THE BLOOD ~ parte 6

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 16 Februari 2013

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....
Bienvenu la partie 6...


Merci deja lecture!!!
Thanks buat yang dah baca!!!

Makasih juga buat comment’y..
Terus baca ya...


Langsung aja kita baca!!

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Akhirnya Azumi mengetahui siapa sebenarnay Kai dan yang lainnya. Mereka adalah anggota mata-mata kepolisian Jepang yang termuda.

“YA-YAKUZA!” seru Azumi denagn wajah yang sangat terkejut.

Misaki, ibu Azumi menceritakan tentang kejadiannya bersama dengan ayah Louise pada Louise dan Louise merasa sangat bersalah telah berprasangka buruk pada Azumi dna ibunya.

“Begitulah, ayahmu tidak pernah berhubungan denganku. Kami hanya bertemu dengan mengobrol, itupun utntuk membut kau dan ibumu membencinya. Maafkan aku, Louise-chan.”

Azumi adalah ‘Kunci’ dari sesuatu yang tanegha diincar Black Dragon dna kekeknya menjadikan sidik jari Azumi sebagai kunci tersebut.

Ya. Rouge, itu codename untuk Amakusa. Ciel, itu codename untuk Shinji. Dan Tierra, itu codename untuk Mikage.

Mademoiselle, itu codename milikmu.”

Oh iya, pesta di St. Blossom diadakan besok kan?” ujar Miho tiba-tiba.

“Kau janagn khawatir. Aku akan membuat kejutan untukmu.” Ujar Himeka sambil memegangi pundak Azumi.



*Parte 6..

“A-apa yang harus aku lakukan?” ujar Azumi cemas.
“Azumi, kenapa kau?” tanya Misaki.
“Kaa-san, aku tidak mungkin datang ke pesta St. Blossom. Aku tidka mau mempermalukan teman-temnaku, aku—“
“Dasar anak bodoh. Bukannya Himeka-chan sudha mengatakan kalau dia akan membeikan kejutan untukmu?”
“Iya, tapi—“
“Sudah berangkat sekolah sana, nanti kau terlambat.”
“Baiklah, baiklah. Ittekimasu.”
“Itterasshai.”
Seperti biasa Azumi akan berangkat dnegan sepeda kesayangannya dengan semangat penuh.
TENG... TENG... TENG...
“Oh tidka aku terkambat!” seru Azumu sambil menaruh sepedanya dan langsung berlari kedalam gedung sekolah.
Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai dna Azumi baru saja datang. Benar kata ibunya, dia terlambat.
SREK!
“Akihara-san, kenapa kau baru datang?”
“A-ano.. go-gomen sensei, aku..”
“Mau beralasan apa, berdiri didepan kelas.”
“Ba-baik sensei.”
“Tunggu.”
“Eh?”
“Duduk.”
“K-Kai-senpai?”
“Kau tidka dengar aku bilang apa. Duduk di bangkumu.”
“Tapi—“ Azumi tidka melanutkan ucapannya karena Kai menatapnya dnegan tatapn tajam.
Azumi masih belum beranjak dari tempatnya karena dia bingung.
“Akihara, kali ini sensei memaafkan keterlambatanmu tapi tidka lain kali.”
“Ah, hai’. Arigatou sensei.” Ujar Azumi dan langsung berjalan kearah mejanya.
“Arigatou, kai-senpai.” Ucap Azumi pelan.
“Hn.”
“Azumi-san, kenapa bisa terlambat?”
“Nanti aku ceritakan. Ngomong-ngomong, kenapa kakakmu ada disini?” bisik Azumi.
“Hehehe.. Nii-san bilang dia bosan di kelasnya makanya datang kesini.”
“Oh.”
Azumi melirik kearah senpainya yang aneh itu. ini bukan kali pertamannya dia meliaht Kai ataupun The Blood yang lainnya masuk kedalam kelas adik kelas dna buruknya mereka bilang itu hanya karen amereka bisan didlam kelas mereka.
Kai tahu kalau Azumi tengah memperharikannya tapi ia tidka peduli.
“Hara.. Akihara.. Akihara!”
“Eh, i-iya?”
“Kalau kau tidka suka pelajaranku, kau boleh keluar dari kelasku.”
“Ah, ma-maaf sensei.” Ujar Azumi sambil menunduk malu.
Seisi kelas langsung menertawakan kebodohan Azumi dna tanpa diduga Kai yang terkenal dengan kedinginnaya pun ikut tersenyum, walau hanay mengangkat sudut bibirnya saja.
Hari ini akan menjadia hari terpanjang untuk Azumi dan itu snagat melelahkan.

“Hahaha.. jadi selama pelajaran Azumi terus melamun dan memandangi Kai-senpai?” ujar Miho.
Sekarang mereka semua berada di kantin karena sekarang jam istirahat dna Himeka menceritakan kelucuan Azumi pada teman-temannya dan membuat Azumi malu setenagh mati.
“Azumi-chan, kawaii ne~.” Goda Tamaki.
“Su-sudah jangan menggodaku terus.” Ujar Azumi.
“Kau itu lucu sekali. Jangan bilang kalau kau mulai menyukai Kai-senapi.
“TIDAK MUNGKIN! AKU TIDAK MUNGKIN MENYUKAI KAI-SENPAI!!” tanpa sadar Azumi mengeluarakn suara kerasnya dan itu berhasil menyita perhatian seluruh seisi kantin.
“A-Azumi.”
“Ha-hai?”
Nami mengendikan kepalanay seperti memberikan petunjuk pada Azumi untuk melihat kearha belakangnya.
GLEK!
Denagn gerakan pelan dna degup jantung yang tidak beraturan Azumi menoleh kebelakang dan...
“K-Kai-sen-pai.” Ujar Azumi gugup.
Kai mendekati Azumi dna berdiri tepat didepannya.
“Bisa kau ulangi ucapnmu tadi?” ujar Kai.
“E-eh? Ma-maksud Kai-senapi?”
“Ulangi kata-katamu tadi, aku mungkin dengar sekali lagi.”
Azumi menelan ludahnya dan tenggorokannya serasa kering karena ia tengah ketakutan luar biasa.
“Nii-san, sudahlah. Azumi-san kan hanya bercanda, Iya kanAzumi-san?” ujar Himeka.
“A-ah..i-iya, aku hanya bercanda.”
“Dengar kan?”
“Tidak. cepat katakan sekali lagi apa yang kau ucapkan tadi.” Kai tetap bersikukuh memaksa Azumi.
Azumi terus menundukan kepalanay dan meremas sisi roknya dengan tanagnnya yang gemetar.
“Kai, hentikan. Kau membuat Akihara ketakutan.” Sekarang giliran Rei yang membela Azumi.
Kai menatap tajam kearah Azumi yang tertunduk dna sebagian rambutnya menutupi wajahnya.
Kai semakin mendekat kerah Azumi dan sekarang bibirnya berada disamping Azumi.
“Aku juga tidka mungkin mneyukaimu. Dasar pengganngu.” Bisik Kai.
DEG!
‘Apa ini. Kenapa dneganku?’ batin Azumi.
Kai menajuhkan diri dari Azumi yang terdiam terpaku setelah mendengar bisikan dari Kai. Kai meninggalkan kantin diikuti teman-temanya dibelakang.
“Azumi-san, daijoubu?” tanya Himeka yang khawatir melihat raut wajah Azumi yang pucat.
‘Dia bilang aku pengganggu?’ Azumi terus beratanya dalam hatinya.
“Aku permisi sebenatr.’ Ujar Azumi lirih dengan tatapan kosongnya.
Himeka yang hendak menghalangi Azumi di hentikan oleh Nami.”
“Biarkan dia sendiri dulu.” Ujar Nami.
Himeka menatap Azumi cemas. Jujur saja, Himeka sangat menyayangi Azumi karena kepribadian Azumi yang mirip dengan ibunya. Dan buan hanya itu, Himeka juga memounyai tugas untuk menjaga Azumi.
Dilain tempat, tepatnya di atap gesung sekolah tempat ternyaman untuk menyendiri, seorang gadis tengah duduk dengan wajah yang ia benamkan diatas kedua lututnya.
Azumi, dia merasa sanagt tidak karuan seteal mendengar ucapan Kai.
Aku juga tidka menyukaimu. Dasar pengganggu.
“Apa yang sudah aku lakukan. Dasar bodoh. Dasar bodoh.”
“Kau tidak bodoh.”
“Eh. R-Rei-senpai.’
“Boleh aku duduk disini?”
“Mmm..”
“Haaah.. disini masih sama, segar.”
Azumi tidak berniat membalas ucapan Rei karena perasaannya masih berputar-putar.
“Jangan pikirkan apapun yang dia katakn. Dia memang tidka pandai berinteraksi dengan ornag lain. Kadang kami pun sebagai sahabatnya bingung, kenapa ada ornag sedingin gunung es disekeliling kami. Tapi, dia tidka selamanya seperti itu. Sejak ayahnya meninggal, Kai berubah menjadi pribadi yang sanagt dingin. Tidka pernah menceritakan apa yang ada dihatinya bahakan pada adkinya sendiri. Sikap dan sifat overprotectivenya pada Himeka dimulai semenajk ayah mereka meninggal. Aku berteman dnegan Kai sejak umurku 7 tahun dan kami terus bersama sampai sekarang, aku tahu bagaiaman dia, aku juga tahu kalau sebenarnay dia kesepian tapi dia tidka pernah mau mengakuinya dna menyembunyikan perasaannya itu dibalik topeng dinginnya.”
“Kenapa Rei-senpai selalu menceritakan hal tentang Kai-senapi padaku?”
“Hmm.. karena aku yakin kau ingin sekali tahu bagaiamana Kai itu. iya kan?”
GOTCHA!
“Ta-tapi aku kan—“
“Kau tahu apa alasan kami masuk kedalam organisasi mata-mata padahal kami masih SMA?”
“Iie, wakaranai.”
“Ayah Kai yang seorang anggota polisi dan ayahku yang seorang detective, mereka berdua meninggal karena kasus yang sama, mereka—“
“Black Dragon?”
“Hn. Ayahku dan ayah Kai adalah sahabat, mereka berteman sejak mereka muda dan sekarnag aku dna Kai juga berteman. Kai dengan kemampuan menganalisis kode rahasia dan aku yang mampu menganalisis sebuah kejadian yang bahkan rumit sekalipun ini bertekad ingin masuk kedalam keannggotaan polisi Jepang dan kami berhasil. Kami bertemu dnegan Mikage dna Shinji. Mereka berdua juga mempunyai nasib yang sama seperti kami. Keluarag mereka dibunuh Black Dragon, dan Shinji kehilangan kekasihny karena menjadi korban dai Black Dragon juga.”
“Apa? jadi Shinji-senapi dan Mikage-senapi—“
“Ya, kami juga sama.’
“Eh. Shinji-senpai? Mikage-senpai?”
“Kami menajdi anggota kepolisian bukanlah rahasia umum lagi. Semua ornag tahu kami anggota kepolisian dna kami hanay bertugas jika ‘Taichou’ menyuruh kami langsung, selainj itu kami akan menjadi siswa SMA biasa.” Ujar Mikage.
“Haaah.. a-aku masih bingung.” Ujar Azumi.
“Mm-Hmm... kau ini memang sanagt lucu, Azumi-chan~.” Ujar Mikage sambil mengacak rambut Azumi.
“Ternyata kalian disini.”
“Ah, Kai-san. Kochi, kochi.” Ujar Mikage.
Azumi yang melihat Kai datang langsung diam seribu bahasa. Rei yang tahu perubahan sikap Azumi hanya bisa diam saja, begitupula dnegan Shinji dan Mikage.
“A-aku, aku permisi kembali kekelas.” Uajr Azumi sambil beranjak dari temaptnya.
Saat melewati Kai, detak jantung Azumi berdetak 2 kali lipat dair biasanya dan ia mencoba untuk tenang.
Azumi menundukan kepalanya memberi salam dan langsung berlari keluar dari atap gedung.
“Mm—hmm.. ini pasti akan sulit, iya kan Rei-senpai?” ujar Shinji.
“Aa..”
Kai hanya bersikap tidka peduli melihat Azumi yang jelas-jelas menghindarinya.
Azumi mempercepat jalannya dan berlari kembali kekealsnya dengan nasfas yang memburu.
“Azumi-san.” Panggil Himeka saat melihat Azumi masuk kedlam kelas.
“Aa..”
“Kemana saja kau?” tanya Louise
“Maaf, tadi aku pergi ke toilet.”
“Usotsuki.” Ujar Louise lagi.
Azumi hanay menundkukan kepalanya karena ketahuan berbohong.
“Oh iya, nanti malam kita menghadri pesta di St. Blossom kan?” ujar Himeka.
‘Nanti malam?’ batin Azumi
“Kenapa, Azumi-san?” tanya Himeka.
“E-eh? A-ah. A-aku mungkin—“
“Benar juga, pulang sekolah nanti kita ke mall.” Seru Himeka.
“Mmenagnya kau mau membeli apa, Hime-chan?” tanya salah satu temannya.
“Bukan aku, tapi... Azumi-san.’ Ujar Himeka sambil merangkul pundak Azumi.
“Eh? Aku?” ucap Azumi bingung.
“Louise-chan, kau mau ikut kan?”
“Ore wa pass. Dan berhenti memanggiku dengan sebutan ‘chan’.” Ujar Louise.
“Ya sudah. Azumi-chan, kita ke mall dengan Miho-chan dna yang lainnya saja.”
“E-eh, terserah padamu saja, Himeka.”
“Ah iya! Bagaimana kalua kita ajak kakak dan teman-teamnnya?”
“E-eh?!” tanpa sadar Azumi langsung berseru dan membuat teman-temannnya bingung.
“Kenapa?” tanya Himeka
“Iie, nandemo nai.”
‘Semoga saja Kai-senpai dan The Blood yang lainnya menolak.’ Batin Azumi.

Jam pulang yang terasa begitu cepat dan ini pasti akan menjadi hari yang melelahkan bagi Azumi, karena Himeka akan membawanya berkeliling mencari gaun untuknya.
“Ah, itu nii-san. Nii-san!!” teriak Himeka.
DEG!
‘Tenangkan hatimu. Bersikap biasa. Bersikap biasa.’ Gerutu Azumi dalm hati.
“Halo, Azumi-chan~!” seru Mikage smabil merangkul pundak Azumi.
“Ha-halo, Mi-Mikage-san.” Ujar Azumi gagap.
“Hahaha.. Azumi-chan, kenapa kau jadi tergagap seperti itu?” tanya Mikage.
“E-eh, a-aku..”
“Sudah, sudah. Akihara, kau satu mobil dneganku, tidak apa-apa kan?” Ujar Rei sambil tersenyum kearah Azumi.
“A-aku.. a-aku..” Azumi menggantung kalimatnya dan menatap kearah Kai yang kebetulan juga melihat kearahnya.
“Apa?” ujar Kai.
Azumi langsung menundukan kepalanya dengan wajah merona.
“Azumi-san.” Gumam Himeka.
“Akihara.” Panggil Rei.
“Iya, aku ikut Rei-senpai.” Ujar Azumi sambil tersnyum.
“Baiklah, ayo.” Rei langsung mengajak Azumi ke mobilnya dan dia melirik Kai yang memperhatikannya dnegan tatapan tajamnya.
Kai terus memandnagi punggung Azumi yang hilang dibalik mobil Ferrari biru milik Rei.
“Nii-san.” Panggil Himeka sambil menarik lengan baju Kai.
Tanpa mengtakan ap-apa, Kai langsung berjalan kearha mobilnya begitu juga Shinji dan Mikage.
“Hime-chan, ayo.” Ujar Miho.
“Aa, hmm.”
Mereka pun langsung meinggalkan St. Maria dan pergi ke salah satu mall terbesar di jepang atas permintaan Himeka.
“Hmm.. Akihara, kau kenapa?”
“Eh? Ah, aku tidka apa-apa.”
“Jangn pikirkan sikap Kai, dia memang seperti itu.”
“Ngg..”
Bukan sikap Kai yang tengah mengganggu pikiran Azumi tapi tatapan mata Kai saat itu. tatapan mata yang terlihat seperti... kesal? Marah? Entahlah.
“Oh iya, apa kau sudah menentukan jawabanmu?”
“Jawaban? Jawaban a—“
“Hmm.. jadi belum ya. Janagn dipaksakan, aku—“
“Shimata! Aku lupa! R-Rei-senpai.”
“Pfft..hahaha..!” Rei tertawa keras melihat Azumi yang terlihat gugup itu.
Mendegar suara tawa Rei membuat wajah putih Azumi memerah.
“Gomen.” Gumam Azumi.
“Daijoubu.” Ujar Rei sambil mengusap kepala Azumi.
Selama setenagh jam mereka di perjalanan ke mall, akhirnya mereka sampi juga di pusat perbnelanjaan itu.
“Kau harus siap-siap melalui hari panjangmu hari ini.” Ujar Rei.
“Eh?”
“Iie, ayo.”
Mereka berdua pun bergabung dengan yang lainnya dna masuk kedlaam mall.
“Himeka-chan, kita mulai sekarang.” Bisik Miho.
“Umm.. ayo.” Balas Himeka.
“Rei-senpai, Mikage-senpai, Shinji-senpai!” panggil Himeka dna Miho
“Ada apa, Hime-chan?” tanya Mikage.
“Gomen, gomen, bisa temani kami memlih baju disana?” pinta Himeka dengan puppy eye miliknya.
“Hmm.. baiklah. Ayo.” Sahut Shinji.
“Yatta!” seru Himeka.
“Tunggu. Lalu bagaimana dnegan Azumi-chan?” tanya Mikage.
“Azumi-san, kau akan di temani nii-san. Tidka apa-apa kan?”
“Eeeh?” pekik Azumi smabil melirik ornag yang sering sekali membuatya bodoh itu.
“Doushite, Azumi-san. Dame?” sekali lagi Himeka mengaktifkan jurus puppy eyesnya.
Azumi serba salah. Disstu sisi dia ingin sekali menjauh dari laki-laki yang terkenal dnegan aura membunuhnya ini tapi disisi lain dia juga tidak ingin membuat Himeka bersedih.
“Ba-baiklah.” Ucap Azumi pelan.
“Yeeeaah!! Azumi-san kakkoi!”
“Eh.he he he.” Azumi tertawa garing mendnegar Himeka yang menyebutnya keren.
“Aho ka.” Ucap Kai yang terntaya bisa didengar oleh Azumi.
Rei tidak bisa menolak permintaan gadis yang terlihat manja dan mnnis tapi bisa jadi sanagt menyeramkan jika keinginannya tidak di turuti.
Akhirnya mereka pun pergi meninggalakna Azumi dna Kai berduaan saja.
“Aku ingin ikut mereka.” Gumam Azumi.
“Pergi saja.” Kai pergi meinggalakn Azumi.
“Haaah.. kenapa ada orang seperti dia didunia ini.” Desah Azumi.
“Mau sampai kapan kau berdiri seperti pantung disana?” Kai yang tahu Azumi tidak mengikutinya dari belakang langsung berseru pada Azumi.
Azumi terus mengikuti kemanapun Kai pergi dna tidka jarang ia menabrak orang-orang yang berlalu lalang didepannya.
Kai tahu kalau gadis yang dibelakangnya itu tidka twwerbiasa berjalan di keramaiana seperti ini. Karena itu...
“Pegang tanganku.” Ujar Kai.
“E-eh? Ma-maksud Kai-senpai?”
“Jangan banyak bicara, lakukan saja.”
Karena takut pada tatapan Kai, Azumi menuruti keinginan Kai dna menggandeng tangannya.
Mereka yang saling mengaitkan tangan mendapat respon dari semua orang dnegan tatapan berbeda-beda.
“Wah lihat, mereka serasi sekali.” Bisik seseorang.
“Mesra sekali.”
“Kekasihya keren sekali.”
Dan masih banayk lagi desas-desus yang Azumi dengar tapi ia tetap menciba untuk tidka menghiraukannya.
Sedangkan Kai, dia tetap stay cool dan tidak sedikit pun melonggarkan genggaman tanagnnay pada Azumi.
Malu, gugup. Itu yang dirasakan Azumi sekarang karena tangannya di genggam erat oleh Kai.
Kai membawa Azumi kesebuah toko gaun di mall tersebut dna Azumi merasa aneh kenapa Kai membawanya kesana.
“Ano.. Kai-senpai?”
“Nani?”
“Ke-kenapa Kai-senapi membawaku kesini?”
“Diam dan ikut saja.”
“Permisi tuan, bisa saya bantu?”
“Pilihkan—“ ucapn Kai terpotong saat merasakan Azumi melepaskn tangan darinya.
Kai mengikuti arah Azumi dna ternyata Azumi  berjalan kearah kaca etalase yang didalamnya terpajang sebuah gaun cantik berwarna putih.
“Waah... sugoi~.” Gumam Azumi.
“Maaf nona, apa nona tertarik dengan gaun ini?”
“E-eh? A-aku?”
“Iya. Tapi sepertinya gaun ini kurnag pantas untuk nona?”
“A-apa?”
“Maaf sebelumnya, gaun ini koleksi terbaik toko kami dan harganya juga sangat tinggi. Anda bisa lihat disini.” Ujar pelayan itu sambil menunjuk bandrol harga yang tertulis dibawah kaca etalase itu.
Y500,000!!” Seru Azumi dengan wajah sangat terkejut.
“Haaah.. kenapa kau teriak-teriak?”  tanya Kai.
“I-iie, nandemo nai. Gomen.” Ucap Azumi gugup.
Kai melirik kearah kaca etalase dna memandnang gaun yang terpajang didalmnya.
“Kua mau gaun itu?” tanya Kai.
“E-eh?  Ti-tidak. a-aku—“
“Jnagn bicara gagap dihadapanku.”
“Go..men.”
“Aku beli gaun ini.” Ujar Kai.
“Kai-senpai, jyoudan janai!”
“Urusai.”
Azumi tidka bisa berkata apa-apa. jujur saja ia sudha sangat jatuh cinta dnegan gaun itu tapi Azumi yakin kalau Kai membelikan gaun itu untuk gadisnya.
“Silahkan tuan.”
“Arigatou. Akihara, ayo.”
Wajah Azumi murung karena gaun impiannya akan diberikan pada ornag lain. Azumi sadar dia tidka akan bisa membeli gaun itu.
“Ini.”
“Eh?”
“Ck. Itu gaun untukmu. Nanti malam kau bisa memakai gaun itu.”
“Eh? Eeeeeeh!!”
“Berisik!”
“Go-gomen. Demo—“
“Apa?”
“Kenapa, gaun ini—“
“Kua tidka suka? Kalu tidak suak, kau boleh membuangnya.”
WHAT THE HELL! Membuang gaun yang sangat diimpikannya itu. immpossible.
“A-arigatou, Kai-senpai.”
“Hn.”
Azumi sangat bahagia, sangat bahagia karen aternyata ornag yang ia anggap sangat menyeramkan ini snaagt baik meskipun kebaikannya ia tutupi dnega sikap super dinginnya.
“AZUMI-SA!! NII-SAN!!”
“Himeka.” Gumam Azumi denagn wajah yang berseri-seri.
“Haaah.. akhirnya ketemu juga. Aku mencair kalian kemana-ma— apa itu, Azumi-san?” ujar Himeka sambil menunjuk kantong yang dipegang erat oleh Azumi.
“I-ini,.. i-ini gaun.”
“Gaun?”
“Umm. Kai-senpai yang—“
“Yeaaaah!!! Nii-san kau hebat!” Himeka berseru sambil memeluk kakaknya.
Kai hanay diam saja mendapat perlakuan dari adiknya itu. Kia tahu kalau hal ini pastiterjadi.
Rei menatap Azumi yang tengah berseri-seri dna terus memandangi kantong yang berisi gaun itu. ada sedikit rasa tidka terima saat tahu kalau langkahnya didahului oleh Kai.
“Akihara.” Panggil Rei dnegan tersneyum.
“Iya senpai?”
“Ini untukmu.”
“Sepatu?”
Rei memberikan sepatu berwarna putih keperekan dnegan tali dan high-heels yang tidka terlau tinggi untuk ukuran Azumi.
“Kawaii.” Gumam Azumi.
“Pakailah itu di pesta nanti.”
“Ha-hai’. A-arigatou.”
“Douita.”
“Waaah.. aku ingin jadi seperti Azumi-san.” Ucap Nami.
“Eh? Apa maksudmu, Nami?”
“Kua beruntung sekali, dua laki-laki populer memberikanmu gaun dan sepatu. Kau seperti puteri dalam dongeng.”
‘Bukan puteri dalam dongeng, tapi aku mangsa para Yakuza.’ Gumam Azumi dalm hati sambil menghela pasrah.
“Jangan terus menghela nafas, kebahagiaanmu bisa-bisa menjauh.” Ujar Mikage sambil mengusap kepala Azumi.
“Karena Azumi-san sudah menadapatkan gaun dna sepatunya, waktunya kita pulang.” Ujar Himeka.
“Baiklah Hime, kami juga sudha membei keprluan kami. Jadi, kami pulang duluan.” Ujar Miho.
“Kenapa tidak bersama saja?” ujar Azumi.
“Gomen. Setelah ini, kami harus kerumah Arashi-kun.”
“Hmm.. baiklah, hati-hati.”
“Umm. Jaa minna-san!”
Setelah Miho dna teman-temannya pergi kini giliran Shinji dna Mikage yang berpamitan.
“Hime-chan, Azumi-chan, aku dan Shinji juga puoang duluan.” Ujar Mikage.
“Umm.”
“Rei-san wa?” tanya Mikage.
“Aku jugak pulang. Akihara, ki o tsukete.” Ucap Rei sambil mengelus rambut Azumi.
“A-arigatou.”
Shinji, Mikage dan Rei pun puoang duluan dan sekarang tinggal dua bersaudara Aoishima dan Azumi.
“Terima kasih untuk semuanya. Aku juga harus pulang. Ibuku pasti sangat mengkhawatirkanku.”
“Biar kami mengantarmu.” Ujar Himeka.
“Tidak usah.  Aku sudha banayk merepotkanmu, jadi aku naik bis sa—“
“Ikut!” tanpa menunggu ucapan Azumi selesai, Himeka langsung menarik tangan Azumi menuju ke mobilk sang kakak.
“Haaah.” Kai hanya menghela nafas dan mengikuti adiknya.

“Kenapa kalian harus repot-repot mengantarku, aku kan bisa pulang sendiri.” Ujar Azumi smabil turun dari mobil Kai karena meerka sudha sampai didepan rumah Azumi.
“Azumi-san, mana mungkin aku membiarkanmu pulang sendirian, kau itu sahabatku.”
“Hmm.. Himeka, kau terllau berlebihan.”
“Dame. Oh iya, nanti malam nii-san yang akan menjemputmu, jadi kau bersiap-siap saja.”
“Na-nani?” ucap Azumi kaget.
“Himeka, sejak kapan kau menjadikan kakakmu ini supir peribadinya, aku tidka mau.”
“Onii-chan, dame?” ucpa Himeka sambil mengeluarkan jurus andalannya.
“Haaaah.. dasar merepotkan.” Kai yang sellau kalah dnegan jurus puppy eyes milik Himeka langsung menyerah.
“Baiklah, nii-chan setuju, jadi kau jangan khawatir.”
“Hai’.” Ujar Azumi sambil tersenyum garing.
“Arigatou, Kai-senpai.”
Kai tidka menjawab ucapan Azumi dan langsung menutup kaca jendela mobilnya dan meninggalkan keidaman Azumi.
“Haaah... bagaimana bisa sifat mereka berbeda padahal mereka saudara.”
Tahu kalau pertanyaan itu membingungkan, Auzmi langsing amsuk kerumahnya.
“Tadaima!”



Yatta!!!! Parte 6 is done!!

Muchas gracias, buat yang baca!!

Gmn cerita’y???
Please comment!!!


QUATRO DIOSAS
SEE U NEXT CHAPTER...

Riena hikari... ^_^

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar