Hola... bonjour... hello...
Parte 3 is here!!!
Parte 2 ceritanya kepanjangan!!! Ilo siento... ^i’m sorry^..
Parte 3 ini diusahain gk panjang-panjang deh...
Gracias que para ya lectura...
^makasih buatyang dah baca^...
Langsung aja deh baca parte 3...
FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!
*Last parte..
Azumi
yang merahasiakan masalah pekerjaannya malah ketahuan oleah Rei yang
ternyata adlah pemilim cafe dan yang kedua oleh Kai yang ternyata juga
adalh kawan lama bosnya, Kurobe.
Masa sekolah SMA Azumi
tidak semenyenangkan yang ia pikirkan. Louise yang sellau mencari
masalah dnegannya ternyata memiliki dendam pada Azumi karena gara-gara
ibunya Azumi, ibu Louise meningal. Itu diakibatkan karena sang ibu
merasa sakit hati pada ayah Louise yang selingkuh denagn ibunya Azumi
yang notabenenya adalah seorang pelacur.
Rei menasihati Louise agar tida terjebak dalam dendamnya karena membalas dendam hanay akan menimbulkan dendam baru.
Pada
akhirnya Louise menyadari satu kesalahannya dan memaafkan Azumi. Tentu
saja tidak langsung menjadi teman baik. Tapi setidaknya tidak akan ada
yang mengerjai Azumu lagi disekolah.
*Parte 3..
Waktu
istirahat pun datang. Karena kejadian pertengkaran Azumi dan Louise
tadi, pelajaran jadi tertunda dan akhirnya istirahat mereka di percepat.
“Haaah... ayo kita makan siang, aku lapar sekali.” Ujar Mikage
“Hmm, ayo.” Timpal Shinji
“Ano..”
“Ada apa, Himeka?” tanya Azumi
“Azumi-san, mungkin waktunya tidak tepat, tapi...”
“Katakan saja, ada apa?”
“Boleh tidak hari ini aku main kerumahmu?”
“Eh? Ke-kerumahku?”
“Tapi, kalau Azumi-san keberatan juga tidak apa-apa.” Ujar Himeka dengan raut wajah kecewa
Melihat raut kecewa dari Himeka ditambah deathglare dari Kai, Azumi jadi serba salah. Dia harus bekerja setelah pulang sekolah.
“Azumi-san, tidak usah dipikirkan, aku—“
“Kau boleh main kerumahku.” Potong Azumi
“Hontou ni?”
“Umm.” Angguk Azumi
“Yatta!!” seru Himeka riang sambil memeluk Azumi
Melihat betapa bahagianya sahabat barunya ini, Azumi jadi sangat bersalah sudha membohonginya.
“Kalau Himeka-chan boleh, aku juga mau ikut.” Ujar Mikage
“Ore mo.” Timpal Shinji
“Sepertiny atidak buruk. Aku juga.” Ujar Rei yang tersenyum penuh arti
‘What the hell?!” batin Azumi
Tinggal satu orang yang belum mengatakan pendapatnya.
“Apa? jangan berpikir kalau aku akan ikut. Itu tid—“
“Nii-san, kau harus ikut.” Ucap Himeka dengan sneyum manis diwajahny ayang malah terlihat menyeramkan
“Nii-san.” Kali ini Himeka menggunakan jurus jitunya, puppy eyes
“Haaah... terserah saja.” Kai memang selalu kalah jika Himeka sudah emnggunakan keahlianny ayang satu itu
“Baiklah! Sudha diputuskan, setelah pulang sekolah nanti kita semua kerumah Azumi-san!” seru Himeka senang
“ Ano.. R-Rei-senpai.”
“Ada apa, Akihara?”
“Boleh tidak kita bicara sebentar?”
“Seguro, Senorita.” Ujar Rei dengan satu tanagn yang ia letakkan didepan dadanya
“Himeka, aku mau bicara dengan Rei-senpai sebentar.” Ucap Azumi
“Eh? Oh iya, douzo.” Sahut Himeke
Kai
menatap kedua orang yang baru saja keluar dari kelas itu denagn tatapan
dingin seperti biasanya. Entah kenapa melihat Rei yang dekat dengan
Azumi membuat Kai sedikit terganggu.
“Apa yang ingin kau bicarakan, Akihara?”
“A-aku hanya ingin meminta ijin bolos kerja untuk hari ini.” Ujar Azumi tegas
“Eh? Apa maskdumu?”
“Mo, Rei-senpai aku sudah tahu kalau kau itu pemilik cafe tempat aku bekerja sekarang. Iya kan?”
“Hmmm... akhirnya kau menyadarinya juga. Aku terkejut kenapa seseorang bekerja tapi tidak tahu dia bekerja untuk siapa.”
“Aku
kira yang punya cafe itu Kurobe-san. Lagipula, Kurobe-san tidak pernah
menceritakanmu padaku, jadi wajar saja kalau aku tidak tahu.”
“Iya, iya aku minta maaf. Baiklah, biar nanti aku yang bocara pada Kurobe-san untuk meminta ijinmu.”
“Benarkah?”
“Mmm.”
“Arigatou gozaimashita.
“With my pleasure, Princesa.” Ujar Rei sambil melakukan gerakan yang sama saat menyentujui permintaan Azumi tadi
“Azumi-san. Ayo kekantin!” seru Himeka
“Iya!’ sahut Azumi
“Rei-senpai,
aku mohon janagn beritahu pada Himeka dulu kalau aku bekerja di cafe.
Dia pasti akan sangat mengkhawatirkanku melihat sikapnya padaku.”
“Mochiron.”
“Gracias.” Ujar Azumi menggunakan bahasa spanyol
Rei hanay tersenyum lembut melihat Azumi ynag hari ini banayk sekali tersnyum dna itu membuat hatinya bahagia.
“Azumi-san, sebenarnya ap ayng kalain bicarakan?”
“A secret makes a woman woman.” Ujar Azumi sambil menyentuhkan jari telunjuknya dibibirnya
“Tidak mengasyikan. Ayo kekantin, aku lapar.”
“Eh, tunggu sebentar.” Ujar Azumi
“Ada apa lagi?” ujar Kai bosan
Azumi kembali masuk lagi kekelasnya dan menghampiri meja Louise.
“Louise, ayo kita kekantin bersama.” Ujar Azumi tersenyum
“Untuk apa kau mengajakku. Bukannya seharusnya kau—“
“Karena kau temanku, tentu saja aku harus mengajakmu, ayo!” seru Azumi sambil menarik tanagn Louise
“Hei, lepaskan tanganku!” seru Louise ssambil mencoba melepaskan genggaman tanagn Azumi dari tangannya
“Tidka akan aku lepas kalau kau tidak ikut denganku kekantin.”
“I-iya, iya, kau ikut kau kekantin! Sekarang lepas!”
Azumi melepas genggamannya dari lengan Louise dan bibirnya menampakkan senyumnya.
“Ayo.” Ujar Azumi
Himeka dan yang Lainnya hanya tersenyum melihat tingkah Azumi.
“Azumi-san itu memang orang yang sanagt baik.” Ujar Himeka
“Kau benar, Azumi-chan memang sanagt berbeda.” Timpal Mikage
“Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Azumi yang sudah ada didepan teman-temannya
“Tidak membicarakan apa-apa. ayo kekantin.” Ujar Himeka sambil menggandnegan lengan Azumi dan Azumi
“I-iya.”
Meerka
pun pergi kekantin beramai-ramai. Himeka yang memang adik dari sang
leader, Kai, memang tidka aneh jika setiap hari terus bersama-sama
dengan The Blood.
Seperti biasanya, sesampainya di kantin, The
Blood memisahkan diri dan duduk ditempat yang memang sudah mereka biasa
tempati di kantin. Sednagkan Himeka, Azumi dna Louise, mereka bertiga
berkumpul dnegan teman-teman Himeka yang lainnya.
“Aku duduk disana saja.” Ujar Louise sambil menunjuk salah satu meja yang kosong
“Dame. Kau harus duduk denganku.” Ujar Azumi dengan wajah polosnya
“Haaah.. kau itu gadis yang sangat menyusahkan.” Ujar Louise
“Hmm..hehehe.” Azumi malah tersenyum manis melihat Louise yang kesal
“Louise, Azumi-san, ayo duduk disini.” Ujar Himeka
Tidka
ada sikap menolak dari teman-teman Himeka saat melihat Louise duduk
diantara mereka. Karena bagi mereka siapapun yang menjadi teman Himeka,
itu berarti teman mereka juga.
“Waah.. lihat..lihat.. itu siswi St. Blossom!” seru seorang murid
“Waah.. mereka benar-benar cantik!!’ teriak murid lainnya
“St. Blossom? Siapa mereka?” tanya Azumi bingung
“Mereka
itu murid dari St. Blossom Academy. Sekolah elite khusus wanita. Gadis
yang memegang mwar itu namanya Shizuka Yamazaki, dia puteri dari pemilik
St. Blossom sekaligus ketua komite di St. Blossom.” Ujar Louise
menjelaskan
“Oh.. hebat sekali. Lalu apa yang dia lakukan?” tanya Azumi
“Kau
ini bodoh ya. Shizuka Yamazaki itu adalah ketua komite yang berhak
melakukan apapun di St. Blossom Academy dan dia adalah orang kepercayaan
ayahnya karena dia yang anti akan menjadi orang yang mewarisi St.
Blossom Academy milikm ayahnya itu.”
“Aku mengerti sekarang.” Ujar Azumi sambil meneepukkan tangannya
“Lihat, dia menghampiri The Blood.” Bisik Nami
Azumi mengarahkan pandangannya pada kelompok laki-laki populer St. Maria itu.
“Kai-sama, bagaiman kabarmu?” ujar Shizuka dengan suara yang lembut
“Mau apa kalian datang kesini?” ujar Kai
“Kami kesini ingin memberikan ini pada kalian.” ujar Shizuka sambil menyerahkan sebuah undangan pada Kai
Bukan Kai yang menerima undangan itu tapi Mikage.
“Dance party?” gumam Mikage
“Benar.
Kami megadakan perayaan ulang tahun St. Blossom. Karena itu, dengan
sangat terhormat kami berharap Kai-sama dan teman-teman bisa datang ke
pesta yang kami adakan.” Ucap Shizuka dengan senyum lembutnya
“Shizuka-hime, kami pasti akan datang.” Ujar Shinji sambil mengecup tangan Shizuka
“Kami
sangat senang mendnegarnya. Kalau begitu, kami permisi.” Shizuka
membungkukan tubuhnya dengag gaya yang elegan lalu pergi dari tempat Kai
Shizuka melihat kearah Himeka yang tengah duduk denagn teman-temannya dan menghampiri mereka.
“Himkeka-sama.”
“Ah, Shizuka-san.” Sahut Himeka
“Hmm.. Himeka-sama, aku kesini ingin memberikanmu ini.”
“Apa ini? Undangan?” tanya Himeka bingung
“Iya,
aku juga sudha memberikan undanagn pada Kai-sama dna yang lainnya.
Jadi, aku sangat berharap, Himeka-sama juga akan datang.”
“Tentu saja. Kalau nii-san datang aku pasati juga datang.” Ujar Himeka
“Aku senang mendnegarnya.”
“Apa aku boleh mengajak teman-temanku?’ ucap Himeka sambil merangkul pundak Azumi
Azumi
yang bingung hanya menuruti Himeka saja. Azumi yang tudak mendnegar
jawaban dari Shizuka langsung menatap Shizuka yang tengah memandnaginya
tajam. Entah hanya perasaaanya saja atau memang benar, Azumi sekilas
melihat raut tidka suka dari Shizuka pada dirinya.
“Tentu saja. Himeka-sama, boleh mengajak siapapun ke pesta nanti.”
“Arigatou, Shizuka-san.”
“Doumo.”
“Azumi-san, nnati kau harus ikut ke pesta dansa ya?”
“Eh? Aku? Tapi aku—“
“Tidka ada tapi-tapian. Azumi-san harus ikut.”
“Ba-baiklah.” Ujar Azumi menyerah.
Shizuka terus memperhatikan gerak-gerik Azumi yang menurutnya sangat tidak elegan.
“Baiklah, kami permisi.” Ucap Shizuka memberi hormat dengan sopan.
Azumi merasakan firasat buruk saat melihat tatapan mata Shizuka tapi ia tidak begitu menghiraukan perasaannya itu.
“Azumi-san apa kau punya gaun untuk ke pesat dansa?” tanya Himeka
“Eh? Gaun? Aku...”
“Hwaa.. gomen, gomen, Azumi-san.. aku tidka bermaksud buruk!” seru Himeka
“Hmmp..hahaha.. Himeka,kau lucu sekali. Aku tidka apa-apa.hehehe..,”
“Haaah.. yokataa.” Ujar Himeka sambil mebngelus dadanya
Azumi terus tersenyum melihat tingkah lucu sahabtanya itu.
Dilain
sudut, seorang dengan bola mata Onyx-nya tengah memperhatikan
gerak-gerik Azumi yang tengha bercanda ria dnegan Hiemeka dan
teman-temnnya.
“Kai, kau sedang melihat apa?” tanya Shinji yang melihat sahabatnya melamun
“Tidak ada.” Jawab Kai singkat
“Ahh.. Kai-san, apa kau sednag melihat murid baru yang duduk disamping adikmu itu?” ujar Mikage dengan senyum jahilnya
“Tidak ada hal yang menarik darinya yang pantas aku perhatikan.” Sahut Kai
“Uuuh.. hontou ni?” ujar Shinji yang ikut-ikutan menggoda Kai
Selgilagi
kedua temannya yang sedang emnggoda Kai, lain halnya dnegan Rei yang
sejak tadi memang memperhatikan Kai yang terus memandangi Azumi.
Jujur
saja, sejak kejadian dia mengantar Azumi bekerja ke cafe yang ternyata
adalah cafe miliknya, Rei merasakan sesutu lain pada Azumi.
TENG... TENG... TENG...
“Haah.. akhirnya jam masuk sekolah.” Ucap Himeka
“Hehehe... ayo kita kekelas.” Azumi menarik pelan tangan Himeka untuk berdiri dari kursimya
“Kami kekelas duluan.” Lanjut Azumi
“Sampai jumpa pulang sekolah nanti.” Ujar Nami dan Miho serempak
Azumi berjalan masih dengan Himeka ynag ia gandeng tangannya.
“Himeka, kenapa kau lemas sekali?” tanya Azumi yang aneh yang melihat sahabat yang biasanya semanmgat sekarang tiba-tiba lemas
“Aku tidak suka pelajaran biologi.” Ucap Himeka lemas
“Hehehe.. kau ini.”
“oh iya, kau jadi mau kerumahku?” tanya Azumi
Seketika itu juga, Himeka yang tadinya lemas langsung kembali semangta.
“Atari maeda! Aku akan mengajak Nami, Miho, Tamaki-kun, dan juga Arashi-kun.” Ujar Himeka semangat
“Hehehe.. iya, iya, kau boleh mengajak semuanya.”
Azumi
sangat bahagia melihat senyuman ceria Himeka. Karena baginya, Himeka
adalah orang pertama yang menerimanay sebagai seorang teman.
“Akihara.”
“Eh, Rei-senpai.”
“Aku mau bicara sebentar denganmu.”
“Bicara denganku?”
“Hmm... bisa kan?”
“Umm.. tentu saja.”
“Baiklah, aku tinggal kalian berdua. Azumi-san, ganbatte ne~.” Bisik Himeka
“Eh? Apa maksdunya?” gumam Azumi bingung
Kai
yang melihat Rei yang sepertinya dekat dengan Azumi kembali merasakan
sesuatu yang tidka beres dengan dirinya. Setiap melihat kedekatan Azumi
dna Rei, Kai seperti merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Dan dia
baru merasakannya sekali ini.
“Kai-san, kenapa lagi?” tanya Mikage
“Bukan urusanmu.” Ujar Kai dna langsung berlenggang pergi dari kantin menuju kekelasnya.
Azumi melihat Kai yang pergi dan terus menatap punggung tegap Kai.
Sejak
pertama bertemu, Azumi belum sempat sama sekali mengobrol dengan Leader
The Blood it. Azumi mereasakan hawa membunuh dna menyeramkan setiap
berdekatan dengan kakak Himeka itu.
“Akihara, ayo kita bicara di taman sekolah.” Ujar Rei
“Ha-Hai’.” Azumi pun mengikuti Rei dari belakang.
Tanpa
keduanya ketahui, seseorang tengah memperhatikan mereka. Siapa lagi
kalau bukan Kai yang memang sejak tadi teru memperhatikanAzumi dengan
sudut matanya.
“Hmm.. Kai-san, kalau kau begitu penasaran, kenapa
kau tidka mencoba mengikuti mereka?” ujar Shinji santai dan berakhir
dengan ia mendapatkan deathglare dari Kai
“Jangan ikut campur urusanku.” Ujar Kai dan benar-beanr pergi dari tempatnya dengan Himeka yang berjalan disampingnya
“Haaah.. akan terjadi persaingan lagi.” Desah Shinji
“Kenapa Shin?” tanya Mikage
“Kita
akan melihat persaiangan Pangeran berkuda putih dengan Pangeran berkuda
hitam yang bersaing memperebutkan snag puteri.” Ujar Shinji tersenyum
penuh arti
Mikage hanya memiringkan kepalanya karena bingung dengan perkataan saudara sepupunya itu.
“Sudahlah ayo kekelas.” Ujar Shinji sambil merangkul pundak Mikage dan mengajknya kembali kekelas mereka.
“Rei-senpai, sebenarnya pa yang mau Re-senpai katakan padaku?”
Rei duduk di bangku taman yang menghadap air mancur dan terdapat patung Angel yang tengah memegangi kendi.
“Rei-senpai.”
“Duduklah.” Ujar Rei
Azumi pun menurutinya dna duduk disamping Rei.
“Aku ingin bertanya satu hal padamu dna jawab denagn jujur.”
“A-apa yang ingin Senpai tanyakan?”
“Apa pendapatmu tentang Kai?”
“Eh? Kai-senpai? Kenap Rei-senpai tiba-tiba menyakan hal itu?”
“Jawab saja.” Sahut Rei lembut
“Mmm.. Kai-senpai itu seperti bunga mawar.”
“Bunga mawar?”
“Umm..
bunga mawar yang cabtik dan banyak sekaliu yang menyukainya tapi saat
kita hendak menyentuhnya, tangan kita pasti akan terkena durinya.
Begitulah menurtuku Kai-senpai.”
“Hanya itu?”
“Aku belum tahu banyak tentang Kai-senpai, tapi setiap aku berada didekatnay aku seperti merasakan hawa membunuh, hehehe.”
“Hmmm..
sou ka. Haaah.. begitulah Kai. Dia berusaha untuk tidka berinteraksi
dengan banyak orang karean memang dia tidak pendai mengungkapkan apa
yang ada di hatinya. Hanya aku, Mikage dan Shinji juga Tuan Kurobe yang
tahu bagaiman Kai. Kami berteman dengan Kai yang dingin dan menyeramkan,
begitulah tanggapan orang-orang pada Kai. Saat SMP, aku adalh anak yang
tidak mudah bergaul bagiku berteman dengan orang lain sama saja dengan
membuang waktu. Saat itu aku tengahberusaah ingin diriku diakui oleh
ayahku, karena aku ingin menjadi seperti apa yang ayahku inginkan. Aku
bertemu dengan Kai saat orangtua kami menjadi rekan bisnis. Aku dan Kai
sama-sama tidka peduli dengan yang namanya pertemanan. Sama paa akhirnya
kami berdua bertemu dengan Mikage dan juga Shinji, anak dari rekan
bisnis ayahku yang lainnya. Mikage ynag bersemangat, periang mengubah
pandnaganku akan sebuah pertemanan, sendangkan Shinji yang selalu
bersikap dewasa dan kadang juga jahil membuatku mudah berteman dnegannya
. Setelah mengenal baik Mikage dan Shinji, aku berusaha untuk menjadi
teman bagi Kai. Pada awalnya Kai terus bersikap dingin padaku, tapi aku
yang saat itu ingin seklai berteman dengan Kai tidak menyerah untuk
menjadikannya sahabatku dan pada akhirnya Kai menyerah dan kami berempat
menjadi sahabat.”
“Ano... untuk apa Rei-senpai menceritakan itu semua padaku?”
“Akan aku jelaskan setelah aku menceritakan semuanya, bagaimna?”
“Ba-baiklah.”
“Dan
setelah masuk SMA ini kami terus bersama, Mikage mengusulkan nama untuk
kelompok kami. Pada awalnya Kai yang menolak keras usul Mikage itu.
tapi Mikage dnegan caranya membujuk Kai dan entah dengan cara apa dia
membujuk Kai yang jelas Kai langsung setuju. Dna akhirnya terciptalah—“
“The Blood, iya kan?” potong Azumi
“Hmm...
nama itu kami ambil dari lambang kami berempat. Mikage saat itu dengan
sengaja mengiris jarinya dan menyuruh kami semua untuk melakukan hal
yang sama. Kami pun melakukannya, dan kami menyatukan darah kami
berempat. Saat itu Mikage berkata ‘ Dengan menyatunya darah kita, itu berartti jodoh diantara kita tidak akan pernah terputus banhkan sampai kita mati sekalipun’. Begitulah katanya.”
“Waah, pasti sakit sekali.’
“Hmm..
tentu saja. Tapi saat itu aku melihat kesungguhan dari Mikage.
Diamemang yang paling muda diantara kami bertiga, jadi janagn heran jika
sikapnya sering kali seperti anak kecil.”
“Pantas saja.”
“Jadi, jelaskan padaku apa maksud semua ini?”
“Akihara, jika aku mengatakan padamu kalau aku menyukaimu, apa tanggapanmu?”
“A-APA!!” seru Azumi sambil beridir dari tempatnay dnegan wajah yang sangat terkejut
“Hmmp.. hahaha... reaksimu luar biasa sekali.’
“R-Rei-senapi, k-kau jangan bercanda!”
“Aku tidka bercanda.”
“Kita bahkan baru bertemu 2 hari, bagaiman mungkinkau—“
“Tidak. kau mungkin baru bertemu aku 2 hari, tapi aku sudah sering melihatmu.”
“Ma-maksud senpai?”
“Kau lupa siapa aku? Aku in ipemilik cafe tempat kau bekerja.”
“La-lalu, a-apa hubungannya?”
“Saat
aku mebgantrmu ke cafe, kau juga kaget ternyata kau bekerja di cafeku,
aku pikir kau sudah menyerah karena menurutku Kurobw-san itu tidak
pernah smebarangan memilih karyawan. Saat kau melamara pekerjaaan di
cafe, Kurobe-san aku suruh untuk menguji kesungguhanmu dengan menyuruhmu
untuk bekerja hal-hal yang berat. Dan ternyata kau mampu melakuakn itu
semua. Setiap hari aku datang ke cafe tanpa sepengetahuanmu dna kau
terus mengamati caramu bekerja. Dan aku memutuskan untuk menerimamu
bekerja. Melihat kesungguhanmu itulah aku merasakan hal lain yang akupun
biingung untuk mengartikannya. Makanya kau konsultasi pada Kurobe-san
yang lebih berpengalaman dariku dan kau tahu apa yang dia katakan
padaku?”
Azumi menggelengkan kepalanya.
“Dia bilang padaku kalau aku sedang jatuh cinta.”
“Jadi—“
“Ya,
aku menyukaimu. Apa kau menjadi kekasihku?” ujar Rei dengan sikapnya
yang lembut langsung berdiri didepan Azumi yang masih memandnag wajah
kagetnya.
“A-aku.. aku—“
“Kalau kau belum siap menjawabnya,
aku beri kau waktu. Hari sabtu didepan City Garden jam 07.00 malam, aku
tunggu kau disana. Dan saat itu aku ingin kau menjawabnya.”
“Rei-senpai.”
“Aku tidka main-main dnegan perasaanku ini, kau ingat itu.” ujar Rei sambil mendekatkan bibirnya kekening Azumi dan mengecupnya.
Wajah Azumi benar-benar merah merona mendapat perlakuan lembut dari senpai sekaligus bosnya itu.
“Kembalilah kekelasmu.” Uajr Rei setelah melepaskan ciumannya.
“Umm.. shitsurei shimasu.” Azumi langusng berlarikedalam sekolah menuju kelasnya dnegan degup jantung yang tidak karuan.
Sementara itu..
“Kau disana kan, keluarlah.” Ujar Rei dengan wajah tersenyum
“Apa maksdumu dengan semua ini, Amakusa.”
“Hmm.. bukannya sudah aku katakan. Aku akan menjaganya dnegan caraku sendiri dna inilah satu-satunya caraku untuk menjaganya.”
“Kau mempermainkannya?”
“Heh, ini urusnku dan kau tidak beehak mencampurinya.”
“Terserah padamu. Apapun yang kau lakukan itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi.. jika masalhnya menyangkut Mademoiselle, aku tidak akan tinggal diam.”
“Oui, Noir.”
Laki-laki yang dipaanggil Noir itupun langsung pergi dari tempatnya maningglakan Rei yang sekarnag tengah tersneyum penuh arti.
“Ingat semua ucapanku tadi, Rouge.” Ucap Noir sebelum benar-beanr pergi.
“Aku ynag akn melindunginya, bukan kau, Noir.”
Penasaran ada apa diba,ik nama-nama asing itu????
*Mademoiselle ^Miss^
*Noir ^Black^
*Rouge ^Red^
Pengen tahu apa rahsia dari percakapan mereka???
Keep READING!!! Y A!-HA!
ATTENTE PARTIE 4.....^_^
Don’t forget tyo comment...
QUARTO DIOSAS
RIENA HIKARI....^_^
SEE U NEXT CHAPTER... YA!-HA!
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar