usul Mikage itu. tapi Mikage dnegan caranya membujuk Kai dan entah dengan cara apa dia membujuk Kai yang jelas Kai langsung setuju. Dna akhirnya terciptalah—“

“The Blood, iya kan?” potong Azumi

“Hmm... nama itu kami ambil dari lambang kami berempat. Mikage saat itu dengan sengaja mengiris jarinya dan menyuruh kami semua untuk melakukan hal yang sama. Kami pun melakukannya, dan kami menyatukan darah kami berempat. Saat itu Mikage berkata ‘ Dengan menyatunya darah kita, itu berartti jodoh diantara kita tidak akan pernah terputus banhkan sampai kita mati sekalipun’. Begitulah katanya.”

“Waah, pasti sakit sekali.’

“Hmm.. tentu saja. Tapi saat itu aku melihat kesungguhan dari Mikage. Diamemang yang paling muda diantara kami bertiga, jadi janagn heran jika sikapnya sering kali seperti anak kecil.”

“Pantas saja.”

“Jadi, jelaskan padaku apa maksud semua ini?”

“Akihara, jika aku mengatakan padamu kalau aku menyukaimu, apa tanggapanmu?”

“A-APA!!” seru Azumi sambil beridir dari tempatnay dnegan wajah yang sangat terkejut

“Hmmp.. hahaha... reaksimu luar biasa sekali.’

“R-Rei-senapi, k-kau jangan bercanda!”

“Aku tidka bercanda.”

“Kita bahkan baru bertemu 2 hari, bagaiman mungkinkau—“

“Tidak. kau mungkin baru bertemu aku 2 hari, tapi aku sudah sering melihatmu.”

“Ma-maksud senpai?”

“Kau lupa siapa aku? Aku in ipemilik cafe tempat kau bekerja.”

“La-lalu, a-apa hubungannya?”

“Saat aku mebgantrmu ke cafe, kau juga kaget ternyata kau bekerja di cafeku, aku pikir kau sudah menyerah karena menurutku Kurobw-san itu tidak pernah smebarangan memilih karyawan. Saat kau melamara pekerjaaan di cafe, Kurobe-san aku suruh untuk menguji kesungguhanmu dengan menyuruhmu untuk bekerja hal-hal yang berat. Dan ternyata kau mampu melakuakn itu semua. Setiap hari aku datang ke cafe tanpa sepengetahuanmu dna kau terus mengamati caramu bekerja. Dan aku memutuskan untuk menerimamu bekerja. Melihat kesungguhanmu itulah aku merasakan hal lain yang akupun biingung untuk mengartikannya. Makanya kau konsultasi pada Kurobe-san yang lebih berpengalaman dariku dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?”

Azumi menggelengkan kepalanya.

“Dia bilang padaku kalau aku sedang jatuh cinta.”

“Jadi—“

“Ya, aku menyukaimu. Apa kau menjadi kekasihku?” ujar Rei dengan sikapnya yang lembut langsung berdiri didepan Azumi yang masih memandnag wajah kagetnya.

“A-aku.. aku—“

“Kalau kau belum siap menjawabnya, aku beri kau waktu. Hari sabtu didepan City Garden jam 07.00 malam, aku tunggu kau disana. Dan saat itu aku ingin kau menjawabnya.”

“Rei-senpai.”

“Aku tidka main-main dnegan perasaanku ini, kau ingat itu.” ujar Rei sambil mendekatkan bibirnya kekening Azumi dan mengecupnya.

Wajah Azumi benar-benar merah merona mendapat perlakuan lembut dari senpai sekaligus bosnya itu.

“Kembalilah kekelasmu.” Uajr Rei setelah melepaskan ciumannya.

“Umm.. shitsurei shimasu.” Azumi langusng berlarikedalam sekolah menuju kelasnya dnegan degup jantung yang tidak karuan.

Sementara itu..

“Kau disana kan, keluarlah.” Ujar Rei dengan wajah tersenyum

“Apa maksdumu dengan semua ini, Amakusa.”

“Hmm.. bukannya sudah aku katakan. Aku akan menjaganya dnegan caraku sendiri dna inilah satu-satunya caraku untuk menjaganya.”

“Kau mempermainkannya?”

“Heh, ini urusnku dan kau tidak beehak mencampurinya.”

“Terserah padamu. Apapun yang kau lakukan itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi.. jika masalhnya menyangkut Mademoiselle, aku tidak akan tinggal diam.”

“Oui, Noir.”

Laki-laki yang dipaanggil Noir itupun langsung pergi dari tempatnya maningglakan Rei yang sekarnag tengah tersneyum penuh arti.

“Ingat semua ucapanku tadi, Rouge.” Ucap Noir sebelum benar-beanr pergi.

“Aku ynag akn melindunginya, bukan kau, Noir.”


Penasaran ada apa diba,ik nama-nama asing itu????


*Mademoiselle ^Miss^

*Noir ^Black^

*Rouge ^Red^


Pengen tahu apa rahsia dari percakapan mereka???

 Keep READING!!! Y A!-HA!




ATTENTE PARTIE 4.....^_^



Don’t forget tyo comment...



QUARTO DIOSAS



RIENA HIKARI....^_^


SEE U NEXT CHAPTER... YA!-HA!

More aboutTHE BLOOD ~ parte 3