THE BLOOD ~ parte 4

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 16 Februari 2013

Bonjour... bonsoir... bonne nuit....

Bienvenu la partie 4....^_^      


Thanks buat yangmasih baca..
Sambil belajar bahasa Spain ma France.hehehe.
Dan makasih juga comment’y...

Terus baca ya...

Langsung aja deh baca parte 4..

FELIZ LECTURA!!! YA!-HA!



*Last parte..

Himeka yang ingin sekali main kerumah Azumi kahirnya mengatakannya niatnya pada Azumi dna itu membuat Azumi kebingungan. Tapi saat melihat wajah sedih Himeka pada akhirnya Azumi menyetujui kemauan Himeka dan semua temannya pun minta untuk ikut dan Kai yang merasa tidka berdaya dengan adiknya pun terpaksa ikut. Dna ia pun meminta ijin pada Rei yang notabene-nya adalah bos besarnya.

Saat dikantin, St. Maria kedatangan tamu, mereka adlaah siswi dari St. Blossom Academy.
Ktua komite sekolah, Shizuka Yamazaki membagikan undnagan pada para siswa St. Maria Academy untuk menghadiri Dance Party disekolahnya. Azumi yang berkenalan dengan Shizuka merasa kalau Ktua Komite St. Blossom Academy itu tidka menyukainya, tapi Azumi tidak ambil pusing dengan pemikirannya itu.

Kai yang kepergok memandnagi Azumi terus, langsung jadi bahan godaan untuk Shinji dan Mikage, namun Kai yang cuek hanay meladeni kejahilan sahabat-sahabatnya denagn raut tanpa ekspresinya.
Rei yang menyadari sikap Kai yang mulai berbeda pada Azumi merasa aneh dan merencanakan sesuatu.

Tidak ada angin ataupun hujan, Rei tibatiba menyatakan perasaannya pada Azumi yang sontak membuat Azumi sangat terkejut.
Azumi tidak langsung menjawabnya dna Rei memberikannay waktu selama 1 minggu dan menntukan tempat diaman Azumi harus menjawab pernyataannya itu.

“Kalau kau belum siap menjawabnya, aku beri kau waktu. Hari sabtu didepan City Garden jam 07.00 malam, aku tunggu kau disana. Dan saat itu aku ingin kau menjawabnya.”

“Terserah padamu. Apapun yang kau lakukan itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi.. jika masalhnya menyangkut Mademoiselle, aku tidak akan tinggal diam.”
“Oui, Noir.”
“Ingat semua ucapanku tadi, Rouge.” Ucap Noir sebelum benar-beanr pergi.
“Aku ynag akn melindunginya, bukan kau, Noir.”



*Parte 4..

TENG... TENG... TENG...
Tanpa terasa jam pulang pun tiba. Dan sudah pasti ada satu orang yang langsung bersemangat mendnegar bel pulang sekolah.
“YATTA!! Akhirnya jam sekolah tiba!”
“Hmm.. Himeka, kau semangat sekali.” Ujar Azumi sambil membereskan buku-bukunya.
“Tentu saja. Hari ini kan aku mau kerumah Azumi-san.” Ujar Himeka sambil merangkul tangan Azumi yang sudah selesai membereskan buku-bukunya.
“Apa kau yakin mau kerumahku? Rumahku.. tidka sebagus yang kalian kira.”
“Azumi-san.” Ucap Himeka sambil menghadapkan Azumi kearahnya.
“Na-nani?”
“Jangan pernag mengtakan hal seperti itu lagi. Bagiku, Azumi-san adalah sahabat terbaikku dan aku tidak peduli bagaimana pun keadaan Azumi-san.”
Azumi merasa terharu mendengar ucapan Himeka dan dia langsung menampilkan senyuman di wajahnya.
“Hmm.. arigatou, Himeka.” Ujar Azumi sambil menggenggam tanagn sahabatnya itu.
“Umm... douita ne~.”
“Ano... Louise.” Panggil Azumi
“Nani?” jawab Louise malas
“Kau mau ikut kerumahku?”
“Heh, dan bertemu denagn ibumu? Aku tidka mau.”
“Haah.. aku tahu perasaanmu, aku juga pasti akan melakuakn hal yang sama kalau ibuku dissakiti orang lain. Tapi, apa kau tidak mau bicara dengan ibuku?”
Louise yang tengah membereskan buku-buku pelajarannay langsung menghentikan kegiatannya itu dan menatap kearah Azumi.
“Heh, apa kau tidka takut kalau aku akan menyakiti ibumu?” ucap Louise sinis.
“Tidak.” jawab Azumi tegas.
Louise masih tetap dengan senyum sinisnya menatap Azumi yang tengah memandanginya dengan tatapan yakin.
“Hmm... baiklah, aku ikut.” Ujar Louise dan itu membuat senyuman merekah diwajah Azumi.
“Oke, ayo kita berangkat kerumah Azumi-san!!” seru Himeka sambil merangkul kedua lengan teman-temannya itu.
Mereka bertiga pun keluar dari kelas dan berjalan keluar sekilah karena diluar teman-teman mereka sudah menunggu.
Miho, Nami, Tamaki dan Arashi sudah berada didalam mobil Tamaki. Sedangkan keempat laki-laki populer masih diluar mobil mereka.
“Akhirnya kalain muncul juga. Lama sekali.” Ujar Nami
“Gomen, gomen. Tadi kami membujuk Louise-chan untuk ikut.” Sahut Himeka yang menambahkan suffix ‘chan’ dibelakang nama Louise.
“Sou ka. Ayo cepat masuk kemobil.” Ujar Tamaki.
“Himeka-chan, kau satu mobil denganku ya?” ujar Mikage yang langsung mendapat deathglare dari Kai yang hanay ditanggapi cengiran oleh Mikage.
“Baiklah.” Sahut Himeka.
“Louise-chan, kau satu mobil dengan Shinji-san. Mobilmu, taruh di Academy saja,”
“Lalu, Azumi-san ikut mobil—“
“Dia akan ikut denganku.” Potong Rei
Azumi terkejut karena Rei mengajaknya ikut ke mobilmya. Azumi yang masih malu karena pernyataan Rei tadi langsung bingung dengan tawaran Rei.
“Azumi, silahkan.” Ujar Rei yang hanay memanggil nama kecil Azumi.
“Padahal aku ingin Azumi-san satu mobil dengan nii-san.” Ujar Himeka kecewa.
Azumi melihat raut kecewa Himeka langsung memakai kesempatan itu untuk menghindari Rei.
“A-aku ikut Kai-senpai.” Ujar Azumi sambil berjalan kesamping Kai.
Rei hanya tersenyum tipis mendnegra ucapan Azumi yang mengejutkkan itu.
“Baiklah, biar Himeka-chan yang satu mobil dneganku.”
Akhirnya rencana Himeka untuk mendekatkan kakaknya dengan Azumi pun berhasil dengan Azumi yang menawarkan dirinya untuk satu mobil dengan Kai.
Meeka pun langsung melamukan mobilnya menuju rumah Azumi, sahabta baru mereka.
Di mobil Kai, Azumi terus diam dengan perasaan gugup yang terus menghantuinya. Karena sekarang ia duduk tepat disampung orang yang menurutnya mempunyai aura yang mencekam.
“Kenpa?” ucap Kai memulai pembicaraan karena jujr saja Kai memang tidakmenyukai suassana sepi seperti ini.
“Eh? A-ada apa Kai-senpai?”
“Kau.. kenapa kau memilih ikut denganku?”
“I-itu.. itu karena aku tidak tega melihat wajah kecewa Himeka. Himeka adalah orang pertama yang menganggapku sebagai temannya, aku tidak mau mengecewakannya.”
Kai melirik Azumi dengan ekor matanya lalu kembali fokus menyettir.
“Llau kenapa kau tidak mengatakan pada Himeka kalau kau bekerja part time?”
“I-itu—“
“Berhenti bicara gagap seperti itu.”
“Ehem.. itu karena aku tidka mau Himeka mengkhwatirkanku, melihat sifatnya yang perhatian kau yakin dia pasti akan mengkhawatirkanku.” Ucap Azumi mencoba untuk tidak gagap.
Apa yang dikatakan Azumimemang benar, Kai sendiri pernah merasakannya. Saat dia babak belur karena dipukuli teman-teman SMP-nya, Himeka kalang kabut dan bahkan menangis seharian melihat Kai pulang penuh dnegan luka. Himeka memnag mirip ibunya yang gampang sekali mengkhawatirkan orang lain apalagi orang itu adalah saudara ataupun temannya.
“Tunjukan dimana arah kerumahmu?” ujar Kai
“Ahh.. itu, perempatan didepan lalu belok kanan.”
Kai pun langsung menuruti arahan Azumi dna teman-teamn mereka yang mengikuti dibelakang mereka pun mengikutinya.
Semenatara itu do mobil Rei, Himeka yang sudah tidak sabar ingin cepat-cepat kerumah Azumi tidak bisa menahan rasa senangnya.
“Himeka-chan, kenapa kau bersemangat sekali ingin main kerumah Akihara?”
“Karena kau inginmengenal jauh Azumi-san dan juga keluarganya.”
“Mm—hmm... sou ka.. ap itu benar, Himeka—ah bukan tapi... Rose.”
“Rei-senpai, bukankah kita semua sepakat untuk tidak memakai nama itu selain di lingkungan markas?” ujar Himeka tenang
“Hmm.. tapi kita hanya berdua saja. Nah, sekarang jelaskan apa motifmu sebenarnya?”
Rouge, itu kan code name mu. Aku hanay ingin membantu mendekatkan kakakku dengan Azumi-san, tidka lebih.”
“Sou ka.”
Mereka pun mengakhiri pembicaraan mereka dna fokus mengikuti mobil Lamborghini Murcielago hitam milik Kai yang berada didepannya.
Akhirnya mereka sampai disalah satu kompleks perumahan yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Rumah-rumah disana minimalis dan terkesan rapi juga nyaman.
“Dimana rumahmu?” tanya Kai.
“Itu, yang ada pohon sakura didepannya.” Sahut Azumi.
Mereka pun sampai didepan sebuah rumah sederhana milik Azumi.
Setelah mobil Kai berhenti, Azumi keluar dari mobil dan menghampiri temna-temannya.
Azumi melihat raut wajh teman-temannya yang terkejut melihat rumah Azumi yang sangat sederhana itu.
“Sudah kubilang kan, rumahku tidak sebagus yang—“
“Sugoi~~!!” seru Himeka dan teman-teamnnya (minus The Blood).
“Eeeh?” Azumi merasa aneh kenapa teman-temannya malah memuji rumahnya itu.
“Kau janagn aneh melihat mereka seperti itu. mereka itu tidka pernah berkunjung kerumah kecil, sederahan seperti ini, terang saja kalau mereka merasa takjub.” Ujar Kai
JLEB!
‘Kecil? Sederhana? Tidak bisakah dia tidak sejujur itu?’ batin Azumi.
“Azumi-san, ayo kita msuk kerumahmu!” seru Himeka sambil merangkul lengan Azumi manja.
“Hmm.. ayo.”
Azumi mengajak temna-temannya masuk keruamhnya.
Canggung, gugup dan malu, itulah yang dirasakan oleh Azumi sekarang. Karena teman-temanny aini adalah orang ynag mapa sedangkan dirinya hanya orang y=sederahana yang untuk masuk SMA saja harus mengandalkan beasiswa.
“Tadaima.’ Ujar Azumi
“Okae—ri.. Azumi, mereka siapa? Tanay ibunya
“Mereka—“
“Bibi, namaku Himeka Aoishima. Senang bertemu dengan anda.” Ujar Himeka sambil membungkukan badannya.
“Ibu, mereka teman-temanku. Ini Nami, Miho, Tamaki-kun dan Arashi-kun. Mereka teman Himeka.”
“Yoroshiku.” Uajr mereka serempak.
“Dan ini para senpaiku. Ini Mikage-san, Shinji-senpai, Rei-senpai dan Kai-senpai.”
“Yoroshiku onegaishimasu.” Uajr mereka serentak (minus Kai) sambil membungkukan badannya.
“Dan ini... dia teman sekelasku, Louise Eclair.”
Terlihat jelas raut terkejut dari Misaki saat puterinya memperkenalkan Louise padaya.
“Lo-Louise Eclair, itu namamu?” ujar Misaki gugup.
“Ya, itu namaku. Apa kau mengenalku?” ucap Louise dangan nada sarkastik.
Azumi yang tahu kalau meeka berdua butuh bicara berdua memutuskan untuk meninggalkan meeka.
“Ano.. aku mau ke suprmarket, siapa yang mau ikut denganku?” ujar Azumi
“Aku!!” seru Hiemka dan teman-teamannya.
“Kami j uag ikut. Aku ingin tahu cara belanja kalian, benarkan Shinji?” ujar Mikage
“Hm.” Gumam Shinji sambil tersnyum.
Azumi melirik kearah Rei dan Kai yang belum mengatakan pendapatnya. Merasa diperhatikan, Rei dan Kai melirik kearah Azumi yang  tengah memasng wajah seperti mengatakan ‘Bagaiamana dengan kalian’ itu.
“Aku mau kesuatu tempat, tidak apa-apa kan?” ujar Rei dengan senyum yang sulit diartikan itu.
“Baiklah, tapi Rei-senpai harus kemabli kesini lagi untuk makan malam.” Uajr Azumi sedikit canggung pada Rei.
“Oui, Mademoiselle.” Ujar Rei dengan menekankan kalimat terakhirnya.
“Ha-hai’.” Azumi gugup karena Rei mencium tangannya.
Kai melihat kejadian didepannay dnegan raut wajh yang dingin. Ia melihat Rei yang keluar dari rumah Azumi dan memghilang dibalik pintu.
“Let’s go to Commoners’ supermarket!!” seru Himeka.
‘Himeka, kenapa k au begitu senang?’ batin Azumi
“Ahh, nii-sa kau satu mobi dengan Azumi-san lagi ya?”
“Eh?”
“Kenapa Azumi-san?”
“E-eh, iie. Daijoubu, he he he.” Ujar Azumi dengan tertawa garing.
“Ibu, kami berangkat dulu. Louise, tanoshimu ne~.” Ujar Azumi.
Akhirnay Azumi dan yang lainnya pergi ke supermartek dan meninggalkan Louise denagn ibunya.
“Azumi-san, sebenarnya apa yang terjadi dengan bibi Misaki dan Louise-chan?” tanya Himeka.
“Hmm.. nanti aku ceritakan.” Ujar Azumi dan masuk ke mobil Kai.
Seperti saat kerumah Azumi, mobil Kai memimpin didepan dan Azumi yang menunjukkan jalannya.
 Azumi terus diam karena ia berada disamping sang Leader yang menurutnya mempunyai aura membunuh itu.
“Ada hubungan apa kau dengan Amakusa.” Ujar Kai memecahkan kesunyian antar keduanya.
“Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Rei-senpai.” Sahut Azumi mecoba untuk tidak bicara gagap.
“Jangan terlalu dekat dengannya.” Ucap Kai
“Eh? Kenapa?”
“Tidak. lupakan.”
Azumi merasakan keanehan pada sikap Kai padanya saat membicarakan Rei dan itu membuat Azumi penasaran.
“Rei-senpai pernah menceritakan tenatang Kai-senpai padaku.” Ucap Azumi dan Kai hanay diam fokus pada mobilnya.
Azumi yang tidak mendnegar sepatah katapun dari Kiai mengartikan kalau Kai ingin ia melnajutkan ceritanya.
“Rei-senpai menanyakan pendapatku tentang Kai-senpai dan aku menjawab kalau Kai-senpai itu seperi Bara no hana.” Azumi melirik kearah Kai yang memasng wajah bingung.
“Hmm... Kai-senpai itu seperti bungan mawar, bunga mawar yang cantik dan banyak sekali yang menyukainya tapi saat kita hendak menyentuhnya, tangan kita pasti akan terkena durinya. Begitulah menurtuku Kai-senpai.” Ujar Azumi
“Kau tidka mengenalku, jadi jangan berlaga kau tahu segalanay tentangku.” Ujar Kai dengan wajah stoicnya.
“Benar, tapi itu kesan pertamaku  saat berkenalan dengan Kai-senpai.” Ucap Azumi.
“Apa kau tahu siapa kakekmu?” tanya Kai
“Kakekku? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?”
“Kotaeru.” Ujar Kai tegas.
Azumi menghela nafasnya karena sekarang ia tahu kalau senpainya yang satu ini sangat pemaksa dan tidak sabaran.
“Haaah... aku pernah mendnegar cerita kakekku dari ibu. Ibuku bilang kalau kakekku itu orang yang sangat hebat dan beliau seorang yang dermawan dan sellalu mementingkan kepentingan orang lain sebelum kepentingannya sendiri,
“Ibuku juga bilang kalau kakekku itu seorang anggota detektif dari kepolisian jepang dan mendapat julukan ‘Leon’ dan beliau sangat terkenal dengan analisis-analisnya yang akurat dan tidak pernah meleset. Hannya itu yang aku tahu. Memangany kenapa dengan kaakekku, apa Kai-san mengenal beliau juga?”
“Tidak, aku hanay pernah mendengar namanya saja.” Ujar Kai bohong.
“Sou..”
Mereka pun sampai di sebuah supermarket dan Azumi langsung masuk kedalmnya diikuti Himeka dan teman-temnnya.
“Baiklah, kalian jaln-jaln saja. Aku mau membeli bahan-bahan masakan dulu.” Ujar Himeka.
“Oke. Jaa, minna-san!” seru Himeka menyeret teman-temannya pergi.
Sedangkan Mikage dan Shinji... jangan ditanya lagi, mereka tengah di kerubungi para wanita dan menggoda mereka.
“2 orang tidak berguna.” Ujar Kai.
“Kai-san?”
“Aku ikut denganmu saja.” Ujar Kai.
“Hai’.”
Azumi mulai berbelenja dan Kia terus mengikutinya dari belakang.
Azumi merasakan tatapan para wanita dan remaja yang terus memperhatikannya, lebih tepatnya Kai yang berada dibelakngnya. Asumi pun mendengar kasak-kusuk mereka yang membicarakn Kai.
“Waah... keren sekali... lihat tatapan matanya yang tajam itu... benar-benar menggoda sekali!” bisik seorang wanita.
Azumi yang mendengarnya hanya menampilakn wajah tertawanya saja, sednagkan yang bersangkutan hanya memasang wajh stoicnya.
Azumi membeli sayur-sayuran dan juga daging, tentunya yang memiliki harga terjangkau dengan dompetnya.
“Kai-san, apa kau ingin makan sesuatu?” tanya Azumi.
Kai tidka segera menjawabnya dan ia seperitnya tengha memikirkan hak yang ia inginkan.
“Tomat.”
Azumi yang mengerti apa yang hendak Kai katakan langsung mengambil beberapa toamt besar yang berwarna kemerahan.
“Haaah... kita sudah membeli semuanya, ayo kita ke kasir.” Ajak Azumi.
Setelah membayar di kasir, Azumi langsung mencari teman-temannya yang entah pergi kemana.
“Dimana mereka?” gumam Azumi.
“Biarkan saja. Kita pulang lebih dulu.” Ujar Kai.
“Tapi—“ sebelum Azumi menyelesaikan ucapnnya, Kai sudah berjalan didepannya.
Dengan terpaksa, Azumi langsung mengikutinya dengan sedikit berlari.
SRAAK!!  BRAK!
“Ittai..” erang Azumi yang menabrak seseorang dan ia terjatuh dnegan belanjaannya yang berserakan.
“Maaf nona apa anda tidak apa?” ujar laki-laki yang menabrak Azumi.
“Ah, tidak apa-apa tuan.” Sahut Azumi.
Kai yang merasa aneh karena Azumi tidka kunjung menyusulnya langusung menengok kebelekang dan ia melihat Azumi yang tengah terududuk.
Dengan langkah pelannya, Kai menghampiri Azumi dan membantu Azumi berdiri.
“Ceroboh.” Ujar Kai.
“Gomen.” Gumam Azumi.
“Nona, aku benar-benar minta maaf.” Ujar laki-laki itu.
“Tidak ap-apa. Ayo, Kai-san.”
Azumi dan Kai pun pergi dari hadapan laki-laki yang menabraknya tadi.
“Target ditemukan, Virgo.” Ujar laik-laki yang menabrak Azumi tadi sambil menyeringai.
“Kali ini, tidka akan lolos lagi.” Ujarnya lagi.
Kai melirik kearah laki-laki tadi dengan tatapan curiganya tpi dia tidka melihat laki-laki tadi disana.
“Kai-senpai? Kai-senpai? Kai-senpai!”
“Ada apa?”
“Sejak tadi aku panggil, Kai-san diam saja.”
“Jangan cerewet. Cepat masuk ke mobil.”
Azumi langsung masik kedlaam mobil Kai dan Kai mengikutinya.
“Haaah... kemana mereka?” desah Azumi.
“Himeka pasti mengajak mereka berputar-putar, makanya kita pulang duluan.” Ujar Kai.
Azumi menatap Kai dengan tatapan anehnya dna itu membuat Kia mau tidak mau menjadi risih.
“Ada yangs alah denganku?”
“E-eh, tidak, tidak apa-apa. Aku hanya kaget karena baru kali ini aku bicara seperti ini dengan Kai-senpai. Ya, begitulah, hehehe.” Ucap Azumi dengan wajah memerah.
“Aho.” Ujar Kai lalu menjalankan mobilnya dan kembali lagi kerumah Azumi.
Azumi memperhatikan kaca spion dan ia merasa aneh karena melihat sebuah mobil yang sejak tadi mkengikutinya.
“Kai-san—“
“Diam. Pegangan yang kuat.” Ujar Kai lalu menancap gas.
Kai menyadari kalau dirinya tengah diikuti sejak dia meninggalkan pusat perbelanjaan.
“Kai-senpai, siapa orang yang—“ Azumi tidka melanjutkan ucapnnya saat melihat raut wajah Kai yang serius menyetir mobilnya.
“Telepon Amakusa.” Ujar Kai.
“Eh?”
“Ck. Cepat telepon Amakusa!” seru Kai dan membuat Azumi kaget.
“I-iya.”
Azumi langsung menelepon Rei dengan tangannya yahg sedikit gemetar. Jujur saja, Azumi memang akan sanagt takut jika sudah ada orang yang membentaknya seperti tadi.
“Re-Rei-senpai.” Ucap Azumi dengan suara bergetar.
“Akihara, ada apa, kenapa suaramu—“
“Rei-senpai tolong kami, ada orang yang mengejar kami!’ seru Azumi.
“Apa! kalian pergi ke taman, aku dan yang lainnya akan kesana. Tenanglah, aku pasti datang, kau jaangan takut.”
“Ba-baik.”
PIIP!
“Rei-senpai menyuruh kita untuk ke taman, Rei-senpai dan yang lainnya akan menyusul.” ucap Azumi masih dnegan suara bergetar.
“Aku mengerti.”
Kai melajukan mobilonya menuju taman yang sepi pengunjungnya. Dan seperti yang Kai duga, mobil yang mengikutinya langsung mengikuti kemana Kai pergi.
Akhirnya mereka sampai di sebuah taman yang cukup luas dipinggir kota. Kai menghentikan mobilnya disana. Mobil yang mengikutinya pun berhenti dan parkir didepannya.
“Kau diam disini, janagn berani keluar kalau kau tidak mau mati.” Ujar Kai.
“De-demo—“
“Turuti perintahku. Kunci dari dalam.” Ujar Kjai dengan sorot mata tajamnya.
Kai keluar dari mobilnya dan Azumi langsung mengunci mobil dari dalam. Azumi melihat 3 orang keluar dair mobil yang mengikutinya tadi. Mereka memakai jas hitam dan kalau Azumi tidka salah lihat, ia melihat tatto dibagian tubuh masing-masing orang itu.
“Naga?” gumam Azumi saat melihat bentuk tatto itu.
“Apa mau kalian?” Ujar Kai denagn tatapan tajamya.
“Tentu saja kami menginginkan gadis yang ada didalam mobil itu.” Ucap salah satu orang berpakaian hitam itu.
“Dan kalaian pikir aku akan memberikannya? Tidak akan.” Sahut Kai.
“Kalau begitu... kau akan mati.” Ujar laki-laki baju hitam itu sambil menodongkan pistol pada Kai.
Kai yang di todong pistol seperti itu tidak bereaksi apapun, bahakan ia masih tetap berdiri dnegan sikap angkuh dna santainya.
“Kurang ajar kau!”
DOR!
Azumi terkejut saat mendnegar suara tembakan dari salah satu orang itu dan melihat senpainya yang masih beridri santai didepan mobil.
Saat itu ponsel Azumi berbunyi dna Azumi langsung mengangkatnya.
“Ha-halo.”
“Akihara, kau tidak apa-apa. tunggu sebentar lagi aku pasti datang.” Ujar si penelepon yang etrnyata adalah Rei.
“Ha-Hai’. Rei-senpai, sebaiknya cepat, sekarang orang-orang itu sednag menodongkan pistol pad Kai-senpai.”
“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa, percayalah padaku. Aku akan melindungimu.” Ujar Rei.
“Baik.”
“Kheh, aku senagja melesetkan tembakanku. Aku ingin sedikit bermain-main dneganmu, Noir. Itu kan code name mu?” ujar salah satu dari mereka denagn seringai terpampang diwajahnya.
Kai hanay memasang wajah datarnya tanpa berniat membalas perkataan penjahat didepannya itu.
“Seperti yang kudengar, Noir, kau orang yang dingin. Ini semakin menarik.” Ujar orang meisterius itu dan menembak lagi tapi sekarang tepat mengarah keekpala Kai.
Kai menghindar dengan sangat cepat tapi kecepatannya sedikit goyah saat kakinya tidak sengaja menyandung batu dan akibatnya tangannya tergores peluru.
“Akh!” erang Kai
“Hahahaha... lihatlah! Noir yang terkenal dengan kelincahan dan kecepatannya saja pun tidak dapat menghindari peluruku. Lalu bagaiman dengan gadis yang baru keluar dari mobil itu?!” seru pria itu sambil mengendikan kepalanya kearah belakang Kai.
Kai langsung menoleh kebelakangnya dan matanya membelalak saat melihat Azumi sudah berada diluar.
“Baka! Cepat masuk ke mobil!” teriak Kai sambil memegangi lengannya yang terkena peluru.
Bukannya menuruti perkataan Kai, Azumi malah mendekati Kai dan mengeluarkan saputangannya lalu ia lilitkan pada lengan Kai.
“Apa yang sednag kau lakukan?” ujar Kai sedikit menahan sakitnya.
“I-ini, agar darahnya tidak terlalu banyak yang keluar.” Ucap Azumi denagn suara yang bergetar.
Kai tahu sebenarnya Azumi tengah ketakutan tapi ia malah memakasakan diri untuk menghampiri Kia yang tengah terluka.
“Kheh, akhirnya gadis cilik itu muncul juga. Sekarang, serahkan dia pada kami!” seru pria itu masih dengan menodongkan Revolver Walther P99 buatan Jerman miliknya.
“Azumi, tetap dibelakangku.” Ujar Kai.
“Ha-hai’.” Azumi langsung berdiri dibelakang Kai.
Kai mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya dna ternyata itu adalah sebuah revolver jenis Barreta 92 buatan Italia. Kai langsng menodongkan revolver miliknya pada orang yang menembaknya tadi.
“Oh, akhirnya kau mengeluarkan senjatamu itu, Noir.” Ujar pria itu.
Noir?” gumam Azumi yang berada dibelakang Kai.
Kai memasnag wajah marahnya dan rahang-rahangnya terkatup rapat karena menahan amarah.


Ap yang terjadi selanjutnya????
KEEP READING!!!



ATTENTE PARTIE 5...


Don’t forget to comment!!!...


QUARTO DIOSAS


RIENA HIKARI... ^_^

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar