THE BLOOD ~ parte 5

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 16 Februari 2013

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....
Bienvenu la partie 5...

Merci deja lecture!!!
Thanks buat yang dah baca!!!

Makasih buat yang dah comment...^_^

Pasti penasaran ma lanjutannya??

Langsung aja kita baca!!

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Akhirnya keinginan Himeka untuk pergi kerumah Azumi trtlaksan juga. The Blood dan juga teman-teman Himeka juga ikut kerumah Azumi.

Azumi mengajak teman-temannya ke supermarket karena ingin membiarkan Louise dan ibunya.

Kai dna Azumi diikuti sekelompok orang yang enath kenapa ingin sekali membawa Azumi.

Azumi yang melihat Kai terluka, tanpa berpikir panjang lagi langsung melanggar ucapan Kai agar tetap di mobil. Azumi membalut luka bekas geresan peluru pada lengan Kai dengan sapu tangannya.

Azumi merasa bingung saat salah satu dari orang yang mengikutinya terus menerus memanggil Kai dengan sebutan Noir.



*Parte 5...

Noir?” gumam Azumi.
“Cih!” desis Kai.
“Ternyata, kau beum memberitahunay ya? Kasihans ekali kau nona. Asal kau tahu saja, orang yang tengah berdiri didepan untuk melindungimu itu adalah—“
DOR!
“Aku bilang tutuo mulutmu.” Ujar Kai denagn tatapan marahnya.
“Kheh, kenapa Noir? Kau takut kalau dia tahu yang sebernarnya dan menjauhimu? Denagn begitu, kami bisa dengan mudah mendapatkannya. Hahahaha!!”
“Hanya dalam mimpimu.” Ujar Kai.
Mereka pun saling menodongkan pistol satu sama lain. Ketakutan Azumi bisa dirasakan oleh Kai karena tangan Azumi menggenggam erat seragam Kai.
“Sebelum aku melanjutan urusanku denganmu... Nona, akan aku ceritakan sedikit cerita yang menarik padamu.” Ujar pria itu sambil menyeringai.
“Urusai!!” teriak Kai sambil menembakkan peluru dari barreta miliknya.
“Uuuh... abunai desu ne~.. Noir-san, itu tindakan yang tidak sopan.”
“Kisama!!” geram Kai.
“A-ano...”
Kai melirik Azumi yang tiba-tiba mengeluarkan suaranya.
“Se-sebenarnya, sebenarnya a-apa yang terjadi? Ke-kenapa kau me-menginginkanku?” ujar Azumi dengan suara gugup karena takut.
“Hmm... baiklah nona, akan kau beritahu padamu. Sebelum itu, perkenalkan namaku Igurashi Kanou, aku adalah wakil ketua Black Dragon.” Ujar pria yang sejak tadi terus menampakan seringaiannya.
“Bl-Black Dragon? Apa itu?” ucap Azumi.
“Kami adalah Yakuza.”
DEG!
“YA-YAKUZA!” seru Azumi denagn wajah yang sangat terkejut.
“Ara, ara, tidak perlu sekaget itu, Mademoiselle.”
Mademoiselle? Siapa?”
“Hmm.. kau tentunya... pewaris dari seseorang yang sangat berpengaruh di Jepang karena keahlian analisinya sebagai seorang detective. Tapi sayangnya orang itu mati mengenaskan.”
“Azumi.” Panggil Kai.
“Ha-hai’?”
“Jangan denagrkan apapun y ang keluar dari mulutnya. Aku akan ceritakan yang sebenarnya setelah mengahdapi mereka.” Lanjut Kai.
“Sepertinya budak  Leon ini tidka sabar sekali. Haaaah... baiklah. Pardon, Mademoiselle. Sepertinya perbincangan kita tunda dulu karena ada seseorang yang sudah tidak sabar ingin meinikmati timah panas dari Walther milikku ini.” Ujar pria yang bernama Kanou itu.
Kanou mengarahakn moncong revolvernya pada Kai dan Kai pun sebaliknya.
Azumi dengan ketakutannya tidak bisa bergerak sedikit pun dan terus meremas seragam Kai.
“K-Kai-senpai.” Gumam Azumi dengan suara serak.
“Daijoubu. Omae wa, ore ga mamoru.” Ujar Kai.
Azumi sangat terkejut mendnegsr ucapan Kai ynag terkenal dingin dna penuh dengan aura membunuh (menurut Azumi *_*) baru saja mengucapkan hal yang menenangkan Azumi.
Tanpa berkata-kata lagiu, Kanou langsung menembakan walthernya pada Kai. Kai yang menaydari itu langsung menghindar sambil melindungi Azumi.
“Kuso! Azumi, mauk kedlam mobil dan jangan keluar!”
“De-demo—“
Karena lawan terus menerus memuntahkan peluru kearhanya, tanpa pikir panjang Kai langsung mendiring Azumi kedalm mobilnya dan mobil itu langsung terkunci otomatis.
“Kita mulai.” Ujar Kai yang kini memasang seringaiannya.
Aksi baku tembak pun terus berlangsung. Kai yang memang sangat ahli dalam menembak dnegan mudah bisa menghindari setiap tembakan yang diberikan Kanou padanya.
Azumi yang takut langsung emnudukkan kepalanya dnegan kedua tanagn yang emnutupi telinganya. Azumi sangat ketakutan bahkan kini ia tengah menangis dengan tubuhnya yang gemetar.
BRAAK!
Kai menabrak bagian depan mobilnya. Azumi memberanikan diri melihat kearah Kai dan ia meihat Kai yang kelelahan karena menghindari tembakan dari Kanou.
“Cukup sampai disini!” seru seseorang.
“Okoreru, Baka Nakama.” Ucap Kai sambil mengusap darah dari bibirnya yang tadi terkena pukulan dari Kanou.
“Yurushite kudasai, Kai-san.” Sahut Shinji.
“Dimana—“
“Dia ada didalam mobil.” Potong Kai yang tahu apa yang akan ditanyakan Rei.
“Wah, wah.. lihat siapa yang datang.. budak-budak lain dari Leon. Hahahaha!!”
DOR! DOR! DOR!
Tiga tembakan berhasil menghentikan tertawa mereka. Tembakan yang diberikan Mikage untuk mereka.
“Berani-beraninya kalain melukai Kai-san sampai seperti ini! Yurusai nai!!” geram Mikage.
Mikage memang sangat menghormati Kai dan ia akan berubah menjadi Dark Mikage jika ada yang berani melukai orang-orang yang ia anggap berharga, terutama Kai.
“Ochitsuke, Mikage.” Ujar Kai sambil menepuk pundak Mikage.
“Kai-san.”
“Kalian, beritahu pada Virgo, mulai hari ini tidak akan aku biarkan kalian menyentuhnya sedikitpun. Zettai ni.”
“Kheh... akan aku sampaikan salammu itu. Kita akhiri permaianan hari ini, karena sepertinya kalian harus bercerita panjang lebar pada gadis yang tengah gemetaran didalam mobil itu.hahahaha!!”
Kanou dan orang-orangnya langsung masuk kedalam mobil mereka dan meningglakn taman itu.
“Haaah... mereka sudah mulai bergerak.” Gumam Shinji.
“A...” gumam Kai.
Rei langsung menghampiri mobil Kai dan melihat Azumi yang tengah meringkuk dengan tubuhnya yang gemetaran.
“Oi!” ucap Kai sambil melemparkan kunci mobimya.
Rei menangkapnya dan membuka pintu mobil.
“Akihara.” Panggil Rei sambil menyentuh kepala Azumi.
Azumi mengangkat wajahnya yang sudah dibanjiri dengan airmata. Nafasnya yang berburu dna tubuhnya yang gemetar membuat Rei iba melihatnya.
“R-Rei-sen-pai.” Gumam Azumi.
Rei langsung membawa Azumi kedlaam pelukannya dna memeluk erat Azumi.
Kai memperhatikan mereka berdua, entah kenapa ada perasaan kesal saat melihat adegan didepannya itu tapi Kai yang pintar menyembunyikan ekspresi hanya memasang wajah dinginnya.
“Kai-san, kore de ii?” ujar Shinji.
“Hn.” Gumam Kai sambil membuang mukanya kearah lain karena tidka mau melihat adegan melankolis itu.
Shinji melirik Kai yang tetap memsang wajha dinginnya, meski Shinji tahu sebenarnya Kai tengah bingung dengan perasaannya.
‘Sepertinya, ucapan Taichou terbukti. Mereka berdua pasti akan terus bersaing.’ Batin Shinji.

Selain itu dirumah Azumi, Misaki (ibu Azumi) dan Louise tengah membicarakn masalah mereka yang bisa dibilang tidak mudah untuk dipecahkan.
“Louise-chan, aku tahu kalau kau pasti sangat membenciku. Akan aku ceritakan semuanya.” Ujar Misaki dengan wajah yang tersenyum lembut.

FLASBACK ON..

“Maaf tuan, apa anda memerlukan sesuatu?”
“Panggilkan Misa kemari.”
“Apa anda sudah tahu peraturan disini tuan?”
“Ya.”
“Baik.”
Laki-laki paruh baya tadi memanggil seorang wanita dengan parasnya yang cantik. Wanita itu memakai kimono dan berjalan begiut anggun.
“Tuan, ini pesanan anda.”
“Misa, hisashiburi ne?”
“Nakajima? Kau Nakajima Hayato kan?” ujar Misaki
“Ya, ini aku. Kau masih terlihat cantik. Bagaimana kabar anakmu. Aku ibin sekali bertemu dengannya.”
“Azumi baik-baik saja. Sekarang dia kelas 2 SMP, dan kalau tidak salah anak gadismu pun seumuran dengan Azumi kan?”
“Hmm... Louise, dia jjuga kelas 2 SMP.”
“Baiklah, ada apa kau ingin menemuiku? Aku yakin ini bukan sekedar reunian belaka. Dan aku juga tidak akan tanya darimana kau tahu kalau aku bekerja disini.”
“Heh, kau masih tetap sama, selalu bicara lansgung pada intinya.”
Hayato mengajak Misaki ke sebuah hotel. Meskipun Miskai adalah Geisha, Haayato tidak bermaksud untuk menidurinya.
Mereka sampai disebuah kamar yang mewah. Misaki yang tahu bagaiman sifat Hayato yang tidak mungkin mengkhianati istrinya hanay bersikap biasa saja.
“Jadi, ada apa?” tanya Misaki.
“Aku ingin meminta bantuanmu.”
“Bantuanku? Bantuan apa?”
“Aku ingin istri dan anakku membenciku.”
“Apa maksudmu? Kenapa kau—“
“Misa, aku... hidupku tidka akan lama lagi.”
“Hayato, apa yang kau bicarakan?”
“Sudah sebulan ini aku terus mengecek kesehatanku ke rumah sakit dan hasil dair pemeriksaan terbukti kalau aku mengidap Kanker stadium 3, waktuku hanya tinggal seminggu lagi. Jadi, kau mohon bantu aku agar istri dan anakku membenciku. Aku tidak ingin mereka terpuruk atas kepergianku. Jika mereka membenciku, dengan begitu mereka tidak akan sedih klau kau meninggalkan dunia ini.”
“Aku tidka mau.” Ujar Misaki tegas.
“Misa.”
“Hayato, kau tahu sendiri bagaiman kehidupanku. Jika aku melakukan hal yang kau minta barusan, hidupku tidak akan nyaman, aku akan terus di hantui rasa bersalah. Sepintar apapun kita menyimpah kebohongan, toh suatu saat pasti akan terungkap.”
“Onegai, Misa. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini. Tapi.. aku hanya tidak ingin melihat wajah bersedih mereka, aku ingin mereka—“
“Baiklah, akan aku lakukan.”
“Misa.”
“Tapi dengan satu syarat.”
“Syarat? Apa itu?”
“Aku ingin tidur denganmu.”
“Hmm.. misa, dulu aku memenag menyukaimu bahkan mencintaimu dan itu berlaku sampai skearang. Aku tidak mungkin menyakitimu. Aku tahu kau terpaksa bekerja seperti ini karena—“
“Jangan sebut namanya, aku tidka ingin mendnegar namanya.”
“Baiklah.”
Pembicaraan mereka pun berakhir dengan Misaki yang menyetujui permintaan Hayato.
Sejak itu,mereka selalu bertemu dan pergi ke hotel. Dan Hayato tahu kalau puterinya, Louise terus emngikutinya.
Puncaknya saat waktu Hayato tidak banyak lagi, Louise marah besar padanya karena ia nengetahui hubungan gelap ayahnay dengan seorang Geisha itu.
Dan pada akhirnya, Hayato menghembuskan nafas terakhir denagn diiringi air mata kebencian dari sang puteri.

FLASBACK OFF..

“Begitulah, ayahmu tidak pernah berhubungan denganku. Kami hanya bertemu dengan mengobrol, itupun utntuk membut kau dan ibumu membencinya. Maafkan aku, Louise-chan.”
“Uso da.. USO!!” teriak Louise.
“Tidak, kau tidak berbohong, itulah kenyataannya dan aku tahu kalau ibumu juga pasti mengetahui hal ini.”
“A-apa? ibuku?”
“Ya, setelah kematian ayahmu, tiga hari setelah itu aku datang menemui ibumu. Aku ceritakan semuanay, ibumu terkejut dan karena dia sedang dalam keadaan lemah, dia jatuh pingsan, saat itu kau melihatku dna kau berpikir kalau aku berbuat jahat pada ibumu, iya kan?”
“Jadi ayahku.. ayahku.. dia..”
“Ya, ayahmu sangat menyayangi kalian dna dia rela dibenci oleh kalian.”
“Ayah. Hiks..hiks...”
Louise menangis dalam diamnya. Misaki menghampirinya dan memeluk Louise. Dia merasa sanagt bersalah pada Louise karena sudah menyakiti hatinya.
“Aku menyesalli perbuatanku sampai skearang karena aku belim sempat meminta maaf pada ibumu.”
Louise terus menangis dalam dekapan Misaki dan ia sanagt sedih mendnegar cerita M,isaki tentang ayahnya.

“Akihara, daijoubu ka?” tanya Rei sambil memberikan minuman pada Azumi.
“I-iya, aku baik-baik saja.” Sahut Azumi.
Kai terus menatap kearah Azumi yang mengobrol dengan Rei. Dia semakin tidak suka pada laki-laki berambut perak itu.
“Bo-bolehkah aku bertanya?” ucap Azumi takut.
‘Akhirnya dimulai.’ Batin Shinji.
“Apa yang ingin kau tanyakan, akan aku jawab.”
“Te-tentang kejadian tadi, apa bisa kalian jelaskan padaku siapa mereka dan... siapa kalian sebenarnya?” kini Azumi menatap satu persatu keempat laki-laki yang populer di St. Maria itu.
“Sudha saatnya aku memberitahu—“
“Tidak ada yang harus diberitahu. Sebaiknay kita kembali kerumah Akihara, ibunya pasti cemas.” Potong kai sambil melangkah masuk ke mobilnya.
Azumi memperhatikan sikap Kai yang terlihat menyembunyikan sesuatu dna itu pasti tentanbg rahasia dibalik orang-orang yang mengejarnya tadi.
“Akiha—“ sebelum Rei menyelesaikan ucapannya, Azumi sudah berlari menghampiri mobil Kai.
Rei hanya menatap Azumi yang kini tengah berdiri didepan mobil Kai.
“Mereka mmang sudha ditakdirkan bersama.” Gumam Rei.
“Rei-san, bagaimana pun itu adalah wasiat dari kakeknya, jadi kita tidka bisa berbuat apa-apa.” ucap Shinji.
“Kau benar, Uehara-san memang lebih memilih Kai daripada aku karena Kai memang mampu melindungi Azumi.
“Rei-san, bukannya kita semua yang harus melindunginya?”
“Hmm..  kau benar.” Ujar Rei sambil tersenyum.
Azumi yang masih berdiri didepan Lamborghini Murcelago milik Kai dan Kai yang berada didalamnya terus menatap dingin kearah            Azumi.
“A-aku tidak akan pergi dari sini sebelum Kai-senpai mengijinkanku masuk ke mobil senpai.” Ujar Azumi
Kai hanay menghela nafas dan menyerah dnegan sifat keras kepala adik kelasnya ini.
Kai membuka pintu mobilnya dan Azumi labgsung tersnyum menang. Dia masuk kedalam mobil Kai.
Melihat Azumi yang sudah masuk kedlammobil, Rei dan yang lainnya juga masuk kedalm mobil mereka dan kembali kerumah Azumi.
Dalam perjalanan pulang, Azumi terys menerus melirik kearah Kai dan Kai tahu itu.
“Apa ada yang aneh denagn wajahku?’ ucap Kai.
Bukannay menjawab petanyaan Kai, Azumi malah semain lekat manatap Kai.
“Haaah.. baiklah, apa yang ingin kau tanyakan padaku?”
Wajah murung Azumi berubaha menjadi ceria saat mendnegar ucapan Kai.
“Tentu saja tentang kejadian tadi.” Ujar Azumi semangat.
“Black Dragon, mereka adalah organisasi hitam yang sangat terkenal dengan kepintaran, kelicikan dan kalincahan dalam menghundar dair kejaran polisi. Mereka pemasok obat-obatan terlarang dan juga melakukan prostitusi. Mereka—“
“Matte.” Ujar Azumi.
“Jangan memotong ucapanku kalau kau masih ingin mendengakan pemnjealsannya.”
“Maaf. Tapi, yang aku ingin tahu itu bukan tentang Black Dragon itu, yah emmang aku ingin tapi yang sanagt aku ingin tahu adalah siapa itu Leon, Noir dan siapa.. kau sebenarnya?”
“Ayahku adalah seorang anggota polisi, dia adalah wakil komandan dalam divisinya, dia ingin sekaliaku menajdi seperti dirinya, karena itu ayahku selalu membawaku kekantornya ataupun ke TKP. Ibuku tidak setuju dengan keinginan ayahku tapi ayahku bersikeras denagn pemikirannya. Akhirnya ibuku mengalah dan ia menyetujui keingan ayahku. Saat umurku 10 tahun, ayahku emninggal dna dia memberitahuku kalau aku harus menjaga seseornag dan harus rela mempertarukan nyawaku untuknya. Hari kematian ayahku bersamaan dengan kematian kakekmu,”
“Aku tidka tahu siapa orang yang harus kau lindungi dengan nyawaku itu. dan setelah seminggu ayahku meninggal, seseornag dari kepolisian datang kerumahku dna memberikan surat wasiat kakekmu. Kakekmu mengtakan kaau dia ingin kau melindungi orang yang berharag dalam hidupnya. Karena orang itu adalh kunci dari sebuah rahasia yang tengah di cari-cari oleh sebuah oragnisasi hitam yang sangat berbahaya.”
“Kunci? Siapa itu?” tanya Azumi.
“Omae da.”
“Na-nani? Watashi? Uso.”
“Uso janai. Kakekmu sudah menetapkan sidik jarimu sebagai kunci dari sesuatu yang tenbgah dicari-cari Black Dargon saat ini.”
“Me-memangnya apa itu?”
“Bukti dankebenaran dari siapa ketua Black Dragon. Dan kalau sampai merek amendapatkan itu smeua, maka kepolisian jepang tidka akan bisa menghentikan mereka lagi. Dan mungkin Jepang akan hancur.

“Ma-mana mungkin aku.. aku—“
“Karena itulah kami disini. Aku sudah masuk ke kepolisian saat umurku 12 tahun, mustahil memang tapi kau bisa masuk bukan dengan sendirinya tapi karena kerja keras dan juga kemampuanku menganalisi. Saat itu tidak ada yang percaya, tapi ada seseorang yang memeprcayai kemampuanku llau merekrutku menjadi anggotanya. Meskipun saat itu aku belum sebagai anggota tetap, aku tetap menjalankannya dnegan sungguh-sungguh.”
“Jadi, siapa Leon dan Noir?”
“Itu adalh codename untuk mata-mata kepolisian jepang. Leon adalah codename dari kakekmu dan Noir asalah codename milikku.”
“Lalu apakah masih ada orang lain lagi?”
“Hn.. Shinji, Mikage dan juga Amakusa.”
“Me-mereka juga?”
“Ya. Rouge, itu codename untuk Amakusa. Ciel, itu codename untuk Shinji. Dan Tierra, itu codename untuk Mikage.
“Ja-jadi kalia itu—“
“Ya, kami anggota mata-mata dari kepolisian jepang. dan orang yang harus kami lindungi adalah kau.”
“Wakaranai.”
“Llau orant-orang tadi itu menginginkan sidik jariku?”
“Bukan hanya sidik jarimu tapi juga kepalamu.”
“A-APA!”
“Kecilakan suaramu, kau merusak gendang telingaku.”
“Go-goemen.”
“Ya, mereka menginginkan kepalamu karena aku yakin ketua mereka sangat denadam pada kakekmu dan kau adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab dnegan apa yang kakekmu laukan di masa lalunya.”
“Ke-kenapa harus aku?”
“Karena kakekmu sendiri yang mengatakan pada Black Dragon kalau kau adalah kunci dari sesuatu yang mereka inginkan.”
“Ba-bagaimana mungkin kakekku melakukan itu semua?”
“Karena kakekmu yakin, kalau kami pasti bisa melindungimu. Dan kakekmu juga memberikan codename untukmu.”
“Hah? Ma-maksud senpai?”
Mademoiselle, itu codename milikmu.”
“Haaah... kepalaku hampir pecah.” Gumam Azumi sambil memijat pelipisnya.
“Jaga rahasia ini baik-baik bahkan dair ibumu sekalipun. Karena kalau samapai ini bocor ke publik, kau tidka yakin nyawaq ibumu akan selamat.”
“Ja-jadi mereka juga mengincar ibuku?” seru Azumi dan ditanggapi anggukan kepala oleh Kai.
 “Sudah aku ceritakan semuanya, jadi jangan bertingkah.” Uajr Kai dingin.
“Ba-baik.”

Akhirnya mereka sampai dirumah Azumi. Azumi yang sebenarnya masih merasa takut karena kejadian tadi tubuhnya masih sedikit gemetar
Kai yang sudah berada dipintu sampingnya langsung membukakan pintu itu dan menggendong Azumi ala Bridal style.
Azumi yang terkejut dengan sikap Kai hanya bisa diam dengan wajahnya yang memerah.
Sedangkan Rei hanya memenadnag keduanya dengan sneyuman mirisnya. Shinji yang memang ada disamping Rei hanay melihatnya dari sudut matanya dna menghelakan nafasnya.
“Tadaima!” seru Mikage.
“Okaeri.” Sahut Misaki.
“Kai-kun, ada apa dnegan Azumi?” tanya Misaki cemas saat melihat Azumi berada didalam gendongan Kai.
“Kaa-san, daijoubu.” Ucap Azumi.
“Senpai, bisa turunkan aku?” lanjut Azumi.
Kai menurunkan Azumi dan memberi salam pada Misaki.
“Eh, dimana Himeka?” tanya Azumi bingung saat tidak melihat Himeka bersamanya.
“Oh, Himeka-chan dan teman-temannya pergi ke suatu tempat, katanya Himeka-chan mau membeli hadiah untukmu dan ibumu.” Ucap Mikage.
“A..” gumam Azumi.
“Ara, Louise dan ibu sudah menyelesaikannya ya?’ ucap Azumi dengan wajah berbinar.
“Hmm.” Gumam Misaki.
“Yokatta ne, Louise-chan.” Ujar Azumi.
“Urusai.” Ujar Louise.
“Hehehe... baiklah, aku akan memasakkan sesuatu untuk kalian. selagi menunggu yang lainnya, lebih baik kalian membrsihkan tubuh kalian. Kebetulan ada pakaian sepupu laki-lakiku. Mmm, sepertinya muat ditubuh kalian.” ujar Azumi.
“Benarkah? Azumi-chan, aku memang sudah sangat tidak betah. Hehehe.” Timpal Mikage.
Lain halnya dengan Mikage lain pula dengan Kai. Dia malah keluar dari rumah Azumi tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Shinji dan Rei lebih memilih mengikuti Mikage.
“Eh, Kai-san mau kemana?’ ujar Azumi saat melihat Kai keluar dari rumahnya.
“Jangan hiraukan orang sedingin kutub itu. Dia mungkin mau kembali kerumah—“
“Aku tidak pulang, hanay mengambil bajuku di mobil.” Ujar Kai yang sudah kembali lagi dengan membawa tas yang berisi pakaiannya.
‘Sebegitu tidak inginnya kah dia memakai pakaian orang sederhana.’ Batin Azumi.
Rei dan Shinji hanya menghela nafas melihat tingkah sahabtnya yang satu ini.
“Shin, kenapa?” tanya Mikage bingung.
“Nandemo nai. Azumi-chan, bisakah kami ganti baju sekarang?” uajr Shinji dnegan wajahnya yang lucu.
“A-ah, gomen, gomen.. Ayo aku tunjukkan kamarnya. Tapi, maaf, kamar mandinya hanya ada 2 dan mungkin—“
“Daijoubu.” Potong Rei.
“Ha-hai’.” Sahut Azumi.
Azumi pun mengantar Rei dan yang lainnay berganti baju. Kai yang memang sudah membawa baju sendiri langsung masuk kekamar mandi.
“Silahkan kalian pilih bajunya saja, maaf kalau bajunya tidak bagus.” Ujar Azumi dengan wajah memerah.
“Don’t mind, Lady.” Ujar Shinji.
“Baiklah, aku tinggal kalian. permisi.”
Azumi kembali ke dapur dan ,enyiapkan masakan untuk mereka makan malam.
Rei dan teman-temannya yang sudha selesai berganti baju  langsung menuju ke ruang tamu, menunggu Azumi yang tengha memasak.
“Bibi, kenapa Azumi-chan memasak sendirian?” tanya Mikage.
“Hmm.. Azumi memang tidak suka jika akau memabntunya memasak. Pernah satu kali aku ingin memabtuyatapi dia langsung melarangku dengan alasan aku harus isturahat. Dia memang seperti itu, dibalik sifatnya yang mudha sekali menangis, dia juga sanagt kuat tapi ketegarannya akan rapuh begitu saja jika ornag didekatnay membohonginya. Azumi adalh gadis yang sangat lugu dan polos, dia tidak mengenal apa itu benci dan apa itu cinta. Dia hanya memikirkanku dan kehidupanku, dirinya sendiri dia tidka terlalu peduli. Membuatku bahagia dan orang lain di sekitarnya bahagia, itulah kebahagiannya.” Uajr Misaki panjang lebar sambil menatap punggung puterinya yang tengah memasak.
“Aa.. sou ka.” Gumam Rei.
Kai menatap punggung Riena, memandangi punggung gadis yang menjadi tanggung jawabnya tanpa tahu kalau gadis itu sangat dalam bahaya.

“Selesai!” seru Azumi.
“Tadaima!!” seru seseorang dari arah pintu.
“Himeka, okaeri. Kebetulan sekali, ayo kita makan malam bersama.” Ujar Azumi.
“Hai’!” seru Himeka.
Mereka pun menyantap masakan Azumi yang memang sangat lezat. Azumi memang sanagt pandai memasak.
“Oishii~~” ujar Nami dan Miho.”
“Yokatta.” Ujar Azumi dengan wajah yang berseri.
Semuanya menyukai masakan Azumi. Meskipun Kai tidak berkomentar, tapi melihat raut wajahnay yang emnikmati masakan Azumi, itu sudha mengatakan kalau dia pun memuji hasil masakan Azumi.
“Azumi-chan, kau pintar sekali memasak. Suatu hari, aku ingin mempunyai istri sepertimu.” Uajr Mikage dan berhasil membuat wajah Azumi merona.
“E-eh..hehehe, doumo arigatou.” Ucap Riena tersipu.
“Aku senang sekali bisa datang kerumah Azumi-san. Hontou ni ureshii~.” Ujar Himeka.
Azumi hanay tersenyum emlihat wajah gembira teman-temannya. Sejak SMP, Azumi tidak pernah mendapat teman dekat, karena semua orang selalu mencemoohnya karena ibunya yang seorang pelacur juga karena ida tahu sipa ayahnya.
“...Azumi..”
“Azumi-chan.”
“E-eh, iya ada apa?” uajr Azumi yang kemabli dari lamunanya.
“Kenapa kau melamun?” tanay Mikage.
“Ehm, aku.. aku sangat senang bisa mengenal kalian semua. Padahal baru beberapa hari kita saling mengeanl tapi kalain sudah seperti mengenalku sanat lama. Sejak SMP, aku tidak pernah punya teman, mereka semua n=menjauhiku karena status ibuku. Aku yang saat itu masih seornag gadis cengeng hanya bisa menangis tanpa bisa membela ibuku. Mereka juga bilang kalau aku tidak ounya ayah, kalau aku—“
“Azumi-san.” Potong Himeka.
Azumi menagngkat kepalanya yang sejak tadi menunduk dna menatap tman-temannay yang tenagh memandanginya dnegan senyuman terlukis di wajah mereka (minus Kai).
“Azumi-san, kamijuga ssangat senang menganlmu. Iya kan teman-teman?” ujar Himeka pada teman-temannya.
“Benar, kamitidka peduli apa kata orang lain, kau adalah teman kami, sahabat kami.” Ujar Miho.
“Arigatou. Arigatou gozaimashita.” Ujar Azumi terharu.
“Sudah, sudh. Ayo cepat habiskan makan malam kalian.” ucap Misaki.
“Hai’!” seru semuanya.
Makan malam itu pun berlangsung dengan perasaan semua orang yang bahagia, terutama Azumi yang bahagia karena masih ada ornag yang mau menreimanya.

“Terima kasih atas makan malamnya.” Ujar Himeka.
“Iya,  sering-seringlah datang kemari. Walaupun rumah kami tidak bagus tapi kau berharap kalian mau main kesini lagi.” Ujar Misaki.
“Mochiron, Baa-san. Aku pasti akan sering datang kesini.” Ujar Himeka.
“Oh iya, pesta di St. Blossom diadakan besok kan?” ujar Miho tiba-tiba.
“Benar. Aku harus memlih gaun untuk ke pesta itu.” timpal Nami.
“A-ano..”
“Eh, ada apa Azumi-chan?” tanay mikage.
“A-aku, a-aku mungkin tidka bisa datang.”
“EEEEH!!!” seru Himeka.
“Himeka-san, kau harus datang, ini pesta yang snagat penting.” Ujar Nami.
“De-demo—“
“Azumi-san.” Panggil Himeka.
“Ha-hai’?”
“Kau janagn khawatir. Aku akan membuat kejutan untukmu.” Ujar Himeka sambil memegangi pundak Azumi.
“Eh?”.



Parte 5 is done!!!!

Gracias...

Jangn lupa harus comment...^_^


QUATRO DIOSAS


RIENA HIKARI... ^_^

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar